🍃
Melihat sekelilingku, rumput ilalang menjadi saksi bisu kehilangan Chloe dari eksistensi Sweven. Apa Chloe benar-benar tiada? Apa dia kembali ke tubuhnya?
Aku tidak tahu.
Seharusnya aku tahu! Kenapa ramalanku payah!
Kemarin, aku bisa meramal gadis genit itu! Kenapa aku tidak bisa melihat kejadian yang akan menimpa Chloe?!
Perkara hidup dan mati seharusnya...
'Kita tidak bisa menghadang malaikat maut seperti itu, sayangku. Meskipun mengetahui masa depan, kita tidak bisa merubah takdir.' Suara Nenek bergema di pikiranku.
Setelah beberapa lama menangis dalam pelukan Denzel, Autumn sudah mulai tenang. Aku menjadi kikuk saat beradu tatapan dengannya, karena tidak berbuat apa-apa atau mengatakan apapun yang bisa menenangkan gadis serigala itu.
"Lalu bagaimana? Apa kita mengundur besok untuk..."
"Tidak!" teriak Autumn, memotong kalimatku. Ia mendorong dirinya sendiri untuk berdiri. "Sekarang saja."
Topeng tanpa ekspresi sudah terpasang. Aku tidak bisa melihat emosi Autumn. Dia menengadahkan kepalanya, melihat jauh ke langit atas.
"Enam bulan berlalu. Aku pikir aku sudah mati rasa, nyatanya tidak." Sebelah tangan ia letakkan di dada kirinya. "Aku masih merindukan mereka." Mata berkilat jingga itu menatapku, "siapa yang akan tahu kapan aku akan menghilang?"
Senyum sedih tertarik, sebelum Autumn menundukkan kepalanya ke bawah. "Setidaknya, aku memiliki kesempatan terakhir untuk melihat keluargaku lagi."
Suaranya masih terdengar basah oleh luka. Bagiku yang baru mengenal Chloe, aku tidak akan memahami bagaimana pedihnya kehilangan seorang teman. Bukannya aku tidak peduli!
Aku hanya tidak bisa memproses rasa.
"Baiklah," ujarku pelan. Autumn mengulurkan tangannya, memberikanku kantong berisikan serbuk herbal. "Aku tidak tahu bagaimana cara menggunakan ini," imbuhku pelan.
Ada beberapa cara untuk membuat simpul sihir. Lillian tidak menggunakan tanaman herbal, mungkin karena dia sudah senior, sehingga yang dilakukannya adalah merapal kata-kata sakti sebagai mantra.
"Chloe..." suaranya kembali bergetar, "kita harus membuat lingkaran dengan tangan yang saling bertautan. Sebelah tangan kita menggenggam serbuk. Kita harus fokus pada gambaran yang Sienna buka di pikiran kita."
Membuka gambaran? Bagaimana bisa aku melakukan itu semua.
Ah, nyatanya, semua yang aku sangka tidak mungkin menjadi mungkin di sini.
Kami membentuk lingkaran. Sebelah tangan Autumn merangkul pinggang Denzel, tangan Denzel di pinggangku, dan aku merangkul Autumn.
Aku mengangkat tangan yang berisikan serbuk. Kami bertiga menyatukan tangan.
Jika dilakukan bertiga, ritual ini terlihat seperti pemuja setan.
Namun, bukan itu yang kami lakukan! Setelah saling tatap, aku mengangguk kecil.
Menutup mata, aku melihat lorong cahaya itu lagi. Aku mulai merasakan sesak yang memeras jiwa. Menunggu detik yang menyesakkan itu reda, perlahan, aku merasa mengambang.
Beban di kedua tanganku sudah mulai terbiasa untuk aku bawa.
Autumn memiliki pendar jingga kemerahan yang sangat terang.
Aku seperti pernah melihat warna itu.
Oh! Sebentar...
Regen memiliki inti luar berwarna jingga kemerahan juga! Warna indigo mendominasi pendarnya, sehingga yang aku lihat seperti obor menyelimuti pendar indigo.

KAMU SEDANG MEMBACA
ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽ
Fantasía✨Genre Fantasy✨ Sienna seorang 'Clairvoyant', dari tingkat sihir candle magic, grade sihir terendah dalam aliran sihir psikis. Ramalannya payah. Kilas balik memori tidak pernah berbayang di dalam pikirannya. Apalagi, ia tidak bisa mengunjungi dimens...