37

3.1K 191 10
                                    

"Jeffrey?"

Jeffrey mendongak dan tersenyum ke arah Joona yang sedang berdiri di ambang pintu menyambut kedatangan Jeffrey. Lalu Jeffrey bersusah payah menggerakkan kursi rodanya sambil memangku beberapa makanan yang sengaja ia bawa untuk menemani Anna kerja.

Omong-omong Jeffrey kesini tanpa sepengetahuan Anna. Jeffrey juga sudah bersekongkol dengan Joona untuk tidak memberitahu perihal kehadirannya. Karena Jeffrey ingin membuat kejutan.

Setelah sampai di ambang pintu, Jeffrey membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Joona, calon papa mertuanya. Lalu Joona menyuruh Jeffrey untuk masuk dan pergi ke kamar bawah. Karena Anna sedang berada di sana.

Katanya sih kalau di atas suka capek naiknya. Apa lagi Anna akhir-akhir ini suka pulang malam karena tugasnya yang menumpuk. Jadi daripada harus susah payah naik tangga, ia pindah ke kamar yang ada di lantai satu.

Sebelum masuk ke dalam kamar, Jeffrey mengetuknya lebih dulu. Tapi Jeffrey tidak mendapat jawaban apa-apa. Lalu tidak lama setelah itu Joona datang menghampirinya dan bertanya apa Anna tidak membukakannya pintu?

Alhasil karena sepertinya Anna sedang istirahat, Joona mencoba pintu kamar tersebut dan masuk lebih dulu. Ternyata benar, Anna sedang istirahat di depan laptopnya yang masih menyala.

"Kamu bagunin dia, ya," bisik Joona pada Jeffrey. Kemudian Jeffrey hanya membalasnya dengan acungan jempol.

Setelah memastikan Joona benar-benar keluar dari kamar, Jeffrey menatap Anna yang sedang tertidur pulas. Wajahnya terlihat sangat hangat dan damai. Jeffrey benar-benar menyukai pemandangan di depannya ini.

Jeffrey tidak tega jika harus membangunkan Anna yang sedang nyenyak dalam tidurnya. Ingin dipindahkan ke kasur pun Jeffrey tidak bisa menggendongnya dalam kondisi kaki Jeffrey saat ini. Alhasil karena tidak tega tidur dalam kondisi itu, supaya adil, Jeffrey juga menaruh kepalanya di atas meja kerja Anna dengan tangan yang bertumpu sebagai bantalan.

Jeffrey terus memandangi wajah itu sambil terus tersenyum. Lalu Jeffrey memejamkan mata untuk ikut tidur di samping Anna saat ini. Tapi beberapa menit Jeffrey memejamkan mata, tiba-tiba ia merasakan pergerakan.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Anna dengan nada panik sekaligus kaget menjadi satu. Karena sebelum dia tidur, Anna benar-benar memastikan bahwa hanya ada dirinya di kamar ini. Lalu kenapa sekarang jadi ada Jeffrey?

Dengan senang hati Jeffrey menertawakan tingkah Anna karena panik mereka berada di satu kamar. Lalu Jeffrey mendapat pukulan dari Anna karena tidak berhenti untuk menertawainya.

"Jangan pukul dong. Luka aku belum sembuh total," ucap Jeffrey sambil mengusap-usap lengannya yang terkena pukulan dari Anna.

"Siapa suruh kamu di sini?" tanyanya masih dengan nada panik. Namun untuk sekarang Anna terlihat emosi sambil menaikkan alisnya. "Gimana kalau papa tau kamu ada di kamar aku? Nanti disangkanya kita melakukan hal di luar batas. Kamu kenapa cari gara-gara, sih.."

"Siapa yang cari gara-gara?"

"Kamu!"

Jeffrey menggelengkan kepalanya kuat, "Bukan aku.. Justru aku kesini karena papa yang minta. Tadi papa cerita soalnya ada yang lagi stress gara-gara skripsinya nggak kelar-kelar. Kasian banget punya dospem nggak diperhatiin. Punya tunangan nggak di manfaatin. Padahal tunangannya mantan dospemnya sendiri."

"Kamu nyindir aku?"

Lagi-lagi Jeffrey menggeleng, "Aku nggak nyindir kamu."

"Terus siapa yang kamu omongin?"

"Ada deh.."

"Ngeselin banget," ucap Anna sambil memukul tangan Jeffrey lagi. Kemudian Jeffrey mengaduh sakit karena Anna memukulnya lebih kencang dari pada yang sebelumnya.

Tapi Anna tidak peduli saat Jeffrey merintih sakit. Justru ia malah pergi ke kamar mandi entah untuk cuci muka atau apa, Jeffrey tak peduli. Ia lebih memilih mengecek skripsi Anna dan membenarkannya sedikit demi sedikit.

Lalu saat Jeffrey sedang sibuk dengan skripsinya Anna, tiba-tiba pergelangannya ditarik oleh seseorang, yaitu Anna. Anna kembali dengan wajahnya yang sendu. Tidak seperti tadi.

"Maafin aku.."

Jeffrey hanya bisa mengangkat alisnya sambil berpikir apa maksud ucapan Anna.

"Tangannya sakit, ya?" tanya Anna sambil mengusap-usap tangan Jeffrey pelan. "Tadi aku kesel. Lagian kamu kesini nggak bilang-bilang. Terus segala ngeledek aku lagi.."

Jeffrey tersenyum, lalu mengusap kepala Anna dengan lembut. "Kamu kan punya aku, dan aku pasti bisa bantu kamu. Kalau kamu susah, coba hubungi aku. Bukannya malah sengaja matiin ponsel sampai aku nggak tau kamu ada di mana, lagi apa, udah makan apa belum. Untung tadi papa inisiatif chat aku dan bilang kalau kamu lagi nggak baik-baik aja. Dia suruh aku kesini karena katanya mungkin kamu butuh aku."

Anna mengangguk antusias menyetujui kalimat terakhir Jeffrey. Anna memang membutuhkan kehadiran Jeffrey untuk membantunya menyelesaikan skripsi. Tapi Anna tidak ingin menggangu waktu Jeffrey yang ingin digunakan bersama Jeno. Saat ini Jeno jauh lebih membutuhkannya, ketimbang Anna.

"Sekarang ponselnya mana?" tanya Jeffrey sambil menodongkan tangannya meminta ponsel Anna. Setelah Anna memberikannya, Jeffrey menyalakan ponsel itu dan mengaktifkan data seluler agar pesan Jeffrey masuk. "Awas ya sampai kamu sungkan menghubungi aku, aku makan kamu!"

Anna menunjukkan deretan giginya. Ia gemas dengan Jeffrey yang selalu bisa mengembalikan moodnya.

"Aku bawa sesuatu buat kamu."

"Apa tuh?"

"Ice coffee!"

"WAH!" Anna terlihat sangat senang. Matanya berbinar, tangannya tak berhenti bertepuk saat Jeffrey terus mengeluarkan banyak makanan dari paper bag yang sejak tadi dipangkunya. "Ih.. ini semua buat aku?"

Jeffrey mengangguk. Lalu dengan perasaan senang dan tanpa kesadaran, ia memeluk Jeffrey sangat erat. Dan berakhir mengecup pipi Jeffrey singkat pertanda terima kasih.

"Sayangnya aku mood banget! padahal aku nggak minta lho.." Anna menusuk sedotan ke tutup cup ice coffee yang Jeffrey bawa.

"Kalau butuh apa-apa bilang sama aku, okay?"

"Okay!”

Jeffrey senang saat mood Anna kembali baik. Hanya melihat Anna tersenyum, Jeffrey juga bisa tersenyum. Ini adalah cinta sederhana yang baru Jeffrey rasakan seumur hidupnya.















- Bersambung -

Kira-kira kalian memvisualisasikan Joona tuh siapa, sih? Siapa tau ada yang satu pemikiran sama aku haha..

[✓] DOSPEMWhere stories live. Discover now