Januari 19

43 5 1
                                    

Ini hari ketiga setelah Januari hilang kabar. Ajun juga tak kunjung menghubungi Igta setelah gadis itu meminta untuk menghubunginya terlebih dahulu.

Di sekolah pun, mereka tidak terlihat. Sudah dua hari Januari bolos. Ajun juga begitu. Kata teman-temannya, Ajun ada di sekolah. Namun saat Igta pergi ke kelas mereka, Ajun selalu tak ada. Kentara sekali jika dia sedang menghindari Igta entah karena apa.

Mereka pasti menyembunyikan sesuatu darinya, pikir Igta selalu begitu.

Januari tak mungkin menghilang seperti ini jika tidak ada sesuatu yang ia sembunyikan. Igta sudah hafal tabiat Janu. Ia akan menghindari Igta jika ada sesuatu serius yang sedang dialaminya. Seperti beberapa bulan lalu, Januari menghilang selama hampir tiga hari. Ternyata ia kembali terlibat dengan kekerasan, entah kali ini apa alasan cowok itu.

Sebenernya Igta ingin menghampiri rumah Janu sejak kemarin, namun kakaknya melarang karena ia saat ini sedang sibuk mengurus skripsinya. Tidak ada yang bisa mengantar gadis itu pergi ke tempat Janu malam-malam.

Tapi hari ini, Igta bertekad untuk pergi sendirian. Tak apa kakaknya marah nanti, asal ia mengetahui bagaimana kabar Janu sekarang. Apakah cowok itu baik-baik saja atau justru sebaliknya.

☘☘☘

"Lo nggak pa-pa, Nu?"

Sial. Janu ketahuan.

Sejak tadi memang wajah sebelah kanannya terasa nyeri. Kepalanya juga terasa pusing sebelah. Karena tak ingin ketahuan Ajun, Janu hanya diam saja. Berusaha meredam sendiri sakit itu hingga hilang, seperti semalam. Tapi sepertinya Ajun mengawasi gerak-geriknya.

"Lo pusing? Nyeri sebagian? Kalau gitu, ke dokter aja. Mumpung gue masih free nih, belum berangkat ke kafe."

"Gue nggak kenapa-kenapa, sumpah. Kepala gue gatel doang."

Ajun hanya meliriknya sekilas. Tahu betul Janu sedang beralibi. Membuat alasan agar ia percaya, Janu tak apa. Tapi sayang, Ajun tahu Janu berbohong. Sejak hidup berdua beberapa bulan belakangan, Ajun paham gerak-gerik Janu ketika berbohong. Jangan harap Ajun kembali tertipu kali ini. Tidak akan.

"Lo ketahuan bohong sama gue, detik itu juga gue kasih tau Igta kejadian kemaren."

Janu meneguk ludah, tatapannya mulai tak tenang, Ajun tahu betul Igta adalah kelemahan terbesarnya. Dan sepertinya, Janu tidak akan hidup tenang beberapa saat ke depan. Mungkin sampai sakit di kepalanya hilang.

"Igta nanyain lo beberapa kali. Gue cuma bisa jawab, lo nggak pa-pa. Lagi ada masalah kecil, nggak usah khawatir. Tahu nggak, sih? Lo yang sembunyi-sembunyi gini malah bikin Igta makin khawatir. Setidaknya kasih tahu dia kalau lo nggak papa." Ajun yang saat itu memegang kunci rumah Janu, melemparkan kunci itu pada empunya.

"Igta otw ke sini. Jangan lari lagi, hadapi semuanya. Atau Igta nggak bakal percaya sama lo lagi. Percaya sama gue, mau sesakit apa pun kenyataannya, Igta bakal tetap di sini. Dia nggak akan ke mana-mana. Jadi, tolong jujur." Dan setelah itu, Ajun pergi. Meninggalkan Janu yang masih terdiam. Berusaha menyakinkan diri sendiri kalau apa yang Ajun bilang ada benarnya.

Tidak salah jujur pada Igta, daripada terus berbohong dan hanya bisa membuat gadis itu terluka. Januari ingin bersumpah, melukai gadis itu berarti sama dengan melukai dirinya sendiri.

Dan benar, beberapa saat kemudian, Igta menelfon. Januari hanya bisa mengangkatnya tanpa bersuara, hanya mendengar gadis itu berkata ia ada di depan rumahnya dengan nada bicara yang bergetar. Berharap Janu mau membuka pintu dan membiarkannya masuk.

09*09*21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

09*09*21

Kutitipkan Januari PadamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang