BAGIAN 4

516 90 3
                                    

Playlist, Ailee - I Will go to you Like the first snow

Jangan lupa spam komen di setiap paragraf nya yaa vren

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





4. Amarah Dion

•••🎁•••

Nindi yang sendari tadi memperhatikan Abel lama-lama bergidik ngeri. Ia bertanya-tanya kenapa sahabatnya pagi-pagi sudah senyum-senyum sendiri apa jangan-jangan dia kesambet?

"Bel! Gue jadi takut ngeliat lo senyum-senyum sendiri." Abel menghentikan lamunannya dan menatap Nindi dengan senyum yang merekah.

Tak tahan, akhirnya Nindi menempelkan telapak tangannya di dahi dan di wajah Abel. "ASTAGA ABEL?! FIX LO KESAMBET FIX! JIR!" Histeris nya membuat beberapa siswa menatap mereka dengan heran.

Abel menatap Nindi dengan senyumannya. "Iya gue kesambet. Kesambet cintanya mas El."

Nindi menatap Abel serius. "Mas El?" Abel mengangguk.

"JANGAN BILANG LO JADI PLAKOR?! PLIS BEL, COWOK MASIH BANYAK! GUE TAU LO DEPRESI, FRUSTASI, TAPI LO HARUS INTROSPEKSI! MANA MAU MAS EL SAMA LO? MAU DI SAMBIT SAMA IBU-IBU LO?"

Plak!

Abel memukul lengan Nindi, karena sudah mengundang perhatian kelasnya.

"EL NINDI CANTIK, EL! BUKAN AL!"

"El? Siapa kok gue gak tau? Lo parah main rahasia-rahasian sama gue! Lo udah ngelupain si Manurios?"

"Gila aja, yang dekat aja belum tentu bisa ke gapai, apalagi yang jauh."

"Lo bener." Mereka berdua menghela nafas panjang sambil menopang dagu, meratapi nasib jomblo mereka.

•••🎁•••

BRAK!

Tiffany yang sedang membenahi pakaian kedua putrinya untuk kembali ke apartemen. Semenjak keributan yang terjadi di keluarga mereka, memang Tiffany memilih untuk pisah rumah dengan sang suami.

Muncul sosok Dion dengan rahang yang mengeras melihat kehadiran sang mantan istri. "Kenapa kamu bisa ada disini? Siapa yang mengizinkan?"

Tiffany menghela nafas berat, " Aku udah berusaha untuk ngabarin kamu tapi justru yang angkat telpon itu si Clara." Jelas Tiffany dengan suara selembut mungkin agar Dion tak semakin marah.

Tubuhnya terhayun hebat bahkan hampir menyentuh lantai jika dia tidak memiliki refleks yang bagus. Tiffany merasakan rasa sakit luar biasa di kulit kepalanya yang tertarik kencang. "Sudah saya bilang jangan injakkan kaki di mansion ini tanpa seizin saya!"

Tiffany meringis menahan rasa pusing, "akh—aku udah coba minta izin sama kamu mas." Dia berusaha melepaskan cengkraman tangan Dion.

Satu tamparan kencang sukses mendarat di pipi Tiffany, hingga mulutnya keluar darah. Ia kembali mendongak merasakan cengkraman kuat dikepalanya. "Aku cuma nemenin anak-anak yang kangen sama kakak mereka mas. Apa salah?" Lirih Tiffany dengan nada tajam. Menunjukkan bahwa ia tidak merasa terintimidasi dengan tindakan sang mantan suami.

Kado Terindah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang