7/Hari yang cerah

16 2 0
                                    

Dita Fahrana, gadis yang satu pekan lalu  ganap berusia 18 tahun. Gadis yang suka makan, tapi gak gemuk-gemuk, gak suka nonton drama, tapi suka ber-drama anaknya, suka mendengarkan musik klasik tapi penampilannya modis, dan ada satu hal yang paling dia gak suka yaitu menunggu.

Baginya menunggu adalah kegiatan yang membosankan, menjenuhkan, dan menyebalkan.
Mungin kalian juga sependapat dengan dengan Dita, atau justru sebaliknya. Menunggu adalah kegiatan yang menyengkan. (?)

Dan bagi saya dua persepsi itu sama-sama ada benarnya, menunggu bisa menjadi hal yang membosankan dan berujung menyebalkan, dan menunggu pula bisa jadi hal yang menyenangkan, tergantung siapa yang kita ditunggu__

*

Besok lusa Dita dan ibu nya akan berlibur ke Jakarta menemui saudaranya.

Kangen ya, tanya ibu Dita pada gadis perempuannya sambil menggodanya, dan ia hanya terseyum menanggapi pertanya ibunya.

Bertepatan dengan libur semester. Mereka rencanya nya akan ke tempat Elang di Jakarta.

Ibu Dita ialah adik dari ibunya Elang. Mereka dua bersaudara. Sejak kecil selalu bersama dan kerap di sangka kembar oleh banyak orang, mungkin karena wajah keduanya yang mirip, padahal tidak kembar, usia mereka terpaut 1 tahun.
Mereka kerap satu sekolah dari SD sampai SMA, pas kuliah mereka memilih jalan masing-masing.

Usai lulus sekolah Fina Fahrana Hasan memilih melajutkan studinya ke Universitas Negeri di Bogor,  sedangkan Fira Fahrani Hasan memilih universitas swasta di Jakarta.

Tamat kuliah Fina langsung di persunting oleh lelaki asal Bogor, kaka kelas nya pas masih Kuliah, Dani namanya. Mereka di karuniai gadis cantik yang bernama Dita Fahrana. Ayah Dita mengajar di Salah satu Universitas Di Bogor, sementara Ibunya Dita membuka usaha Kue Surabi. Kedainya baru ada dua cabang, satu di Jambu Dua dan yang satunya lagi di dekat Jembatan Merah.

Lain hal dengan Fina.
Fira justru menikah dengan teman semasa SMA nya. Mereka dikarunia anak laki-laki, Elang namanya. Anak yang pendiam namun akan jadi bawell ketika dia sudah kenal, anak yang suka menyendiri, suka kesunyian, tidak suka keramaian, ia lebih sering dikamar mendengarkan musik dari band idolanya, membaca buku dari penulis favoritnya. Salah satunya Ialah Pak Sapardi Djoko Damono. ia sangat mengidolakan beliau.

Ia pun suka menulis, entah apa itu namanya, puisi atau sajak. Ia kerap mencurahkan isi hatinya lewat tulisan, ketika sedang sedih, bahagia, kesal, atau apapun rasa yang ia rasakan, selalu ia tuangkan dalam sebuah tuliaan. Ia selalu membawa note kecil di tasnya.

**

Nahh sekarang.. Kita lanjut ke cerita Liburannya Dita dan Ibunya.

Jakarta sore hari

Macet Euyy. Saut Dita pada Ibunya, ibunya yang sedang mengendarai mobil terseyum sambil berkata yaa begitulah, kamu lait sendirikan macett..

*

"Halo bun, iyaa Dita sama mamah nih. Masih di jalan, Macett jalannnya bu." menjawab telpon dari ibunya Elang.
'Yaudah kamu hati-hati sampai ketemu di tumah ya.."  Ibu Elang mengakhiri telpon dengan Dita.

yang telpon barusan Fira ya, pasti kangen tuh dia sama kamu, saut Ibu dita tersenyum sambil menengok ke arah Dita..

***
"Mengobrol dan tertawa lepas dengan orang yang kita sayangi, salah satu terapi mengusir penat dan sepi di hati"

__________________

Niatnya Begini Jadinya BegituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang