Entah apa yang membuatnya murung selama 2 Minggu terakhir ini. Padahal kedua orangtuanya selalu bergantian untuk menanyakan kabar Haechan, bukan kah kabar baik? mereka selamat sampai tujuan dan kondisinya baik-baik saja sampai sekarang. Tapi tetap saja! seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia sudah mencoba untuk tenang dan berfikir positif, namun semuanya sia-sia. Haechan tetap murung dan merasakan perasaan yang tak enak.
"Gimana kabar Papa sama Mama disana, bear?." Itu Mark yang baru saja datang dari memesan makanan untuk Haechan dan tentu dirinya sendiri.
Mereka berada di kantin falkutas Haechan sekarang. Tadi saat menghubungi Kekasihnya itu, Mark dapat memastikan saat ini suasana hati Haechan sedang tidak baik. Jadi dia berinisiatif menghampiri Haechan di kantin falkutasnya.
"Ya gitu.. mereka baik kayak biasanya." Jawab Haechan lesu.
"Bagus dong? terus kenapa murung? perasaan dari keberangkatan Papa sama Mama kamu jadi murung terus."
"Hah.." Haechan menghela nafas dan melihat kearah Mark. "Gak tau kak, padahal bukannya aku harus seneng yah? tapi kayak ada yang ganjel."
"Mungkin kamu emang lagi kangen sama mereka. Udah gak papa, tinggal seminggu lagi nanti mereka pulang kok." Ucap Mark.
"yaudah oke."
Mark yang melihat Haechan tetap murung segera mengelus sayang surai lembut Sang kekasih. "Udah dong jangan sedih terus, nanti pulang dari sini ikut Kakak oke?"
"Kemana?"
"Ikut aja nanti, sekarang makan nya dihabisin dulu nanti sakit kalau gak makan." Dan setelah mengatakan itu Mark segera membantu menyiapkan makanan yang tadi sudah dia pesan dan tak lupa kecupan ringan dia berikan pada pelipis Haechan.
***
"Wah!" Seruan antusias itu keluar dari bibir Haechan. Dia tak bisa menyembunyikan kekagumannya saat disuguhkan pemandangan indah di depannya. Matanya berbinar saat menangkap bagaimana indahnya melihat pantai saat sore hari.
Ya, Mark membawa Haechan ke pantai. Dia tau jika kekasihnya ini sangat menyukai perairan, salah satunya pantai, maka dia membawa Haechan kemari untuk sekedar melupakan sedih dan murung nya. Karena perjalanan yang cukup jauh dari pusat kota, maka memakan waktu sehingga mereka sampai saat langit sudah menampilkan warna jingga yang indah.
Tapi tak apa, sepertinya tidak masalah karena Haechan terlihat menyukainya.
"Gimana, suka?" Tanya Mark yang melihat Haechan tidak melepaskan pandangannya dari objek di depan.
"Ih suka bangettt, kok bagus yah kalau ke pantai sore gini? nanti mau sering-sering ah, sekalian ajak Mama." Ucapannya dengan riang, dan tak sabar memberitahu Sang Mama, jika ke pantai sore ternyata tak kalah menakjubkan.
Melihat Haechan yang sangat senang itu, lantas dia genggam tangan Haechan dan mengelusnya. "Bagus deh kalau suka, jangan sedih lagi hm.. Kakak gak suka liatnya. Kayak bukan pacar Kakak yang biasanya."
"Idih bisa aja hahaha."
"Kesana yuk, Kakak mau hanyutin kamu ke laut." Ucap Mark dengan usil yang tentu saja mendapatkan tatapan tajam dari Haechan yang menurutnya malah menggemaskan.
Apapun yang dilakukan Haechan pasti menggemaskan pt.2
"Gak lucu bercanda nya!"
"Hahaha sorry sorry, yuk kita kesana."
Lantas mereka berjalan ke tepi pantai dan membuka alas kaki mereka tak jauh dari sana, sekedar untuk merasakan deburan air yang menyapu tepi pantai. Mereka bersenang-senang, mulai dari main kejar-kejaran atau tak jarang diantara mereka saling menyipratkan air. Tawa lepas dari keduanya menandakan bahwa mereka menikmati moment ini.
"Sini kamu! Kakak beneran hanyutin kamu." Mark yang sedari tadi mengejar Haechan, sepertinya sudah lelah karena tak berhasil juga menangkap pujaan hatinya itu.
"Tangkap aja wle.. kalau gak bisa tangkap Kak Mark dihukum!"
"Oh nantangin, oke kamu yang Kakak hukum sini."
"KYAAAA."
Teriakan Haechan tersebut menandakan bahwa sekarang dia tertangkap oleh Mark, dan dia dipangku di depan seperti koala yang menggantung.
"Nah yang kalah dihukum kan? sekarang terima hukuman mu anak nakal."
"K-kak?"
Dahi mereka bersentuhan dan Mark berbicara dengan suara rendah nya sambil tak melepaskan pandangan dari wajah Haechan yang kini mulai memerah. Menurutnya melihat wajah Haechan sedekat ini merupakan keindahan tiada tara baginya, tak ada yang bisa mengalahkan.
"Entah berapa kali Kakak harus bersyukur bisa dapetin kamu, dulu Kakak kira dapetin kamu itu sebuah kemustahilan, tapi.. sekarang kamu udah jadi milik Kakak. Semuanya seperti mimpi! jadi tetap disini yah.. Kakak butuh kamu karena hati Kakak sudah menetapkan kamu untuk menjadi Sang pemilik. Jangan berfikir kamu gak pantas buat Kakak, kamu sempurna sayang.. Because I like you just the way you are, I love you Haechan."
Setelahnya Mark mengikis jarak antara keduanya, dia sempat melihat tadi mata Haechan yang berkaca-kaca saat Mark mengatakan kata-kata barusan.
Hidung mereka kini bersentuhan, dan Mark memiringkan kepala untuk mempertemukan belah bibirnya dengan bibir yang selalu manjadi candunya.
Manis.
Itu yang selalu dia rasakan saat kedua belah bibir itu menyatu. Sedikit melumat untuk menyalurkan rasa sayang nya pada kekasih menggemaskannya itu. Betapa dia sangat menyayangi dan mencintai Haechan, pokoknya tak ada yang lain! hanya Haechan satu-satunya.
Dia selalu berharap semoga dia dan Haechan menjadi akhir yang bahagia nantinya. Membangun keluarga kecil bersamanya dan menikmati waktu menua dengan kenangan indah bersama. Sungguh Mark sangat ingin merasakan semua hal tersebut bersama Haechan.
Semoga saja.
_____
hm....
KAMU SEDANG MEMBACA
Leith
General FictionDia yang selalu mengagumi keindahan itu, tidak tahu bahwa semuanya akan menjerat dirinya pada sebuah candu yang mengerikan. ⚠️TW! • bxb • angst • self harm • misgendering Adegan berbahaya dalam cerita tidak untuk ditiru! ambil saja hikmah dan pemb...