Terlihat Seperti Bulan Daripada Matahari (Bag II)

5 0 0
                                    

                    Canine, para ras keturunan anjing. Pengembara yang memiliki harga diri lebih tinggi daripada langit dan jiwa yang dingin sedingin puncak gunung bersalju. Padang rumput luas yang dikelilingi oleh gunung-gunung, jika melihat ke sisi utara pada titik temu akan terlihat sebuah guung tinggi yang puncaknya menembus langit berawan. Tidak seperti ras feline yang sedasarnya menempatkan mahkota kepemimpinan ras mereka pada para kucing besar, sebagian ras kecil memilih untuk hiudup tanpa tunduk pada mereka. Seperti desa yang ditinggali Vernex sekarang. Sedangkan para canine, mempercayakan kepemimpinan mereka pada para 'srigala'. Menurut gosip yang beredar, pemimping kekuatan tertinggi sekarang adala seorang darah muda yang ambisius. Sudah sejak lama para canine tidak menyukai penyihir. Bagi mereka, para penyihir menutup mata atas kesulitan yang diderita semua ras hybrit dan menjadikan dosa leluhur sebagai alasan untuk menindas mereka. Sebegitu besar para penyihir memandang rendah kaum hybrit tapi, kenyataannya mereka masih saja membutuhkan hasil panen inti hati monster lumpur ras-ras yang mereka rendahkan. Terutama para penyihir yang masih memiliki darah manusia, mereka membutuhkan kelopak merah mentari agar tetap 'bersih'. Mungkin mereka lupa atau pura-pura lupa kalau akar hidup mereka sebenarnya juga berasal dari seorang manusia. Namun, semua itu tidak cukup menjadi dasar alasan para canine untuk menyerang kediaman para penyihir. Apalagi, jika mereka senekat itu akan jadi pertempuran besar yang melibatkan ras lain. Kelompok-kelompok akan terbentuk dan pertikaian antar sesama akan pecah. Kepala Vernex seakan berputar, tak habis pikir apa yang ada di dalam kepala para srigala bodoh itu.

               Vernex mengangkat kepalanya, hal pertama yang dilihat adalah berbagai toples yang berjajar rapi di pojok ruangan. Ada tumbuhan berwarna biru muda kehijauan, lebih mirip karang namun bebau daun mint, bahkan walau ditutup rapat baunya masih tercium sampai luar. Di sisi kanannya terlihat sebuah jantung yang terendam oleh cairan biru transparan. Sedangkan di sisi kiri terdapat sekuntum bunga merah cerah dengan semburat orange di sekeliling kelopaknya, terlihat tergeletak di dasar toples, entah sejak kapa nada di sana. Seingat Vernex sendari dia kecil bunga itu sudah ada dan masih terlihat segar sampai sekarang juga masih banyak benda aneh lainnya. Vernex memiringkan kepalanya dan sesaat berfikir kalau ayahnya memang senang mengumpulkan hal-hal janggal seperti ini atau memang ini hasil percobaannya yang entah apa Vernex tidak mengetahuinya. Saat Vernex siap berbicara lagi. Terdengan deru kencang dari luar gedung, sebuah mobil penjelajah terparkir dengan terburu-buru dan sembarangan. Seorang pria membawa sabit dengan topi jeraminya berlari menerobos masuk. Sepertinya pria ini baru saja pertani, entah ada kejadian apa sehingga dia tergesa-gesa datang tanpa bebenah diri.

"Luxio, sang raja datang...bagaimana ini!!!" Teriakannya menahan Vernex saat akan kembali berbicara.

                  Luxio hanya tertegun, diletakkan cangkir minumnya dan segera berjalan cepat keluar gedung. Vernex membuntuti ayanya dan merekapun menaikin mobil penjelajah tersebut. Mobil ini tidak terlalu besar, hanya bisa di naiki oleh tiga orang. Seorang pengemudi di depan, dan dua penumpang di belakang. Bentuknya mirip dengan mobil jeeb biasa dengan atap yang tebuka. Namun, jangan tanya akan kekuatan mobil ini, sekali tarikan mungkin dia bisa memindahkan sebongkah potongan gunung mini. Mobil ini juga sekuat baja dan memang dibuat untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbatu dan tidak rata. Bagian luarnya di beri warna hijau untuk mengelabui para monster lumpur, agar terlihat seperti gundukan rumput berjalan. Berbagai macam tombol terlihat dalam kendali pengemudi, memilah jalan dan makhluk hidup di sekitar mereka. Radar pada mobil selalu siap jika ada pihak yang siap mendekati mereka. Sebenarnya Vernex lebih suka berlari daripada menaikinya tapi, dia ingin menemani ayahnya yang terlihat kalut. Mata Luxio menekuk dah terlihat kerutan kasar di dahinya tanda ayahnya sedang berfikir keras. Mobil itu menyusuri jalan yang gersang dan berbatu, sedikit demi sedikit mereka mulai melihat rumput hijau dan sebuah danau kecil, tanda kehiudpan mulai terlihat. Desa Vernex, hasil jerih payah para penduduk untuk bisa mengembalikan kehidupan di tanah tersebut. Vernex menurunkan jendela mobil dan menengok ke belakang, terlihat sekumpulan dandelion yang setiap beberapa menit menerbangkan biji-bijinya. Namun, setiap akan melewati batas tertentu biji tersebut hancur menjadi butiran kristal. Dandelion es, sebutan yang diberikan oleh penduduk, salah satu hasil dari percobaan yang dilakukan ayah Vernex. Bibit ini menjaga kesuburan dan kehidupan desa karena, setiap mereka menyebar, bibit-bibit itu mengorbankan diri dengan menyerap sihir perusak kemudian hancur menjadi butiran-butiran kristal. Memang terlihat rapuh namun, tumbuhan ini tak mudah binasa, saat terancam tubuh mereka akan mengeras diselimuti oleh kristal tebal, saat ketenangan datang tubuh mereka akan kembali menjadi layaknya dandelion seperti biasanya.

                   Saat mereka sudah sampai balai desa, hari sudah larut malam. Terlihat banyak orang berkerumun dan saling berbincang satu sama lain. Wajah mereka terlihat pucat dan khawatir, kemudian menjadi bersemangat saat melihat Luxio dan Vernex datang. Saat kerumunan itu makin memudar, terlihat kelompok kecil yang melingkar di bagian tengah. Vernex menjulurkan kepalanya dan matanya terpaku pada pria yang berdiri paling depan.

"Yang mulia, Luxio telah datang..." Luxio segera membungkukkan kepalanya dan menekan kepala Vernex dengan paksa agar anaknya inipun ikut menunduk.

               Vernex yang kesakitan berdecak ringan, didongakkan sedikit kepalanya dan matanya bertemu dengan pria di hadapannya. Seorang pria muda dengan rambut yang berwarna pirang, panjang bagaikan emas dengan mata birunya yang jernih sedalam laut. Begitu muda dan bersemangat.

"Ah, tidak perlu kaku seperti itu. Mungkin kalian belum tahu, aku raja dari istana langit. Yah, baru kemarin juga jadi raja hahahaha!!!!" Tawanya menggelegar, meramaikan malam. Inikah pemimpin para penyihir? Dia telihat seperti bulan yang bersinar paling cerah malam ini. 

Golden PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang