2̸1̸

135 54 110
                                    

🍃

Mataku terbuka lebar saat melihat tanaman setinggi dua meter. Jika aku merentangkan kedua tangan untuk memeluk mahkota bunga itu, aku yakin, tanganku tidak akan bisa bersentuhan.

"Tanaman apa ini?" Aku menoleh, melihat Havi yang juga mengamati bunga raksasa ini.

"Bunga Bangkai." Havi menggaruk kepalanya, "andai saja ada Regen di sini."

Mendengar nama itu disebutkan, membuatku kembali mengingat wajah kesalnya ketika diseret masuk ke dalam gedung Tube Corp.

Dari sudut mata, aku melihat Autumn meregangkan persendiannya. "Aku bisa membawanya."

Pendar energinya mengerjap cepat. Sesaat kemudian, aku melihat tubuhnya melebar dan bertambah tinggi. Kuku-kuku hitam panjang tumbuh di jari-jari kurusnya. Bulu keabu-abuan menghiasi pergelangan tangannya, seperti sarung tangan berbulu.

Setiap kali mata itu berkilat jingga, aku selalu melebarkan mata. Terpesona, dengan efek sihir alami pengubah bentuk.

Namun hal yang membuatku melongo adalah, wajahnya. Potongan serigala dan manusia itu terlihat seperti mimpi buruk. Rahangnya lonjong, menaungi moncong serigalanya. Hidung mancung manusianya terlihat mungil. Kelopak mata manusia, dengan kening berbulu serigala.

Satu kata terlintas di benakku. Monster.

"Wow," gumamku. Aku mundur ke belakang, memberikan Autumn ruang untuk melingkarkan lengan berbulunya pada tangkai bunga.

"Afa tughan ni begacan?"

Aku mengernyitkan kening, menatap Autumn bingung. "Aku baru tahu, manusia serigala tidak bisa bicara jelas dalam wujud monster."

"Mons..." Autumn menggelengkan kepalanya.

Mata jingga itu melebar, kuku panjang itu menunjukku. Sesaat kemudian, kedua bahunya yang menegang diturunkan. Autumn mengelus dadanya.

Havi tertawa kecil. "Jangan bilang monster, dia sensitif."

Aku menggaruk belakang kepalaku, melirik Autumn dengan tatapan bersalah. "Maaf," cicitku.

Autumn kembali mengangkat cakarnya, kali ini, cakar panjang itu diarahkan pada batang.

"Tunggu!" sorak Havi.

Gerakan Autumn terhenti.

Dari sudut mata, aku melihat Havi mengambil sesuatu dari dalam keranjang. "Tanaman ini busuk, sumpal hidungmu dengan ini."

Aku melihat gulungan daun sebesar kelingking. Autumn merentangkan jari-jari monsternya, namun dia bingung bagaimana cara mengambil gulungan daun itu. Cakarnya terlalu panjang. Aku hitung, mungkin mencapai 10 cm.

Aku mengambil gulungan daun itu, lalu mengangkat tanganku ke wajah Autumn.

Autumn sedikit menunduk, karena tingginya mencapai dua meter sekarang. Aku menyumpalkan daun itu ke hidung Autumn. Gadis serigala itu tersenyum lebar. Aku melihat deretan gigi runcing di dalam moncong berbulu itu.

Bergidik ngeri, aku menarik tanganku dengan cepat. Menoleh ke samping, aku mengulurkan tangan pada Havi. "Untukku mana?"

Havi mengangkat tangan, memencet hidung dengan kedua jarinya. "Kita mundur ke belakang, lalu biarkan Autumn dan Joel pergi."

Aku kembali menarik tanganku. "Dasar pelit," dengusku pelan.

"Bukan pelit. Kita harus berhemat."

Aku memutar bola mata. "Apa bedanya?" gerutuku.

Tak lama, Aura dan Joel muncul. Mereka berdiri di balik bunga raksasa ini.

"Wow!" Joel memencet hidungnya. "Baunya seperti kentut Aura."

ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang