2. Terpisah

24 3 2
                                    

Sejak kecil, aku dan Chenle sudah terbiasa bersama. Kami melakukan segala sesuatu bersama, pergi kemanapun bersama, dan melakukan semua aktivitas bersama. Semakin lama wajah kami juga semakin serupa. Meski ukuran tubuh Chenle semakin lama semakin besar dibandingkan dengan ukuran tubuhku.

Orang bilang, karena kami tumbuh bersama maka kami semakin serupa. Melihatnya aku seperti bercermin dengan diriku sendiri. Chenle memang adalah aku versi laki-laki. Eumm, atau akukah yang adalah Chenle versi perempuan?

Tapi tentu sikapku dan Chenle tidaklah serupa. Ia begitu sangat berisik dan tidak bisa diam, sedangkan aku adalah seorang yang ceria namun cenderung lebih tenang. Sepanjang hari, Chenle akan mendominasi percakapan di antara kami, dan aku hanya akan mendengarkan dan meresponnya dengan santai. Hari-hari kami jalani dengan bertumbuh bersama, mungkin aku tidak bersamanya hanya jika Baba pulang dan mengajakku untuk pergi berdua. Tapi tentu saja sulit untuk memisahkan Chenle dariku. Sewaktu kami masih kecil, setiap aku pergi tanpa mengajaknya, Chenle akan menangis dengan begitu kencang. Ia akan menanyai aku terus-menerus hingga tidak bisa tidur jika ia tidak melihat kepulanganku. Dan setelah besar, ia masih saja menujukkan sikap yang sama. Setidaknya ia akan cemberut dan menekuk wajahnya seharian, jika aku pergi tanpa mengajaknya. Karena memang selekat itulah kami.

.

.

.

Suatu ketika, saat aku dan Chenle baru saja lulus sekolah dasar dan duduk di tahun pertama sekolah menengah, aku mendapatkan berita baik dan berita buruk secara bersamaan.

Berita baiknya, Baba yang sibuk mengurusi perusahaan di luar negeri kini akan fokus mengurusi perusahaan di Shanghai. Baba tidak perlu lagi tinggal di luar negeri dan bisa tinggal bersama dengan aku di sini.

Akhir-akhir ini perusahaan semakin berkembang pesat hingga membuka beberapa anak perusahaan baru di negara-negara yang ada di Asia, dan kini mulai merambah hingga ke Korea. Hanya saja, anak perusahaan di Korea mengalami sedikit kendala, sehingga Dabo, ayah Chenle, yang tadinya mengurusi perusahaan di Shanghai harus turun tangan menstabilkan perusahaan di Korea. Dan sebagai gantinya, Baba yang sebelumnya mengurusi anak perusahaan di Singapore, Thailand, dan Vietnam, kini dikirim untuk menggantikan Dabo memimpin perusahaan di Shanghai, yang merupakan pusat dari bisnis ini.

Tentu saja aku sangat senang mendengarnya, aku dapat setiap hari bertemu dengan Baba dan melakukan banyak hal bersama dengan Baba. Hanya saja, berita buruknya, Dabo akan pergi ke Korea bersama dengan keluarganya. Dan itu artinya, Chenle akan ikut bersama dengan Dabo ke sana.

Ketika kita ingin mencapai sesuatu, pasti ada yang harus kita korbankan, begitu juga ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, pasti ada yang harus kita lepaskan. Begitulah kehidupan.

***

Bertahun-tahun tumbuh bersama dengan Chenle membuat aku melupakan kesedihanku karena berbeda dengan anak-anak seusiaku. Ketika anak lain dapat bertumbuh bersama ayah dan ibunya, aku bertumbuh tanpa seorang ibu dan jauh dari ayahku.

Tapi hadirnya Chenle di sisiku membuat aku menyadari, bahwa meski proses yang aku jalani berbeda, namun aku tetap berharga.

Dan kini, pribadi yang selalu ada, seorang pelindung bagiku, yang menemaniku tiap air mataku jatuh, yang selalu berada di pihakku, dan selalu memandang tiap karyaku dengan indah, harus terpisah jauh dariku.

Berpisah dengan Baba memang menjadi hal yang menyedihkan bagiku. Namun karena itu sudah aku jalani selama bertahun-tahun, rasanya seperti terbiasa meski seringkali sedih juga menghampiri. Namun kali ini, berpisah dengan Chenle, hal yang tidak pernah aku bayangkan sedikitpun, membuat aku merasakan kesedihan yang berbeda. Aku yang terbiasa bersamanya, harus membiasakan diri tanpanya. Suatu hal yang menyedihkan bahkan ketika baru dipikirkan.

Rainbow EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang