Malam, hujan, dan kisah yang telah usai

38 9 11
                                    

Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah
gumpalan awan dan kelam langit malam.
Tiada bintang, hanya rembulan seorang
bersinar menenangkan, mendatangkan nyaman.
Tak lama rasa itu hilang, kala bayu bertiup kencang
sepertinya hujan akan bertandang,
dengan dendang Guntur yang menyenangkan.

Malam semakin larut, namun hujan belum juga datang.
Sebagai ganti, ingatan lama mulai menari-nari
menyiksa hati, lagi, lagi, dan lagi.
Penolakan-penolakan akan mimpi.
Ketidaksetujuan atas hal yang sebenarnya diri ini cintai,
serta kenangan-kenangan lain yang hanya menyakiti.
Semua berlomba-lomba naik ke permukaan
menaburi garam pada luka, yang sebentar lagi tinggal cerita.

Tetes-tetes pertama mulai berjatuhan, diikuti ribuan lainnya.
Kembali teringat, mereka yang pertama kali mengenalkan.
Tapi mereka pula yang kemudian melarang untuk tinggal.
Mereka yang seharusnya paling mengenal,
malah tak mau mengerti, apa yang sebenarnya diri ini ingin miliki.

Aroma hujan yang seharusnya menyenangkan, kini tak lagi terasa.
Mereka menuntut ini, meminta itu, mengarahkan kemari,
Cari ini, kejar ini, wujudkan itu.
Banyak sekali mau mereka, lelah diri ini diperalat.
Syukurlah semua sudah usai, tamat.
Ketika diri ini meledak. Habis mereka dipeluk tanah.

Sza,
Puisi ini kemarin Dei ikutin event, Alhamdulillah ga keterima, jadi bisa ditaruh di sini:"v


09.09.21

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang