Project 32 ; Daily Dose of Happiness

636 69 17
                                    

"Promise me this is forever" 

--- Elena Gilbert (The Vampire Diaries) ---

---

Jevano's Apartment Building
Yogyakarta
[15:40]

•—Nisrina
Aku belum memutuskan untuk resign, akhirnya. Tentu ini semua karena berkat dukungan moral dari orang-orang yang sayang padaku, dan nggak ingin aku jatuh hanya karena sebuah gosip murahan yang sama sekali tidak berdasar. Dan sebulan ini aku ke kantor, pulang dan pergi dengan nyaman tanpa banyak drama. Meski sekarang, aku sangat membatasi untuk bertemu dengan Gavin, yang anehnya, shift-nya juga tidak sama denganku, kalaupun sama, kami jarang jadi partner karena aku lebih banyak ngobrol dengan supervisor dan staff yang lebih nyaman untuk diajak berbicara masalah set up ruangan. 

Willy dan Dini masih jadi partner in crime selepas jam kerja, meski sekarang aku jarang sekali keluar main dengan mereka karena kesibukan kami masing-masing. Aku dan Jevano, sementara Dini dan Tian—lalu Willy dan kesendiriannya. Hanya saja, aku selalu check up on Willy kapanpun aku bisa. Dan hari ini, aku mengusulkan kepada Jevano untuk keluar makan malam casual dengan Willy. Karena seperti janji Jevano, dia nggak menyentuh night club lagi. 

Jam menunjukkan pukul empat lewat dan aku masih meletakkan kepalaku ke paha Jevano selagi kedua mataku terfokus pada layar televisi. Serial The Vampire Diaries membuatku benar-benar sangat emerse dan fokus. Bahkan Jevano juga menikmatinya. Ia sama sekali tidak menghakimi selera film-ku, justru sebaiknya, Jevano memberikan rekomendasi film atau serial barat yang sesuai dengan taste-ku. TVD adalah salah satunya. 

"Aduuuuh pengen yang kaya Damon Salvatore!" seruku ketika aku menatap Damon yang serius melindungi Elena Gilbert, si tokoh utama dalam episode kali ini. 

"Hhh, gantengan juga aku, Putri," aku bisa mendengar Jevano bergumam. Aku memutar tubuhku dan menghadap Jevano. Tersenyum lebar sambil mengangkat tanganku untuk mengusap pipinya lembut, "tapi Damon tuh hot banget, Ko! Matanya bagus, terus bibirnya ... ugh ... gemes banget!" 

Jevano memutar kedua bola matanya dengan ekspresi kesal, "ya ya ya, aku tahu aku sipit." 

Aku tertawa kecil dan segera bangkit dari posisi tidurku sebelum mengalungkan kedua tanganku di bahunya dan mencium bibir Jevano lembut. Jevano terkekeh dan melingkarkan tangannya di pinggangku sebelum membalas ciumanku, sama lembutnya, dan aku terasa seperti mabuk kepayang. 

"This is my Jevano Salvatore," bisikku di bibirnya, jari telunjukku mengusap bibir Jevano lembut, kami berdua saling bertatapan sejenak sebelum Jevano kembali menutup jarak dan menciumku lembut. 

"But you're not my Nisrina Gilbert," ujarnya. Aku mengerucutkan bibir namun Jevano tertawa, "you're my Princess, and home." 

Aku tidak bisa menahan diri dari rasa senang yang membuncah, dan kami kembali melanjutkan menonton dengan aku bersandar di dadanya dan Jevano memelukku erat. 

"Janjian sama Willy jam berapa sih?" 

"Jam Tujuh, satu episode lagi kita jalan ya?" 

"Hmmm" 

.

.

Sushi Tei
Yogyakarta
[19:35]

Aku mengangkat sumpitku untuk menyuapkan sebuah sushi ke mulut Jevano, dan pria itu menerimanya dengan baik, sementara aku bisa merasakan tatapan mengujam dari Willy yang duduk berseberangan denganku. Kami berada di sebuah outlet Sushi yang dekat dengan Universitas Negeri Yogyakarta. Kami sudah janjian di sini karena Jevano sedang ingin makan sushi—pun dengan Willy yang sama sekali tidak menolak ajakan kami untuk makan bersama. Anggap saja sebagai penebusan rasa bersalah akibat jarang pergi bersama lagi setelah sekian lama. 

When It's Just You and Me - [ DAY6 Lokal! Alternate Universe • pjh ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang