01.

477 52 2
                                    

"Wow..." desah lelaki berdimple sedari tadi terkagum-kagum tanpa menti menatap pemandangan disekitar, ia menatap berbinar air sungai yang mengalir. Sangat jernih, ia memasukan satu kaki kedalam air sungai sebelum menarik kakinya cepat dan berdigik merasakan dinginya. Ia mengalihkan pandanganya, menatap sekeliling dengan senyum yang senantiasa menempati bibir merahnya.

Ckrek

Suara kamera terus berbunyi bersama jari yang terus menekan tombol tanpa henti memotret pemandangan yang sedari tadi terus memanjakan mata. Sekali lagi melihat air jernih disungai dan merasakan rasa dinginya membuatnya diam-diam memasukan kedua kakinya didalam sungai. Membiarkan perasaan dingin menusuk kulit, lama kelamaan kakinya menjadi terbiasa dengan suhu yang dingin membuatnya mendesah senang.

"Namjoon...." lelaki itu menoleh menatap Kim SeokJin yang memanggilnya.

"Aku disini," teriaknya mencoba memberitahu SeokJin mengenai keberadaannya.

SeokJin yang sedang mencari menoleh dan berjalan ke arah Namjoon berada sebelum berkacak pinggang menatapnya garang. Namjoon yang merasakan amarah SeokJin hanya tersenyum.

"Apa kau tahu berbahaya untuk lari seperti itu! Jika kau ingin segera menjelajahi tempat ini, tenanhlah dan tunggu yang lain!" marah SeokJin ketika memikirkan Namjoon yang langsung berlari pergi meninggalkan rombongan orang dari kota setiba didesa ini. Rombongan? Ya mereka sekarang tengah berlibur di desa terpencil dengan pemandangan yang indah dengan orang-orang dari kota yang berniat mencari kedamaian.

Awalnya SeokJin tak ingin datang kesini karena menurutnya tempat liburan yang jauh akan sangat merepotkan apalagi yang terisolasi dari kota, namun melihat satu-satunya adiknya yang terus merengek agar ikut ya sudahlah lagipula pemandangan disini tidak mengecewakan.

Desa ini disebut Desa Setengah Mati selain itu banyak juga yang menyebutnya sebagai desa termiskin. Di desa ini juga sangat sedikit orang membuatnya terlihat sangat sepi jika dilihat dari luar. Apalagi dengan peti mati yang tergeletak dengan tenang di setiap depan rumah yang ada didesa ini, itu.... terlihat sedikit menakutkan. Serta tidak adanya transportasi karena jalan yang tak memungkinkan membuat desa ini tidak memiliki biaya dan membuatnya terisolasi dari kota.

Untuk berlibur disini Namjoon dan SeokJin harus menempuh perjalanan menuju desa ini dengan kendaraan, mereka memilih untuk menaiki bus. Beruntung sebagian besar orang didalam bus juga ingin berlibur didesa ini sekitar 30 orang tidak banyak, meski asing bukan berarti kedepan tetap tidak mengenal, bukan? Setelah turun dari bus semua yang berniat berlibur akhirnya berjalan kaki menuju desa ini. Sangat melelahkan, tetapi melihat pemandangan indah setiba didesa ini membuat rasa lelah mereka hilang diganti dengan rasa penasaran untuk menjelajah.

"Maafkan aku, hyung." Namjoon menunduk merasa bersalah.

Amarah SeokJin reda melihat Namjoon yang menyadari kesalahanya, ia mengerutkan dahinya melihat celana Namjoon yang basah karena air sungai. Menurutnya Namjoon sangat ceroboh!

"Namjoon..... bukankah kita sudah berbicara tentang kebersihan sebelum kesini? Kau bahkan tidak melepas sepatumu!" ujarnya tak senang.

Namjoon berkedip menatap celananya, "Tapi air sunganya sangat jernih dan tidak ada kotoran." lirihnya.

"Tetap saja, tak peduli air bersih atau kotor kau harus tetap menjaga pakaianmu tetap kering dan bersih. Ayo keluar dari sana sebelum kau masuk angin." desak SeokJin tak sabar.

"Hanya kakiku yang basah," gerutu Namjoon sedikit kesal melihat 'penyakit kebersihan' SeokJin yang bisa-bisanya kambuh disaat seperti ini. Sudah nasip memiliki kakak yang terobsesif dengan kebersihan, sedikit merpotkan namun banyak untungnya karena dimanapun mereka tinggal atau pergi semuanya sangat bersih.

Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang