1. Pelindungku

27 4 3
                                        


Namaku adalah Kaili, sejak lahir hingga remaja aku tinggal di Shanghai, Tiongkok bersama keluargaku. Sejak kecil, aku hidup hanya berdua dengan Baba (ayah), karena Mama meninggal tak lama setelah ia melahirkanku. Meski besar tanpa adanya seorang ibu, aku tetap tumbuh dengan kasih dan cinta dari Baba.

Baba adalah seorang pembisnis yang cukup mapan. Ia meneruskan perusahaan keluarga yang dibangun oleh Yeye (kakek dari ayah) dan menjalani bisnis itu bersama dengan Dabo (Kakak laki-laki dari ayah). Namun semakin perusahaan berkembang, semakin sibuk ia dengan pekerjaannya. Setiap Baba melakukan dinas bersama Dabo, kakaknya, aku akan tinggal bersama dengan keluarga dari kakaknya itu. Bahkan hingga Baba harus tinggal di luar negeri karena pekerjaan, aku tinggal bersama dengan keluarga Dabo.

Yah, segala pencapaian pasti selalu menuntut sebuah pengorbanan kan.

Tapi tak apa, toh Baba selalu memberikan waktunya setiap kali aku memintanya untuk tinggal.

***

Aku mulai sering tinggal bersama dengan keluarga Dabo sejak aku masih TK. Dabo memiliki seorang anak laki-laki yang seusia denganku dan hanya terpaut 2 bulan. Namanya adalah Chenle. Chenle adalah anak yang berisik, ia akan seharian bercerita dan bernyanyi. Ia juga adalah anak yang pintar dan aktif. Tapi satu-satunya hal yang paling aku senangi ketika tinggal bersama dengan keluarga Dabo adalah Chenle.

Chenle adalah cucu laki-laki satu-satunya di keluarga kami, sehingga ia menjadi kesayangan seluruh keluarga besar Zhong. Karena dalam tradisi kami, anak laki-lakilah yang akan menjadi penerus keluarga. Karenanya, tak heran jika apapun yang Chenle inginkan akan dipenuhi, kecuali keinginan Chenle untuk mempunyai adik.

Mama Chenle, yang ku panggil Bomu (Istri dari kakak laki-laki ayah), pernah menjalani operasi pengangkatan rahim ketika Chenle masih sangat kecil, dengan alasan untuk kesehatan dan kebaikan Bomu. Dan ini yang menyebabkan Chenle tidak dapat memiliki adik.

Sejak mulai sekolah, aku dan Chenle selalu berada di sekolah dan kelas yang sama hingga lulus sekolah dasar. Ia akan bertingkah seperti kakakku dan seolah menjadi penjagaku selama kami bersama. Bahkan Dabo dan Bomu menganggapku seperti anak mereka sendiri.

Meski kami bukanlah saudara kandung, namun orang-orang akan menyangka bahwa kami adalah saudara kembar, karena memang wajah kami sungguh serupa. Kulit yang sewarna, detail wajah yang tak terlihat berbeda, bahkan sampai tinggi kami pun sama ketika masih TK. Hanya saja, ia memiliki kepala yang lebih besar.

Apa lagi kala itu, setiap kami berpergian, Bomu selalu mengenakan kepada kami pakaian yang serupa. Inilah yang membuat kami terlihat layaknya anak kembar yang berbeda jenis kelamin.

Tapi...Chenle lebih dari sekadar saudara bagiku. Ia adalah seorang pelindung yang senantiasa siap sedia ketika aku dalam keadaan buruk. Aku ingat ketika aku didorong oleh salah satu teman laki-laki di kelas kami sewaktu TK, karena aku tidak sengaja menumpahkan susu cokelat ke bajunya. Melihat aku menangis, Chenle segera mendorong anak itu dan berkelahi dengannya meski ukuran Chenle jauh lebih kecil dibandingkan lawannya. Itu menyebabkan kami berdua menangis dengan kencang, karena tentu saja Chenle bukanlah tandingan dari anak yang besar itu dan ia pun didorong hingga jatuh. Kemudian setelah Laoshi(guru) menenangkan kami, dan memaksa kami berdamai dengan anak besar tadi, kami berdua tertawa sambil menceritakan insiden tangis yang menggemparkan seluruh sekolah kepada Bomu.

Ketika aku di-bully di sekolah dasar dan dikatai tidak punya ibu, Chenlelah yang memberi pelajaran kepada para pem-bully hingga mereka tidak berani lagi mem-bully. Meski berbadan mungil, namun ia selalu punya cara untuk membuat lawannya jera.

Bahkan ketika aku ditertawakan oleh teman-teman karena hasil gambarku sangat buruk di kelas seni, hanya Chenle yang memuji hasil karyaku sambil tersenyum cerah. Ia memuji bukan karena hasil dari karyaku, tapi karena akulah yang membuatnya dengan susah payah.

Di rumah pun, ketika aku diam-diam menangis karena rindu pada Baba, Chenle selalu tahu apa yang sedang ku rasakan, dan dialah yang akan menemaniku dan menenangkanku. Ia akan berada di sampingku sepanjang malam sambil mengelus rambutku hingga aku tertidur, dan pagi-pagi Bomu menemukan Chenle tertidur lelap disampingku.

Jadi bayangkan, betapa berartinya seorang Zhong Chenle bagi Zhong Kaili. Ia bukan lagi seperti kakak, namun ia adalah seorang pelindungku yang selalu ada.

Rainbow EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang