Setelah mengantarkan Maura ke rumahnya, Aldo mampir di salah satu toko perhiasan mencari hadiah untuk gadisnya. Sengaja dia tidak mengajak Maura karena pasti gadisnya akan menolak jika dibelikan sesuatu. Memegang satu cincin untuk dijadikan contoh ukuran jari manis Maura yang diberikan oleh Ales tanpa sepengetahuan Maura.
"Mbak saya mau cincin yang sederhana tapi elegant, ini contoh ukurannya". Ucap Aldo sembari memberikan cincin kepada penjaga toko
" Mau yang berapa gram mas? ". Tanya penjaga toko tersebut ramah
" Berapa aja, nanti tunjukin ke saya yang paling bagus". Jawab Aldo jelas
"Tunggu sebentar mas". Ucap pelayan toko sembari mencari cincin yang pas
Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya Aldo diberi 3 pilihan cincin yang menarik. Hatinya langsung jatuh kepada sebuah cincin yang sederhana terukir dua permata di dalamnya. Tanpa menanyakan harga, Aldo langsung memberikan sebuah kartu untuk membayar barangnya.
" Saya ambil yang ini, pakai kartu ini untuk bayar! ". Ucap Aldo tanpa basa-basi
" Baik mas". Jawab pelayan toko sembari berjalan ke kasir untuk melakukan pembayaran
Drtttt....... Drtttt...... Drttt
"Assalamu'alaikum, kenapa mah? ". Jawab Aldo di telepon sambil berjalan meninggalkan toko perhiasan
" Waalaikumsalam, masih dimana? Ini udah mau hujan cepetan pulang! Kamu kan bawa motor,kasian anak orang kalo kehujanan". Titah Rina di sebrang sana
" Al udah nganterin Rara pulang ko, ini mau jalan ke rumah, tadi mampir dulu ke toko perhiasan". Jawab Aldo jujur
"Yaudah hati-hati bawa motornya, mama tutup dulu teleponnya, Assalamu'alaikum".
" Waalaikumsalam". Aldo kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celana dan bergegas menaiki motor untuk segera pulang.
Dilain tempat, Maura baru saja menyelesaikan ritual mandinya setelah diantar pulang oleh Aldo. Dirinya berjalan menuju ke arah dapur untuk mencari makanan, memang salah dirinya yang ditawari makan oleh Aldo tetapi ditolak dengan alasan "Ingin segera pulang".
" Bunda masak apa ya? ". Tanya Maura pada dirinya sendiri sembari membuka penutup saji di meja makan
Disana terlihat sepotong ayam bakar, dan tempe orek beserta buah-buahan. Tumben sekali bundanya masak sedikit, pikirnya. Dibawanya piring berisi ayam bakar lalu dituangkan sedikit tempe orek dan terakhir mengambil nasi merah yang ada di rice cooker.
" Tumben makan jam segini, emang tadi pas jalan gak makan diluar? ". Tanya Resti yang melihat anaknya makan dengan lahap
" Lah bunda, maen nongol aja, untung gak jantungan ". Respon Maura pada bundanya
" Bunda tanya kamu, emang tadi di luar gak makan? ". Tanya Resti sekali lagi
" Enggak bund, soalnya tadi Rara minta langsung pulang aja takut keburu hujan". Jawab Maura jujur
"Bunda kira kamu gak diajak makan sama Mahen". Canda bundanya yang diakhiri dengan kekehan kecil
" Ihh orang dia pas abis sholat dzuhur bareng langsung ngajak Rara makan, tapi Rara tolak pengen cepet pulang soalnya takut keburu hujan". Jelas Maura panjang lebar
"Yaudah abisin makanannya! ". Titah bundanya lembut
"Siap bunda cantik". Jawab Maura sembari mengangkat tangannya seperti hormat bendera
"Ada-ada aja kamu nii, oh iya gimana tadi jalan berdua sama Mahen? ". Respon bundanya terkekeh yang dilanjut dengan pertanyaan randomnya
" Asik lah bund, udah enam tahun gak ketemu banyak banget cerita sama perubahan kita masing-masing". Jawab Maura antusias
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOYFRIEND CUPU [ON GOING]
Ficção AdolescenteSeorang pria yang terkenal cupu dan dingin, membuat dirinya banyak dijauhi siswa sekolah.Tak jarang ia juga mendapatkan perbuatan yang tidak senonoh dari murid lainnya. Pria tersebut bahkan satu satunya siswa yang tidak memiliki teman. Namun, kedata...