7

106 70 435
                                    

•••
••

"Jadi, kapan gue bisa main kerumah Lo?!!" bentak Caca sensi. Rencana untuk main harus gagal untuk kesekian kalinya.

Rona cengengesan. "Minggu depan bisa deh, sowry"

"Okeh, gue masih bisa kok nunggu tiga harian lagi, yaudah yuk makan, gue laper"

Rona mengangguk, balas menggandeng lengan Caca. Hari ini Caca sedikit berbeda, Rona memperhatikan wajah sahabatnya yang tengah tersenyum manja saat ada beberapa cowok menggodanya.

"Ca, kok muka Lo kaya kemerahan gini sih" Rona menyentuh pipinya kiri Caca.

Caca menjauhkan wajahnya dengan cepat.

"Kenapa?" tanya Rona bingung.

"Jangan pegang-pegang, nanti make up gue rusak, gue habis coba trend tiktok yang dipakein blush-on merah, kenapa? enggak cocok?"

Rona menggeleng. "Lo mah cocok mau gimana pun, tapi gue lebih suka Lo kaya biasa, natural gitu, kaya muka-muka bayi, lagian muka lo kan bersih engga ada jerawat satupun yang mau hinggap. Iri deh" tutur Rona merendah untuk di bakar.

Caca menyentil telinga Rona. "Lo itu juga cantik Juminem--Aduh rambut gue!!!!" pekik Caca kesakitan, kepalanya tertarik ke belakang.

Rona menoleh cepat. Lalu menendang Aldan yang tidak tahu ada masalah apa, tiba-tiba menjambak rambut sahabatnya.

"LO APA-APAAN SIH AL!!" bentak Rona kesal.

Aldan dan willyam dua cowok yang selalu mengganggu mereka tersenyum miring, lebih tepatnya mengganggu Caca.

"LEPASIN TANGAN LO DARI RAMBUT SAHABAT GUE BEGO!"

Caca mendengus, ia akhirnya meraih lengan Aldan yang tidak juga melepaskan jambakannya, dengan gerakan yang sudah sudah ia kuasai sejak lama. Aldan melayang dan terbanting keras di depan Caca.

Rona yang menyaksikan hal itu otomatis menutup mulutnya antara takjub dan takut, Caca kuat sekali. Aldan mengeram kesakitan di area punggung serta kepalanya.

William sempat nge-bug namun buru-buru membantu temannya berdiri.

"Lo oke Al?" banyanya bego.

Aldan menghentakkan lengannya. "Oka-oke!! Lo enggak liat gue melayang jauh tinggi terbanting, hah?!!"

William menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Oh ... udah jago bela diri sekarang, kagum gue,lain kali boleh lah duel satu lawan satu dilapangan" ucap Aldan menatap Caca dari bawah hingga atas. Banyak sekali perubahan dari Cewek ini yang membuatnya semakin menarik.

Caca memincingkan mata. "Sorry, gue enggak minat duel sama banci"

Aldan membusungkan dada. "Banci?! Lo bilang gue banci?!!"

"Bukan banci lebih tepatnya bencong budek!" timpal Rona selangkah lebih maju.

Aldan menunjuk wajah Rona. "Diem Lo jalang!"

Rona membeku. Jalang? Itu kasar sekali.

"Jalang?" ulang  Rona.

Rona sekuat tenaga untuk terlihat tetap tenang. Sebenarnya ia ingin sekali menangis sekarang, kata terlarang itu selalu mampu membuatnya lemah.

"Lo lupa adik Lo pernah kurang ajar sama gue, kalo gue jalang, selera adik Lo rendah benget".

Rona juga tau kelemahan cowok itu. Adiknya adalah hidup Aldan, benar saja Aldan langsung maju lebih dekat. Jarak mereka sekitar lima langkah.

ENDING (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang