Part 12

2K 90 12
                                    

"Ngapain kamu ke sini? Mau nanyain semp*k di mana?"

Aku menunduk sebentar demi menyembunyikan senyum geli.

"Bapak," tegur Ibu dengan lembut, tapi sorot matanya tajam.

"Anu, Pak ... itu ... aku ...."

"Anu, anu. Anunya apa?" sahut Bapak cepat seraya berjalan mendekati kami.

"Anunya aku, Pak. Eh? Apa, sih ini mulut?" Mas Aldi memukul mulutnya sendiri.

Ketiganya serempak menoleh mendengar gelak tawaku yang tak bisa ditahan lagi. Baru kali ini aku melihat Mas Aldi terlihat sangat konyol. Selain kelembutan dan perhatian yang ternyata ditunjukkan untuk menutupi perasaaannya pada sang mantan, ia juga biasanya bersikap keras kepala.

"Nur," tegur Ibu dengan raut wajah tak enak.

Aku melirik Mas Aldi yang menunduk, tapi tak berhasil menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Aduh, aduh. Aku harus ke kamar mandi dulu, Bu," keluhku seraya berusaha meredam tawa. "Jadi kebelet gara-gara ketawa," ujarku seraya berusaha berdiri dengan dibantu Bapak.

"Hati-hati lantainya licin, Nur!" seru Ibu.

"Iya, Bu," jawabku sesaat sebelum pintu kamar mandi ditutup.

Aku menghela napas lega setelah menuntaskan desakan biologis tadi. Mas Aldi terlihat sedang berbicara berdua saja dengan Ibu. Keduanya serempak menoleh dan berhenti bicara saat menyadari kehadiranku lagi.

"Lagi bicaraian apa? Kenapa mendadak berhenti?" tanyaku curiga.

"Nggak ada, Nur. Aldi cuma lagi cerita soal pekerjaannya." Ibu tersenyum.

Aku menatap penuh curiga pada Mas Aldi yang menjadi lebih pendiam dibandingkan saat Bapak belum pulang.

"Jangan curiga begitu, Nur. Ayo duduk!" ujar Ibu lembut.

"Bapak mana?" tanyaku.

"Lagi ganti baju dulu sebentar. Nah, itu Bapak," jawab Ibu seraya menatap ke arah kamarnya saat mendengar pintu dibuka. "Ayo, Pak! Kita makan siang dulu. Ibu sudah lapar."

Bapak mengangguk.

Mas Aldi hendak berpindah duduknya di dekatku, tapi Bapak ternyata tak membiarkan hal itu terjadi. Bapak menahan pundak saat Mas Aldi hendak beranjak bangun dan langsung mengambil posisi duduk di dekatku.

Aku dan Bapak saling melempar pandang dan tersenyum. Sementara, Mas Aldi menatapku dalam diam dan Ibu hanya menggeleng. Ibu menyendokkan nasi dan lauknya untuk Bapak. Setelahnya, ia memberikan isyarat dengan mata agar aku melakukan hal yang sama pada Mas Aldi yang masih belum menyentuh piring kosong di depannya.

Aku menghela napas pelan, lalu melayani Mas Aldi meski dengan raut wajah cemberut. Mas Aldi tersenyum, tapi aku mendelik kesal.

Kalau bukan karena Ibu, aku masih malas melayaninya.

"Ada perlu apa kamu ke sini? Kamu lupa dengan perjanjian kalian?" tanya Bapak di sela makan.

"Nggak, Pak. Aku ingat, kok," jawab Mas Aldi seraya menatap takut-takut pada Bapak yang selalu menunjukkan raut wajah tak bersahabatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STATUS GALAU SUAMIKU Di FACEBOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang