🍃
Matahari hampir berada di atas kepalaku. Teriknya mampu membuatku merasa kepanasan. Berjongkok, aku berlindung di balik bayangan bunga-bunga Anyelir yang rimbun. Kelopaknya yang layu berjatuhan di tanah kering, menyelimuti bumi dengan sampah organik.
Aku sungguh mengagumi Sweven. Wilayahnya benar-benar tidak terjamah.
Ya, siapa yang akan menginjakkan kaki di dimensi bayangan ini? Tapi aku cukup lega, karena di Sweven aku tidak berwujud roh. Rasanya benar-benar tidak enak menjadi roh! Membayangkan tubuhku tidak solid, namun tidak juga transparan. Seperti bayangan kabur, benar-benar membuatku merasa tersiksa.
Menunggu serigala dan penyihir nyatanya membuatku harus memiliki kesabaran yang besar.
Denzel sudah dari tadi berbaring di atas rumput liar, bersembunyi di bawah rindangnya ladang bunga. Senyumnya terukir, tangan dilipat untuk menopang kepalanya. Matanya terpejam.
Bayangan yang diciptakan dari celah-celah batang bunga menjejak di wajah menawan itu. Denzel terlihat estetik.
Tiba-tiba aku mendengar senandung lembut.
Suaranya tidak jelek, namun melodinya juga tidak merdu. Hanya terdengar pas saja.
"Siapa itu?" ujarku memelankan suara.
Denzel langsung membuka matanya, kemudian duduk dengan cepat. Perlahan dia menyembulkan kepalanya sedikit di atas batang bunga untuk melihat sekeliling. "Oh!" Matanya terbelalak kaget, "sepertinya cewek yang memarahi si Regen Of?"
"Apa?" Aku ikut menyembulkan kepalaku sedikit. "Claudia!" Aku reflek berteriak.
Claudia melihat sekeliling, mencari-cari siapa yang memanggilnya. Aku berdiri, melambaikan tanganku. "Audi!"
Claudia akhirnya menoleh ke samping. Mata besarnya semakin lebar saat melihatku.
Tubuhnya seperti bayangan padat yang memiliki warna. Bukan seperti wujudku ketika di Bartholow, yang pudar dan terlihat menyedihkan.
Keningnya berkerut. "Sienna?"
Tersenyum, aku langsung berlari menghampirinya. Seperti dugaanku, suara Claudia terdengar bergema.
"Kenapa kamu bisa di sini?" ujarnya terdengar heran.
Oh, mungkin ini momennya! Aku akan mengatakan pada Claudia semua yang terjadi padaku selama dua hari ini!
"Mungkin terdengar aneh, tapi ingat saat..."
"Sebentar!" potong Claudia. Ia menatapku dari atas sampai ke bagian yang tidak terhalangi bunga-bunga. "Kenapa kamu terlihat..." Kemudian matanya tertuju kepada Denzel yang berdiri di sampingku. Claudia tersenyum malu, "oh hei!" Dia melambaikan tangannya pada Denzel.
Daguku turun sedikit, jika aku bernapas aku akan menghembuskannya secara cepat.
"Hai!" balas Denzel. Aku tidak repot-repot menoleh ke samping, aku tahu Denzel tersenyum manis sekarang.
"Balik lagi! Ngapain kamu di sini?"
"Kamu ngapain di sini?" Tersadar, aku menggigit bibir katena sudah membeokan pertanyannya.
"Meditasi. Dan aku melakukan astral projection. Ini bukan pertama kalinya aku ke dimensi mimpi. Bukit ini sangat indah! Di sini, aku merasa bisa menenangkan pikiranku yang mumet. Nah sedangkan kamu, kenapa bisa..." Claudia menjulurkan tangan, ingin menyentuhku.
Tangan berbayang Claudia menyentuh wajahku. "Sepertinya kamu..." Claudia menelengkan kepalanya mencari kata-kata yang pas untuk mendeskripsikannya. "Kenapa kamu terlihat real!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽ
Fantasy✨Genre Fantasy✨ Sienna seorang 'Clairvoyant', dari tingkat sihir candle magic, grade sihir terendah dalam aliran sihir psikis. Ramalannya payah. Kilas balik memori tidak pernah berbayang di dalam pikirannya. Apalagi, ia tidak bisa mengunjungi dimens...