Terlihat Seperti Bulan daripada Matahari (Bag I)

7 1 3
                                    

                SRET!!

               Vernex mencibirkan bibirnya sambil menjulurkan lidah tanda jijik akan secercak genangan kental berwarna ungu yang mengenai wajahnya. Tangannya yang berlendir mengusap bajunya dengan kasar dan menambah genangan ungu di sekujur tubuhnya. Hari ini adalah tugas keseharian para feline, jika mereka ingin makan, maka mereka haru berkerja. Memburu para monster lumpur dan menjual inti hati mereka pada penyihir turunan adalah tugas keseharian mereka. Sebuah sumber tenaga para penyihir keturunan agar mereka yang memiliki darah manusia itu bisa tetap 'bersih'. Di hujamkan belati di tangannya tepat pada dada monster lumpur, tangannya yang terampil tampak biasa saja merobek lipatan kulit seperti jelly berwarna biru tua pekat bercampur dengan lendir ungu itu. Tangannya dengan sigap merogoh ke bagian dalam dan mencabut sebuah batu permata yang berkilau, warnanya merah, semerah darah dan terlihat titik berwara matahari pagi bersinar redup di bagian tengahnya. Inilah permata inti, mereka menyebutnya kelopak merah mentari. Vernex memandang puas hasil buruannya dan memalingkan wajah pada teman seperjuangan yang berada di belakanganya.

"Lumayan juga, bisa buat makan kita bulan ini!" Seru sahabatnya sambil menepuk pundak Vernex keras, tubuh kecil Vernex yang ringanpun terhuyung kaku ke depan.

"Harusnya kita bisa dapat lebih bagus lagi, tapi monster lumpur ini ternyata cuman badannya saja yang besar." Ujar Vernex sambil melempar-lempar ke atas bongkahan permata di tangannya. Sesekali kerlipan cahaya bersinar dari dalam terkena pantulan sinar bulan.

"Sudah bawa ini ke pasar dagang, jangan lupa ambil bagianmu dan kirim uangnya ke ayah," Pria di hadapannya menatap Vernex dengan wajah sendu. , "Vernex kau tidak mau coba jual ini sendiri?" Tanya pria itu lagi. Vernex mengulum bibirnya, "Kaukan tahu kalau aku yang jual mereka tidak akan ada yang mau beli. Tak seorangpun yang percaya dengan ras feline apalagi dalam kalangan sepertiku ini", Vernex memandang tangannya yang terkepal menggenggam permata inti tadi. Pria di hadapannya siap menyanggahnya namun, Vernex segera mencegahnya dan meminta sahabatnya segera pergi. Di dunia ini lebih baik mengirim rubah, daparipada seekor kucing.

           Vernex segera berlari menyusuri lembah, daerah ini gersang karena beberapa ratus tahun yang lalu terjadi hujan asam. Entah bisa dibilang keberuntungan atau kesialan, masih ada yg bisa hidup dalam peristiwa tersebut. Semuanya berubah saat manusia mendapat karunia untuk menjadi penyihir atau tetap hidup dengan berevolusi menjadi setengan hewan. Mungkin bagi para hibrit itu bukanlan sebuah karunia tapi, merupakan kutukan. Walaupun tubuh mereka menjadi kuat dan tahan akan area yang krisis seperti ini. Namun, seumur hidup di cap sebagai pendosa dan harus menanggung tanda dari setiap dosa yang leluhur mereka perbuat. Bagi Vernex itu sangat menyulitka dirinya juga seluruh penghuni desa. Suku mereka adalah keturuna feline. Keturunan manusia terkutuk yang konon katanya terlahir bersama darah penyihir penyebab bencana ini, suatu pengkhianatan pada dunia. Hal tersebut menjadikan dunia gersang dan nyaris tak bisa dihidupi. Ras feline memiliki label sebagai makhluk yang tak bisa dipercaya seumur hidupnya. Sebagaimana dia berusaha hidup lurus, setiap orang yang melihat mereka sebagai pendosa yang mungkin peristiwa tersebut ternjadi saat mereka belum lahir. Beruntung seorang laki-laki dari kalangan manusia datang ke desa Vernex, pria itu mengajakan cara bercocok tanam dan memanen inti hati monster lumpur. Seorang manusia yang digadang-gadang memang memiliki pengetahuan yang luas. Pria itu adalah ayah Vernex. Merasa menjadi anak seorang yang berkedudukan penting dalam desanya, Vernex merasa memiliki tanggung jawab untuk menghidupi seluruh penduduk desa. Setelah sekian lama dia berlari, wajahnya tersenyum saat melihat bayangan gedung kecil yang sekelilinganya tertutup rapat oleh kaca. Dari kejauhan terlihat seperti tiga buah kristal yang berjajar rapi, di bagian bawahnya terdapat sebuah bangunan tua yang terlihat kontras denga kristal raksasa yang berkilau di belakang. Ini adalah laboratoirum milik ayah Vernex, Si Tua Penemu Luxio. Yah walaupun dia tidak setua ini dalam penampilannya, terbukti masih banyak wanita yang berniat meminang pria tua itu. Vernex yang tidak tahan akhirnya selalu memanggilnya 'pria tua' agar ayahnya yang duda ini bisa sedikit sadar umur. Dirinya tau kalau ayahnya memang tidak akan pernah berniat menikah lagi setelah ibunya tiada. Namu, bulu kuduknya seakan berdiri setiap melihat ayahnya tersipu malu jika ada wanita yang memuji kegagahan dalam usia matangnya.

                 Vernex mengangkat tirai dengan sebelah tanganya, tirai yang tersusun dari bebabagai macam cangkang kerang itu bergemericing saling bertabrakan satu sama lain. Disusuri loron di hadapannya dengan santai, setiap langkahnya bergema dalam ruangan. Sebuah embun mengambang di udara setiap dia menghembuskan nafas, di dalam sangatlah dingin. Pada bagian lantai tersebar bebagai macam untaikan kawat penghantar listrik yang saling bertumpuk dan menuju ke sumbernya masin-masing. Gedung kecil ini adalah tempat untuk menjaga agar tiga pilar kristal tetap menyala menopang desa agar tetap mendapatkan energi. Pilar ini diisi menggunakan energi listrik yang di eksport melalui timur, tempat para ras avem berdiam. Para manusia setengah burung, orang-orang selalu menganggap mereka adalah makhuk yang memiliki fisik paling mirip dengan penyihir. Para avem akan mengirim sebuah cairan yang dapat diubah menjadi listrik oleh alat yang telah terpasang pada pilar kristal ini. Ke tiga pilar ini adalah sebuah batuan betuah yang mengandung sihir. Vernex tidak begitu mengetahui sejarah batu itu, karena ayahnya hanya bilang mungkin ini keberuntungan mereka memiliki batu berkekuatan sihir yang ada di sekitar desa. Terdengar aneh tapi, Vernex enggan menanyakan lebih lanjut. Maka dia hanya menelan bulat-bulat penjelasan sembarangan ayahnya tersebut. Walau di hatinya dia tahu ayahnya sedang menyembunyikan sesuatu.

"Ayah...!!!" Teriak Vernex, menggema ke setiap ruangan.

Langkah Vernex terhenti saat dia mendengar keribudan dari dalam. Vernex segera mempercepat langkahnya menuju sumber suara. Saat dia akan mengangkat tirai, tiba-tiba saja seorang laki-laki keluar dari sana dan menabrak tubuh Vernex kasar. Vernexpun terhuyung dan membentur beberapa toples koleksi percobaan ayahnya. Pria tersebut terhenti sesaat, membalikkan badannya dan kemudian menatap Vernex dengan jijik, kemudian pergi dengan hentakan kaki yang berat dan tergesa-gesa. Vernex bangkit dengan kesal, segera dia menuju tempat ayahnya berdiri. Terlihat pria tua itu bersandar pada meja kayu di belakangnya sembari menghirup madu dari cangkir kristal berwarna merah di tangannya. Nafasnya berat seakan baru saja memuntahkan sesuatu yang enggan keluar dari tenggorokan.

"Mereka memintaku untuk memproduksi dan menjual senjata elemen kepada mereka," suara Luxio sangat rendah, dia tahu anaknya pasti menanyakan ada peristiwa apa, "...dan aku menolaknya."Lanjutnya dengan datar.

"Para penyihir?" Dahi Vernex berkerut. Ayahnya hanya mengangguk ringan sambil menghirup kembali cairan mengkilap di gelasnya.

"Untuk apa mereka memerlukan senjata elemen? Merekakan punya sihir. Bukankah senjata elemen berdasar dari sihir juga atau jangan-jangan mereka....", dia siap melanjutkan sebelum ayahnya memotong pembicaraannya "Mereka ingin semua penyihir bisa menguasai semua elemen." Vernex menghentakkan kakinya kesal, "dasar makhluk-makhluk serakah, mereka mikir apa sih?" Wajar jika Vernex merasa kesal, para hibrit hidup sangat sulit. Jaman dahulu mereka tidak tahu harus bagaimana bertahan hidup, tidak ada air bersih, tidak ada makhluk hidup yang bisa dimakan. Jika adapun itu sedikit, apalagi mereka tidak memiliki daya untuk mengolah bagian yang sudah terkontaminasi, karena salah satu caranya adalah dengan sihir. Saat dunia hancur, tanpa sadar dunia menyerap sihir yang menyebar melalui hujan asam. Karena dasarnya hujan asam tersebut bukanlah hujan asam biasa, tapi hujan yang terselimuti sihir secara terselubung. Maka terciptalah elemen-elemen tersebut, yang meliputi seluruh dunia. Beruntung penelitian oleh ilmuan di kalangan manusia menemukan sebuah alat yang bisa berkolaborai dengan elemen yang tersebar di dunia. Luxio adalah salah satu penemu tersebut, itulah salah satu cara bagaimana mereka bisa menciptakan listrik, membentuk tanah yang subur untuk bercocok tanam dan juga berternak. Awalnya alat-alat ini hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sampai mereka terpaksa menciptakan sebuah senjata untuk bertahan hidup kemudian berkembang sebagai alat berburu makhluk lumpur. Vernex bisa maklum jika ada hibrit lain yang membutuhkannya demi kelangsungan hidup mereka tapi, para penyihir hidup sangat makmur dan merekapun kuat akan sihir untuk apa memerlukan senjata elemen lagi. Andaikan itu sebuah lelucon, alasan seperti itu sungguh guyonan tidak lucu bagi Vernex.

"Para canine mengancam akan menyerbu daerah penyihir...." Vernex mengusap wajahnya kasar, "dasar para canine bodoh!" Erangnya kesal.

Golden PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang