Tidak terasa sudah 3 tahun Chenle meninggalkan Shanghai. Seperti yang kuduga, Chenle beradaptasi dengan baik di Korea. Chenle sesekali menelponku, dan ia banyak bercerita tentang apa yang sedang ia kerjakan, dan juga tentang teman-temannya di sana. Aku senang, karena sekarang ia punya banyak teman.
Dari ceritanya, ia termasuk ke dalam kelompok anak yang populer di sekolah. Meski aku tidak begitu yakin dengan ceritanya.
Kadang, ketika Chenle bercerita tentang temannya, aku sedikit mengenang saat Chenle masih bersamaku di sini dahulu. Chenle kecil hanya menghabiskan waktunya untuk bermain denganku dan menemaniku sepanjang hari. Ia bahkan enggan untuk bergabung dan bermain dengan teman-temannya ketika ia bersamaku. Di mana aku berada, di situlah juga Chenle ada, dan di mana Chenle ada, maka aku pun dapat dengan mudah ditemukan di situ.
Maka tak heran jika Chenle tidak begitu punya banyak teman meski ia adalah teman yang menyenangkan.
Namun kini, ketika ia menjalani hari-harinya tanpaku, dia seolah menjadi dirinya apa adanya. Chenle yang memang pada dasarnya sangat menyenangkan, bersinar terang dan disenangi banyak orang.
Meski Chenle sering menceritakan teman-temannya, namun aku sama sekali tidak kenal dengan teman-temannya itu. Aku hanya mendengar ceritanya saja, mungkin sesekali mendengar namanya, hanya saja aku selalu mudah lupa dengan nama orang lain. Aku juga tidak begitu berminat untuk tahu lebih jauh tentang teman-temannya Chenle, karena itu aku melarang Chenle untuk mengenalkan mereka padaku.
Tapi, aku kenal dengan salah satu dari mereka yang bernama Renjun. Aku berkenalan dengan Renjun ketika Chenle yang sedang menelponku dengan menggunakan Videocall, secara spontan menunjukkan Renjun. Kala itu mereka baru saja memenangkan lomba kesenian di sekolahnya. Ia terlalu girang sehingga menunjukkan hadiah yang ia dapat bersama dengan Renjun. Kalau tidak salah ingat, mereka memenangkan lomba cipta lagu di akhir semester lalu.
Renjun juga adalah orang China, ia lahir dan besar di Jilin dan pindah ke Korea sejak lama. Chenle sangat suka bernyanyi, dan Renjun menjadi rekan yang memiliki hobby yang sama dengannya. Setiap ia melakukan kegiatan yang berurusan dengan lagu, pasti dia melakukannya bersama dengan Renjun.
Ya, Chenle adalah anak yang sangat berbakat. Olahraga, bermain musik, bernyanyi, menciptakan lagu, adalah sederet talentanya. Selain itu juga dia anak yang cerdas, maka tak heran di usianya yang masih belia, ia digadang-gadang menjadi penerus perusahaan keluarga Zhong di Asia Timur. Inilah juga alasan mengapa ia meneruskan sekolah di Korea, agar ia dapat belajar secara langsung bersama dengan Dabo.
Selain Renjun, aku tidak tahu teman Chenle yang lain. Hanya saja, Chenle bercerita bahwa mereka membentuk sebuah Grup di sekolah. Awalnya grup ini terbentuk hanya 4 orang saja, namun kini berkembang menjadi beranggotakan 7 orang. Teman satu sekolah mereka mengenalnya dengan Seven Dream, karena (katanya) berisikan 7 laki-laki yang ketampanannya tidak nyata layaknya mimpi. Aku sih tidak sepenuhnya setuju, karena terkadang Chenle suka melebih-lebihkan ketika ia bercerita sesuatu agar terdengar lebih seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Eyes
FanfictionKisah tentang seorang lelaki dingin yang memiliki senyum seindah senja, yang menggurat busur indah di matanya bak pelangi yang memancarkan warna warni sehabis hujan. Laki-laki itu berjumpa dengan seorang asing yang kelak mengubah hidupnya. kisah yan...