Rintik hujan masih turun di luar sana. Pandangan Nara masih belum lepas dari luar jendela. Sedangkan ketujuh hybrid tadi sedang membersihkan diri mereka, Soora menyuruh mereka semua mandi.
"Nara, ayo kita makan bersama. Sebentar lagi mereka siap." Soora datang menghampiri anaknya. Tapi nara masih belum mengalihkan pandangannya.
"Kenapa eomma biarkan mereka disini?" Tanya Nara tanpa ekspresi.
Soora menempelkan tangannya dengan jendela yang dingin karena tetesan hujan. "Tidak mungkin kita biarkan mereka keluar disaat sekarang. Jangan kejam begitu, mereka juga kelihatannya sopan."
Nara masih diam tanpa ekspresi. Soora menghela napasnya, ia mengerti apa yang dipikirkan anaknya. Ia pun mengelus puncak kepala anak perempuannya. " Aku tahu selama ini kau mengharapkan dia, tapi sampai kapan kau menunggu? Mungkin saja kan dia sudah mendapatkan rumahnya. Setidaknya bukalah hatimu untuk para hybrid itu."
"Tapi eomma..."
"Setidaknya dengarkan penjelasan mereka dulu. Mungkin ada alasan lain kenapa mereka datang bersama kesini."
Nara termenung. Sepuluh tahun ia menunggu hybrid yang akan datang kerumahnya. Tetapi, selama ini ia menunggu dia, hybrid perempuan yang ia temui saat Nara masih berumur tujuh tahun.
'mungkin terlalu berharap itu tidak baik.'
"Kajja, kita makan bersama." Soora menarik tangan anaknya mengajaknya menuju ruang makan. Nara pun mengikuti langkah eommanya.
---__---
03.00 pm
Nara dan ketujuh hybrid berkumpul lagi di ruang tengah. Suasana masih terasa canggung. Nara menjadi bingung, ia menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Ia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan bersama mereka.
Saat itulah, Soora datang membawa sekotak penuh berisi mainan hybrid dan meletakkannya di meja didepan mereka.
"Aku tidak tahu apa kalian masih memainkan ini. Tapi semoga saja kalian suka. Mainkan saja kalau kalian merasa bosan." Ucap Soora.
"Jika ada yang dibutuhkan, katakan saja pada Nara, arraseo?" Ketujuh hybrid mengangguk tanpa suara. Nampaknya mereka masih gugup. Saat makan siang tadi pun mereka terlihat canggung.
Soora berlalu meninggalkan mereka. Beberapa saat kemudian, mereka semua masih belum ada yang membuka suara.
"Ehm, apa kalian ingin memainkan sesuatu?" Nara maju ke depan kotak mainan itu dan mengacak-acak isinya.
Sunoo melirik, ia sebenarnya ingin mengambil salah satu mainan di sana. Nara melihatnya, mereka semua masih merasa canggung.
"Jangan gugup begitu. Ayo kita buat suasananya menjadi nyaman." Ujarnya sambil mengangkat kotak mainan jenga. "Bagaimana kalau bermain jenga?"
Nara meletakkan jenga di tengah-tengah meja. Ia mengambil satu balok. "Nah siapa yang mau ambil selanjutnya?"
Sunoo mengambil satu balok tanpa ragu. Ia sedikit tersenyum menyembunyikan rasa antusiasnya. Jake yang duduk disebelahnya pun ikut mengambil satu balok. Hybrid lain pun ikut mengambil satu balok bergiliran.
Sekarang giliran Nara lagi. Ia mengambil satu balok, dan menara jenga itu tampak hampir roboh. Saat giliran Sunoo lagi, ia mengambil balok lagi, dan menara jenga itu roboh seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Be Our Owner's?
Fiksi PenggemarManusia dan hybrid sudah lama hidup bersama. Manusia membutuhkan hybrid untuk dijadikan teman setia, dan hybrid membutuhkan manusia untuk dididik dan diajar agar mereka mendapat 'kebebasan' mereka. ------------------------- Sudah 7 tahun Nara menung...