0.7

5.8K 597 0
                                    

Jangan lupa tekan Bintang⭐

"Serahkan seluruh perhiasanmu pada kami nona, atau pedang ini akan menembus jantungmu"

Jantung Leonora rasanya seperti ingin jatuh, bagaimana tidak bila dengan tiba-tiba datang Dua orang pria bertubuh kekar menghadangnya dan menjulurkan sebuah pedang runcing tepat di depan dadanya. Tentu saja dia terkejut dan dengan refleks mundur Tiga langkah ke belakang.

"Kalian siapa"

"Identitas kami tidak penting nona, lebih baik kau serahkan seluruh perhiasan yang ada di tubuhmu pada kami maka pedang ini tak akan melukaimu" Ancam salah satu pria berkumis tebal yang tengah menjulurkan pedang runcing itu padanya. Sedangkan yang satu lagi hanya bersedekap dada sembari menilai penampilan Leonora dari bawah ke atas. Leonora sangat tahu makna di balik tatapan pria mata keranjang itu.

"Tidak, kalian pergi !" tolaknya mentah-mentah.

"Ayolah nona serahkan perhiasanmu pada kami itu cukup mudah bukan"

Leonora melirik ke sekitar tempatnya berada berharap ada orang yang melihatnya dan ia akan meminta sebuah bantuan. Namun sepertinya dewi keberuntungan tengah tidak berpihak padanya.

"Kau menyerahkan apa yang kami mau, dan kami pergi tanpa melukaimu bukankah penawaran yang menarik nona. Terkecuali nona siap melayani kami" Kedua pria itu saling berlirikan dan kemudian tertawa.

"Tutup mulutmu Brengsek"

"Uwow ternyata kau bisa kasar juga nona, itu cukup menarik"

"Bagaimana nona"

Kedua pria itu selangkah mendekatinya, Leonora di buat panik dengan itu otaknya langsung memutar segala ide agar dirinya bisa terbebas dari kedua perampok itu. Bila dengan menyerahkan seluruh perhiasan yang Leonora kenakan pada mereka bisa membuatnya terbebas mungkin dengan rela ia akan menyerahkanya tentu saja ia tidak akan mengorbankan nyawanya hanya untuk dua pria perampok seperti mereka, apalagi benda runcing itu masih terjulur ke arahnya.

"Baiklah, Aku akan serahkan seluruh perhiasan yang ku kenakan. Namun kalian harus membebaskan ku setelahnya"

"Tentu itu cukup mudah"

Pria itu menurunkan tangan kananya yang memegang pedang dan menyaksikan Leonora saat ini yang tengah menurunkan kucing dari kedua tanganya dengan penuh kehati-harian.

Leonora mundur selangkah tanganya dengan pelan melepas satu persatu perhiasan di tubuhnya di mulai dari kalung,gelang,anting,dan lainya. menjadikan satu di telapak tangan dan meletakan di atas tanah.

Kedua pria itu tersenyum senang dan mengambil perhiasan yang tadi Leonora serahkan di atas tanah dan mengantonginya .

"Apa yang kalian tunggu, cepat pergi bukankah aku sudah menyerahkan apa yang kalian minta" usir Leonora.

Mereka menyeringai jahat sembari mendekati Leonora dengan tatapan liar dan melecehkan. Itu semua memuakan leonora merutuk kepada dua perampok itu, bagaimana bisa dia mempercayai binatang seperti mereka.

Jika tahu akan seperti ini ia tidak akan mengunjungi air terjun itu dan malah bertemu Dua bajingan di sini.

"Kami akan pergi tentunya setelah kami mendapatkan apa yang kami mau"

"Apa bukankah itu semua sudah cukup"

"Belum, kami masih menginginkan tubuhmu untuk melayani kami nona" Leonora sangat membenci seringai jahat itu.

"Jangan mimpi" Langkah demi langkah kedua pria itu mendekat langkah demi langkah pula kaki Leonora dibuatnya semakin mundur menghindar dari mereka.

"Percayalah nona saat melayani kami kau akan merasakan hal yang sangat nikmat dan menyenangkan kau pasti akan ketagihan"

"BERENGSEK" jerit leonora.

"Jangan berteriak cantik"

Leonora mencekram erat gaunya menaikan sedikit agar tidak memperhambat kakinya kemudian dia lari secepat mungkin menuju arah selatan ia tidak tahu dia akan kemana. Namun baru beberapa langkah tanganya sudah di cekal dengan erat oleh salah satu pria itu.

Pria yang satunya membalikkan tubuh Leonora dan dan mendorongnya hingga punggungnya menghantam batang sebuah pohon cukup keras. Tubuhnya luruh merasakan sakit di punggungnya yang saat ini dia alami.

"Kau tidak bisa melarikan diri dari kami nona" Kedua perampok itu tertawa mengejek dengan sangat keras sembari mendekati tubuh lemah Leonora.

"TOLONG" Teriak Leonora berharap ada yang mendengar suaranya.

Dagu Leonora di tegakan oleh pria berkumis dan menatap wajah Leonora dengan menyeringai senang. Namun dengan cepat langsung dia tepis dengan tangan kirinya bahkan Leonora sampai meludahi wajahnya.

"Kau sepertinya sudah membuatku marah nona" Tentu saja pria itu marah dengan aksi  nya barusan. Leonora melihat tangan pria itu akan melayang tepat ke arah pipi kirinya bahkan dengan refleks matanya langsung ia pejamkan Leonora tahu hal apa yang berikutnya akan terjadi padanya.

Srekk

Seorang lelaki tiba-tiba datang dan menyerang pria yang satunya dengan pedang hingga pria yang akan menampar Leonora di buat urung karna itu.

Kini lelaki itu bahkan melawan Dua orang sekaligus. Leonora tadi di buat kaget dengan datangnya tiba-tiba seorang lelaki yang mungkin saja akan  menyelamatkanya. Gerakan lelaki itu sangat gesit sekali bahkan Dua perampok itu di buatnya tidak berdaya, dapat di simpulkan bahwa dia sangat pandai sekali berpedang jujur Leonora melihat itu langsung kagum denganya.

Hingga saat lelaki itu menancapkan pedang di perut salah satu perampok itu bahkan sampai menembus ke punggungnya seketika membuat Leonora merasa ngeri dan juga takut secara bersamaan. Yang saat ini dirinya lihat bukanlah seorang pahlawan yang menyelamatkanya dari perampok namun lebih ke seorang psikopat yang tengah membunuh mainanya.

Lihatlah bahkan ketika lelaki itu mengores leher perampok cabul itu dengan pedang yang sudah belumuran darah dan ketika dia menyobek perut pria satunya lagi hingga perut yang sudah terbelah itu menampakan sebuah usus dan juga organ-organ lain dari pria itu tanpa perasaan dan belas kasihan tentu kedua perampok itu telah musnah di tangan lelaki itu.

Leonora mundur selangkah dalam hidupnya dia tidak berharap akan menyaksikan hal semenakutkan ini, bahkan membayangkan nya pun tidak pernah terbesit di fikiranya.

Seolah mengerti pergerakan dari nya lelaki itu langsung menatap kearah Leonora, keduanya saling bertatapan dalam keterdiaman saling memikirkan hal yang ada di otak masing-masing.

Lelaki itu beranjak dari tempatnya dan berjalan menghampiri Leonora yang masih terpaku seolah tubuhnya tidak bisa dia gerakan. Saat sampai di hadapanya lelaki itu mengangkat tangan kananya, Tangan yang sudah lelaki itu gunakan untuk menusuk mengores dan menyobek para perampok itu. Dia mengusap pipi Leonora dengan lembut  yang entah sejak kapan telah berlinangan air mata.

"Kau tak apa ?" Tanya lelaki itu menatap Leonora dengan lembut dan seolah penuh dengan  kekhawatiran.

"Apa ini benar anda yang mulia"

_________________

To Be Continued😌

𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐦𝐩𝐞𝐫𝐨𝐫'𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐫  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang