Tentang dua insan yang memiliki luka di masa lalunya, menimbulkan trauma yang mendalam.
***
Hanya menceritakan kisah asmara antara seorang gadis yang mencintai seorang tunanetra dengan tulus, seorang pria penyandang disabilitas yang memiliki trauma...
Jangan lupa vote and spam komennya di setiap paragrafnya vren
Happy Reading
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
3. Rumah Mertua
•••🎁•••
Tok..Tok..Tok..
"Kak? Ini Raissa."
"Masuk!" Raissa dan Abel bersorak gembira.
"Buruan masuk!" Abel mendorong tubuh Raissa.
Raisa menatap setiap penjuru kamar Rafael yang redup karena hanya lampu tidur saja yang dinyalakan.
"Um.. itu... kak Abel boleh numpang mandi di kamar mandi kakak gak?" Raisa meremas jari-jari nya gugup. Suara Rafael saat menyuruhnya masuk terdengar begitu dingin, tidak seperti biasanya.
"Siapa?"
"Kak Abel, yang udah nyelamatin Nara kak, soalnya kamar mandi aku airnya hangatnya gak keluar kak, gak mungkin kan kalo kak Abel mandi pakai air dingin apalagi ini udah malem." Raissa meneguk salivanya kasar. Ia tahu Rafael adalah orang yang sulit untuk di bohongin.
"Kak?" Karena lama tak mendapat jawaban Raissa memilih membuka suara lagi.
"Hn." Raissa mengembangkan senyumnya. "Raisa panggil kak Abel dulu kalo gitu kak." dan berjalan keluar.
Ceklek....
Abel melotot gembira melihat kemunculan Raissa dibalik pintu kamar Rafael, "Gimana?" Tanya Abel dengan suara tertahan.
"Rencana A beres! Selanjutnya lo jalanin rencana B!" Abel mengangguk semangat. "Doain calon kakak ipar mu ini!"
Raissa memukul lengan Abel. "Udah sana!"
"Gue masuk ya?!" Raissa mengangguk, sambil berkata pelan, "Lo hutang penjelasan panjang sama gue ya kak!" Abel mengangguk paham dan mengangkat ibu jarinya.
Siapa sangka Raissa sang adik kelas semasa SMP nya adalah adik dari pria yang ia taksir. Hingga Abel akhirnya meminta bantuan Raissa untuk menjalankan rencananya. Meski ia menceritakan secara singkat awal mula Abel menyukai Rafael. Hingga mendapat langsung dukungan Raissa.
Ceklek..
GILA NYIUM AROMA KAMARNYA AJA BERASA TERBANG SAMPE LANGIT KE 7, APALAGI BAU BADANNYA SUBHANALLAH BANGET PASTI. ASTAGA GUE HAMPIR GILA CUMA NYIUM AROMA NYA DOANG?!
"Jika sudah selesai bisa segera pergi!" Abel menatap Rafael yang berdiri di depan balkon menikmati angin malam dengan kemeja longar serta celana bahan yang melekat indah di tubuhnya.
JADI GUE DI USIR GITU? Sial! first impression nya gini amat.
"Hm." Saut Abel, Abel berjalan mundur dengan perlahan manatap punggung lebar dan tegas milik Rafael yang menembus kemeja tipis yang dikenakannya.