Kejadian Sebelum Awal Takdir

17 3 2
                                    

                 "AAAAAAAARGHH!!!!" seorang pria muda berteriak murka, tangannya memeluk erat sebuah tubuh yang dingin, berlumuran darah. Sebulir air mata darah menetes jatuh ke ruas putih pipi pria muda yang dipeluknya.

               "Kakak....," suaranya lirih hampir tak terdengar, tangannya menggenggam erat benda yang mengalungi kehernya. Para tetua berkata jika seseorang melanggar sebuah perjanjian emas, langit akan berduka dan hujan asam akan turun dan membakar apa saja yang disentuhnya. Terkutuklah orang yang telah melanggar perjanjian suci.

"Raja...muda," pemuda lain terlihat tersungkur di tanah, telinga kucingnya terkulai lemas, salah satu tangannya berusaha meraih tubuh di hadapannya. Namun, dirinya tak sanggup untuk lebih dekat lagi. Tubuhnya terasa sakit seperti terpotong menjadi beberapa bagian. Sedikit demi sedikit matanya terpejam dan kepalanya terkulai lemas di tanah.

              Sungguh malang tanah ini, selain seseorang telah melanggar perjanjian suci merekapun harus kehilangan seorang raja. Raja yang begitu muda gugur dengan memalukan seperti ini di hadapan orang banyak. Kemenangan adalah kebahagiann bagi sebagian dan duka bagi yang lain, penghianat itu harus dihukum berat dan ini adalah awal dari semunya. Diiringi oleh lolongan srigala yang bersahutan disinilah semua berawal, tapi sebelum awal ada kejadian sebelumnya. Kejadian dimana sebelum sebuah awal memulai takdirnya.

                  "Dahulu kala ada seorang penyihir cantik, selain parasnya yang rupawan dia juga seorang penyihir cerdas dan disukai semua orang. Gadis bersepatu merah, itu julukan bagi gadis itu. Suatu hari dirinya yang bosan turun dari istana langit, dengan sapu terbangnya gadis itu melesat menjelajahi tanah manusia. Suatu ketika tanpa sadar salah satu sepatunya terjatuh dan menimpa kepala seorang manusia dibawahnya. Gadis itu memandang pria tersebut dan merekapun jatuh cinta," seorang pria paruh baya terlihat duduk bersila dikerumuni sekelompok anak kecil.

"Aaaaa...romantisnya", seorang gadis kecil tersipu sambil menopang dagunya yang mungil.

"Haaa....," tak jauh dari sana seorang pria muda bertelinga kucing tampak mendengus seakan ingin memprotes semua isi cerita yang baru didengarnya, "ayah bisa tidak berhenti menceritakan omong kosong itu lagi," erangnya lagi.

"Kenapa sih itukan romantis!!!" protes salah satu gadis kecil yang duduk bersimpuh.

"Ha?!! Romantis? Romantis dimananya? Taukan kelanjutan ceritanya. Memang gara-gara siapa sampai kita para hybrid ini menderita, tanah rusak dan monster lumpur merajalela dimana-mana. " Gadis kecil dihadapannya mulai meneteskan air matanya dah siap menangis.

"Ah sudah...sudah. Ayo anak-anak kalian kembali ke rumah masih-masing ini sudah malam," pria paruh baya itu menepuk tangannya dan menggiring anak-anak untuk keluar rumah. Gadis kecil tadi berdiri paling akhir, sebelum pergi dia melayankan tendangan kecil pada lutut pemuda di depan pintu.

"Vernex jahat!!!" jeritnya sambil berlari.

"Eh kau..." Pria paruh baya itu segera menghalangi pemuda bernama Vernex untuk tidak mengejar gadis kecil tadi. Tidak lucukan kalau pria dewasa begini berkelahi dengan anak kecil.

"Vernex, kau tidak perlu terlalu keras mereka cuman anak kecil lagi pula itu hanya cerita belaka," lanjut pria paruh baya itu sambil menepuk pundak Vernex.

"Tapi tidak semua cerita itu isapan jempol, keadaan kita sekarang ini juga gara-gara mereka. Cinta pandangan pertama?!! Apa itu omong kosong!!" cibirnya sambil membuang muka.

"Aku jatuh cinta dengan ibumu saat pandangan pertama lho," senyum pria paruh baya itu sambil menunjuk wajahnya.

Vernex memandang enggan sosok dihadapannya, "Ayah jangan bohong ya, aku tahu dari ibu. Lagian kalian jatuh cinta karena ayah patah hatikan." Pria paruh baya yang merupakan ayah Vernex ini hanya tertawa ringan dan berbalik pergi.

                     Gemerincing suara rantai terdengan terseret oleh tubuh yang lunglai. Vernex terduduk bersimpuh memandang lantai yang mengkilat indah. Darah segar menetes dari mulut dan matanya, dirinya tak sanggup berkata apa-apa, pandangannya nanar tak fokus tapi, dia dipaksa untuk tetap terjaga. Digelengkan kepalanya ringan menghalau ingatan lalu yang mendadak terbesit di kepalanya. 

"Vernex Felix, atas putusan pelanggaran janji suci dan pembunuhan berencana tehadap raja langit maka dengan ini kami para penyihir memutuskan hukuman 'penyucian dini' pada penghianat ini " Vernex mendongakkan kepalanya dan kemudian tertunduk kembali. Penyucian diri adalah hukuman yang diberikan bagi para penyihir bagi pelanggar dengan menjadikan pendosa makanan bagi para monster lumpur, menyerap semua kehidupannya. Setelahnya monster tersebut akan dibantai, inti yang telah berisi penuh oleh energi yang diserapnya akan diambil menjadi kekuatan bagi kebutuhan para penyihir. Vernex tersenyum getir, amis dan asin terasa begitu tajam di mulutnya yang penuh dengan darah. Tak ada sedikitpun terbesit dalam pikirannya untuk melukai raja, apalagi mmebunuhnya. Vernex tidak akan puduli jika dia sorang penyihir ataupun raja di langit ini sekalipun tapi, mereka berbicara tentang dia. Dia yang menerima janjinya, orang pertama percaya akan janji seorang Feline yang seumur hidupnya memili reputasi makhluk paling tak dapat dipercaya di dunia ini. Saat inipun jika dia mengatakan dia di fitnah apakah akan ada yang mendengar. Vernex mengaku mungkin memang dia telah melangar perjanjian mereka tapi, sudah pasti itu bukan suatu perencanaan pembunuhan. Vernex memandang bangku singgasana yang kini kosong di hadapannya. Dirinya masih inga waktu pertamakali sang raja datang kedesanya, waktu pertama mereka bertemu. Suara lembutnya sahabatnya.

Golden PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang