27

3.3K 232 8
                                    

Satu minggu Jeno masih berada di posisinya. Merebahkan tubuh, memejamkan mata dan menjelajahi mimpi yang panjang. Sedangkan Anna dan Jeffrey hanya bisa menatapnya dengan sendu, menunggu kapan waktunya tiba untuk menyambut Jeno dengan baik.

"Jen.." Jeffrey membuka percakapan sambil mengusap punggung tangan Jeno. "Papa udah sembuh. Kamu kapan sembuhnya? Kamu kangen sama papa, kan? Kalau iya, ayo buka mata kamu, supaya kita bisa menghabiskan waktu bersama."

Anna mengusap punggung Jeffrey dengan perlahan, berusaha menenangkan pria itu. "Jeno pasti bangun kok. Kita tunggu sebentar lagi, ya."

"Apa Jeno masih marah sama aku, ya? Dia nggak mau liat aku di sini, terus nggak bangun-bangun deh jadinya.."

"Nggak gitu.. Ini emang belum saatnya Jeno sadarkan diri. Kita bantu dia dengan doa, ya.."

Jeffrey mengangguk singkat.

"Kamu mau makan apa? Kebetulan ini udah masuk jam makan siang," ucap Anna berusaha mengalihkan pikiran Jeffery yang isinya terus-terusan Jeno. Jeffrey jadi lebih murung dan jarang menampilkan senyumnya. Anna yang melihat itu jadi sedih.

"Kamu mau beli makan sendiri? Di luar? Panas-panasan?"

Anna mengangkat bahunya, "Kenapa emangnya?"

"Jangan panas-panasan, nanti kamu capek, terus jatuh sakit. Aku nggak mau kamu juga ngerasain sama apa yang aku dan Jeno rasakan. Kamu harus tetap dalam kondisi sehat, Na.."

"Cuma beli makan sebentar nggak apa-apa kali, Jef. Aku janji nggak akan lama."

"Aku minta maaf, ya."

"Buat apa?"

"Aku nggak bisa anter kamu beli makan," ujar Jeffrey sambil melihat kakinya yang menekuk di atas kursi roda. Selama beberapa hari ke depan Jeffrey memang dianjurkan untuk memakai kursi roda. Karena kakinya belum sepenuhnya sembuh pasca kecelakaan tunggal yang ia alami.

Kemudian Anna menekuk kakinya dan menyejajarkan tingginya dengan tubuh Jeffrey. "Selagi bisa sendiri, aku nggak akan merepotkan kamu. Aku juga tau gimana kondisi kamu. Kamu jangan merasa bersalah. Aku kan cuma beli makan, bisa kok sendiri."

"Tapi aku-"

Anna menempelkan jari telunjuknya di bibir Jeffrey, "Nggak usah banyak omong. Sekarang bilang sama aku kamu mau makan apa?"

"Samain aja menunya kayak punya kamu."

Anna mengangguk, kemudian berpamitan pergi. Menelusuri jalan, mencari resto terdekat dari posisinya sekarang. Ternyata ada di seberang jalan. Dengan segera Anna pergi ke sana dan memesan dua menu untuknya dan Jeffrey.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit di resto, Anna kembali menyeberangi jalan untuk menuju rumah sakit. Namun setelah berhasil menyeberang, Anna tidak sengaja menabrak bahu anak muda seusianya.

"Maaf, ya. Saya benar-benar nggak sengaja," kata seorang gadis yang baru saja bertabrakan dengan Anna. Padahal di sini Anna yang salah. Tapi gadis itu duluan yang meminta maaf. Alhasil Anna hanya menganggukkan kepalanya singkat.

Saat mereka ingin berpisah, Anna menahan pergelangan tangannya membuat si gadis kaget dan menatap Anna dengan tatapan takut.

"A-ada apa ya?"

"Kamu kenapa? Kok kayak orang ketakutan gitu?" tanya Anna. Tapi si gadis malah menundukkan kepalanya. "Kamu lagi di kejar orang?"

Si gadis menggeleng.

"Lalu? Kenapa tadi jalannya terlihat buru-buru?"

Gadis itu hanya menggeleng sambil terus menunduk. Badannya gemetar seperti orang ketakutan. Anna ingin sekali melindungi. Tapi gadis tersebut sepertinya tidak ingin.

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now