Apa dia harus meruntuhkan ego nya?
Atau...
Dia harus tetap mempertahankan ego nya?
Seokjin mengacak-acak rambutnya kasar. Dia lama-lama merasa frustasi dengan ini semua. Dari dulu tidak ada fakta yang terungkap, dan ini yang membuat kejadian terus berlangsung.
"Hyung..."
*****
Seokjin menoleh ke arah pintu. Disana, sudah ada seseorang dengan senyum yang sudah lama tidak dia lihat. Si bungsu, Jeon Jungkook.
"Wae? Kau masuk tanpa mengetuk pintu dulu, hah? Tidak sopan!" cibir Seokjin yang langsung mengenai hati Jungkook.
"Tadi aku sudah mengetuk, tapi kau tidak mendengarnya Hyung. Jadi aku masuk saja," jawab Jungkook. Seokjin mengalihkan pandangan nya ke objek lain. Tidak ingin terlalu lama bertatap dengan adik bungsu nya.
"Ada apa kesini?" tanya Seokjin datar tanpa menatap orang nya. Dia hanya memandang jendela di kamar nya.
"Ah, iya! Hampir saja lupa!"
"Ini Hyung, kau harus makan yang banyak mulai hari ini."
Seokjin refleks menyatukan alisnya. Terlampau tidak mengerti dengan pembicaraan adik nya ini. Oh, apa masih pantas disebut adik nya??
"Mwo? Apa maksudmu?" Seokjin menatap Jungkook dengan alis yang sudah menekuk.
"Tadi aku melihat Hyung makan sedikit. Aku tidak ingin Hyung sakit, jadi Hyung harus banyak makan sekarang." Jungkook menyodorkan kembali nampan nya. Tatapan nya terlihat sangat hangat sekali, tidak ada unsur benci di dalam nya.
Seokjin menerima nampan yang berisi makanan itu. "Gomawo." ucap Seokjin pelan yang di dengar oleh Jungkook. Jungkook mengangguk semangat dengan bola mata yang berbinar.
Melihat itu Seokjin tiba-tiba rindu. Rindu dengan tawa si bungsu dan juga senyuman nya ketika gigi kelinci nya itu timbul.
Ingin sekali Seokjin meminta maaf atas dosa nya yang telah banyak, tapi sebelum itu dia ingin tahu siapa yang membunuh kedua orangtua nya. Dia tidak ingin kecewa dua kali.
"Sekarang kau bisa keluar,"
Jungkook menggeleng lucu. Bibir nya mengerucut seperti anak kecil yang sedang merajuk. Seokjin diam-diam gemas sendiri melihatnya, ingin dia cubit pipi adik nya yang gembil itu, tapi dia sadar bahwa hubungan nya dan adik nua sedang tidak baik.
"Aku disini menunggu Hyung sampai selesai makan." Anak itu terduduk di ranjang empuk milik Seokjin, sembari tersenyum memandang kakak nya. Entah kenapa hari ini Jungkook berani sekali, padahal ekspresi kakak nya sangat tidak mendukung.
"Keluar. Aku tidak perlu ditunggu," Seokjin berucap datar. Dia berharap adik nya ingin keluar karena takut, tapi harapan nya pupus kala sang adik malah bermain dengan boneka RJ kesayangan nya.
"Ya! Kau kan punya boneka sendiri! Kenapa harus bermain dengan RJ?" kesal Seokjin lalu merebut boneka RJ dari Jungkook. Jungkook cemberut, dia merebut kembali boneka RJ dari pelukan Seokjin. "Aku hanya ingin pinjam, Hyung!"
"Keluar sana! Jangan mainkan RJ ku!" Seokjin mengusir dengan wajah kesal nya, Jungkook bukannya takut malah terkekeh pelan.
"Anak ini benar-benar tidak takut" pikir Seokjin. Hatinya nyaman sekali sekarang, kegundahan tadi tiba-tiba hilang begitu saja seperti di terpa angin. Anak kelinci seperti Jungkook benar-benar moodboster sekali.
"Baiklah karena aku anak yang baik jadi aku akan menurut. Habiskan makanan mu Hyung, lima menit lagi aku datang kemari!"
Brak!
Pintu sudah kembali tertutup. Anak kelinci itu sudah keluar dari kamar nya. Seokjin meletakkan kembali RJ nya di atas kasur, lalu kembali ke meja dimana sudah ada nampan berisi makanan.
"Kau selalu memperhatikan aku ya, hm" batin nya. Diam-diam dirinya mengulas senyum. Terlihat semakin tampan.
*****
Sudah empat menit sekira nya Jungkook menunggu di ruang tengah. Satu menit lagi dia akan mengecek ke kamar Seokjin.
Klik!
Seseorang menyalakan televisi. Anak itu menoleh ke arah samping yang dimana Taehyung terduduk santai di samping nya sembari mata nya fokus pada televisi.
"Annyeong, Taetae Hyung!" sapa nya.
Taehyung hanya menoleh sekilas tanpa berniat menjawab sapaan Jungkook. Tapi tak apa. Setidaknya Taehyung ingin duduk di samping nya, biasanya dia selalu menghindar.
"Hyung kau menonton drama apa?" tanya Jungkook ikut menyaksikan drama nya.
Mereka terlarut dalam drama yang Taehyung putar. Sesekali tanpa mereka sadari, mereka tertawa bersama, menangis bersama bahkan saling bicara tanpa kata canggung.
Jimin yang baru saja turun dan ingin ke dapur sampai dibuat tercengang. Adik bungsu nya dan Taehyung sedang menonton drama bersama?
Jimin mengintip di balik dinding. Sesekali tawa itu terdengar, bahkan bicara bersama juga.
Namun, detik berikutnya tepukan pada bahu Jimin membuat Jimin terjonlak kaget.
"Hyung! Kau mengagetkan aku!" ucap nya pelan. Bahkan seperti berbisik.
"Sedang apa kau disi--"
"Hmpphh!!" Jimin membekap mulut Hyung tertua itu. "Kecilkan suara mu Hyung!" timpal nya pelan. Tatapan nya memberi peringatan untuk diam dan Seokjin mengangguk.
"Aku sedang melihat mereka. Apa mereka sudah baikan?" tanya Jimin sembari menunjuk dua manusia yang sedang anteng di ruang tengah.
Seokjin mengedikkan bahu nya, "Tidak tahu. Tadi pun Jungkook ke kamar ku," Dia berlalu ke dapur di ikuti Jimin di belakang nya. "Mwo? Serius?"
"Hmm... ya begitu."
Jimin jadi berpikir, apa yang lain juga sudah mendapat kunjungan dari Jungkook, kecuali dirinya??
*****
Back lagi sama work ini.
Work sebelah aku putusin buat Hiatus dulu karena ide nya yang tiba² ilang gitu aja.
Maaf ya. Jadi aku fokus kesini sama insyaallah bakal terbit work baru!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You, Hyungdeul! [Hiatus Lama]
ФанфикIni story' pertama author. Jadi mohon maaf kalau ada banyak kesalahan penulisan dalam cerita. ***** Jeon Jungkook, yang mempunyai 6 Hyung, namun merasa seperti tidak mempunyai siapapun. Terasingkan di keluarga kandung sendiri hanya karena satu kesal...