Raja dan Jebakan Logam Abadi (Bag I)

3 0 0
                                    


                  Vernex menatap pria muda di hadapannya, bibirnya mengerucut kecut. Rasa kesal atas pemimpin kalangan penyihir itu tetap tidak bisa disembunyikan. Dia segera menegakkan kepalanya dan membalikkan tubuh berniat kabur sebelum ayahnya menahan untuk tetap diam di tempatnya berdiri.

"Ada apa sekiranya yang mulia dari kalangan penyihir datang ke tempat kumuh kami ini?" Vernex menatap ayahnya janggal dan hampir muak denga kata-kata sopan yg mendadak diucapkan.

"Ah aku mendapat kabar kau menolak tawaran kami..."

"...cepat ya beritanya, rasanya baru ditolak beberapa jam lalu dan sekarang sudah datang 'berkunjung'. Apa sebegitu terdesaknya kalian para penyihir melawan anjing-ajing itu!" Luxio segera menghukum anak laki-lakinya dengan tusukan keras dari siku ke perut Vernex. Vernex mengaduh sakit dan mengusap-usap perutnya yg nyeri.

"Maafkan anak saya memang agak lancang...mulutnya..." Ujar Luxio sambil terkekeh, berusaha membuatnya terlihat seperti lawakan tidak lucu.

"Luxio jangan besar kepala, hanya karena kami membutuhkanmu! Harusnya kau didik anakmu dengan benar!!!" Seorang pria tua dengan jenggot putih panjang mulai menghardik Luxio.

"Memang kalian butuh akukan, tanpa aku memang kalian bisa apa? Para canine memiliki senjata sihir elemen, itukan yg kalian takutkan?!" Luxio menatap tajam lelaki tua itu, seakan mengatakan tidak ada orang bisa bicara sembarangan di desanya ini.

"Kau...." Pria tua itu siap membalas Luxio tapi, raja muda di sebelahnya segera menahan.

"Kami ingin memberika penawaran...." Ujarnya sambil, meminta seorang gadis muda di sebelahnya untuk maju ke depan "...mari kita buat kesepakatan bersama." Lanjutnya lagi.

"Kami para penyihir memiliki tanah yang luas juga subur, kami bisa memberikan yg kalian butuhkan, apapun akan kami berikan dari kepingan emas sanpai seluruh kebutuhan hidup kalian." Seorang gadis muda mulai menjelaskan inti dari gulungan di tangannnya.

"Kalian para penyihir sungguh sangat sombong dan tidak sopan. Walau, kami kesulitan dan harus kerja keras membanting tulang dalam memenuhi hidup di tanah ya g tercemar ini. Kami tidak bodoh dengan mudah menuruti kalian dengan janji-janji manis hidup enak dari kalian."Seorang pria bertopi jerami pemberi kabar tadi terlihat sangat marah. Seluruh warga desapun menganggukan kepala mereka seakan memberikan perserujuan pada perkataan pria tersebut. Vernexpun berpikiran sama dan dia bersyukur ternyata penduduk di desanya tidak mudah tergiur dengan godaan yang diberikan.

"Yang mulia, ini bukan masalah enggan menolong atau tawaran yg menggiurkan ini. Namun, ini masalah kami adalah para hybrid, jika kami membantu kalian apa yg harus kami katakan pada hybrid lain. Kami bagaikan pengkhianat jika membela kalian." Luxio mulai memperlihatkan wajah seriusnya, senyumnya mulai hilang dan Vernex tau ayahnya tidak main-main saat ini.

"Jadi pada dasarnya kalia mendukung kami para penyihir?" Ucap raja muda itu sembari tersenyum lebar.

"Tidak juga..." jawab Luxio cepat dan menusuk, "Buat apa kami para hybrid yang menderita karena kaliam sejak beratus-ratus tahun lamanya mau membela kalian? Walau begitu apa yg dilakukan para canine juga tidak bisa di benarkan. Aku, bukan...tapi, kami tidak peduli. Jika kalian ingin saling menumpahkan darah, silahkan saja tapi, jangan libatkan kami." Kata-kata Luxio seakan-akan membakar hati para penyihir di hadapannya. Muka mereka memerah karena marah tapi, tidak dengan raja muda ini. Dia masih terlihat tenang dan memgulum tipis senyumnya.

"Tunggu ini belum selesai...." Lanjut gadis pembawa gulungan itu.

"Kami akan memberi kalian logam..." tiba-tiba gadis itu tertegun dan mebalikkan badannya, "...tunggu dulu yang mulai anda tidak bisa seenak-" kata-kata gadi itu terputus, saat raja para penyihir memintanya untuk diam.

Golden PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang