Flashback
BRAAAAAK!!!!!
PRANK!!!!!
BUGH!! BUGH!!
.
.
.~ Happy reading ~
(y/n) pov
Betapa terkejutnya aku setelah menoleh kebelakang, melihat appa mendorong eomma sehingga mengenai meja kaca.
Aku berlari memeluk eomma yang telah terbaring lemah di samping meja kaca yang telah hancur berkeping-keping.
Karna takut terjadi apa-apa pada eomma akupun langsumg memeluk eomma dengan sangat erat, seolah-olah aku tidak mau eomma disakiti oleh siapapun.
Aku tak sanggup melihat keadaan eomma sekarang, dengan segenap keberanian akupun berdiri menghadap appa menatap nyalang appa.
"Appa tega melakukan ini pada eomma? apa isi fikiran appa?" ucapku dengan nada datar namun atensiku tetap menatap tajam matanya.
"Diam kau!! kau itu masih kecil kau tidak mengerti bagaimana tentang urusan orang dewasa" ucap appa dengan nada datar dan terkesan kesal.
"Ohh, apa karna dia appa jadi berani berbuat kasar pada eomma? wah bagus ya, aku salut terhadap kerja kerasmu untuk menggoda appaku, cara murahanmu itu sangatlah menarik, namun sayangnya aku kurang menyukai itu, dan jika aku jadi kau mungkin aku tidak ingin melakukan hal semurah itu karna itu termasuk hal yang sangat menjijikkan bagiku" ucapku tersenyum miring sambil bertepuk tangan berniat meremehkannya.
"YAA, jaga bicaramu ya anak kecil!! kau itu tidak tau apa-apa lebih baik kau diam saja, kau itu seharunya belajar yang benar" ucapnya yang tak terima dengan ucapanku.
"Kenapa? kau tidak terima dengan ucapan ku eoh?" ucap ku sambil tersenyum miring.
Yang membuatnya tersulut emosi.
"APA KATAMU?!! DENGAR YA AKU TIDAK ADA URUSAN DENGANMU LEBIH BAIK KAU PERGI DARI HADAPANKU!! KAU HANYA MEMBUATKU NAIK DARAH!!" bentaknya padaku yang membuatku jengkel.
"HEH NYONYA, KENAPA JADI KAU YANG MENGATURKU, HARUSNYA AKU YANG MENGUSIRMU KENAPA SEOLAH-OLAH KAU LAH TUAN RUMAH DISINI" balasku berteriak kearahnya.
"Cukup (y/n)!!" ucap appa namun tak ku hiraukan sama sekali sehingga...
"KENAPA? APPA INGIN MEMBELA WANITA ULAR INI HAH?"
PLAAAAAKKK!!!!
Perih, itu yang kurasakan sekarang, aigoo aku tidak percaya ini.
Apa? appa menamparku? sungguh sulit untuk dipercaya.
Air mataku mengalir karna tamparan keras dari appa.
Aku memegang pipi kananku dengan sebelah tanganku, dan melontarkan kalimat sebelum pergi dari hadapannya...
"Huh, hahaha aku tidak percaya appa bisa menamparku tepat didepan orang asing ini, apa appa pernah tau bagaimana keadaan kami setelah appa bersama wanita ini?, apakah selama ini appa memikirkan perasaan ku dan perasaan eomma?? tidak kan? appa hanya sibuk bersama wanita itu dibanding bersama eomma..." ucapku lalu menghela nafas berat dan melanjutkan kalimatku yang belum terselesaikan.
"Apakah appa tau jika selama ini eomma menderita karna siapa?? KARNA MU APPA!!" lanjutku dengan air mata berlinang deras.
"Dan apakah appa pernah menemaniku belajar dan hal-hal lain? tidak kan? appa hanya sibuk dengan urusan appa sendiri hiks" ucapku pada appa yang menatap datar kearah ku.
"Apa appa tau?? aku iri pada teman-teman ku karna mereka bisa bermain dan menghabiskan waktu bersama appa mereka, tapi aku?? itu hanya sekedar ilusi yang mustahil akan kudapatkan!! disaat mereka sedih mereka akan appa mereka akan senantiasa bersedia menjadi sandaran untuk anak nya, lalu aku??..." ucap ku yang tengah terisak.
"APAKAH APPA TAU AKU MENAHAN SEMUANYA SENDIRIAN, BAHKAN AKU TAKUT UNTUK MEMPERCAYAI ORANG LAIN TERMASUK APPA, AKU BINGUNG INGIN MENCERITAKAN KELUH KESAHKU KEPADA SIAPA, AKU TAKUT APPA!! AKU TAKUT MEREKA HANYA MEMANFAATKAN KELEMAHANKU, APA KAU TAU JIKA SELAMA INI AKU LEMAH?? AKU LEMAH APPA AKU PERLU SANDARAN TIDAK LEBIH DARI ITU, selama ini aku hanya menangis dan menyalahkan diriku sendiri, apa appa tau bagaimana rasanya?? aku rasa aku tidak perlu membicarakannya karna appa sudah pasti tau apa yang kurasakan..." ucapan ku terjeda untuk yang kesekian kalinya.
Ucapan ku sontak membuat appa mematung di tempatnya tepat di hadapanku.
"Apa kau tidak tau? eommamu..." saat appamu berbicara, kau pun langsung memotong kalimatnya karna kau tidak ingin mendengarkan penjelasan appamu.
"Dan satu lagi, anggap saja semua ini tidak pernah terjadi, ku harap kalian bahagia" ucapku sambil tersenyum pahit, dan langsung melenggang pergi bersama eomma yang ku tompang menuju kamarku.
.
.
.
.
.
.
.Aku mengobati sejumlah luka ditubuh eomma dengan hati-hati.
Hatiku terasa tersayat ketika melihat kadaan eomma yang lebih mengenaskan dari biasanya.
Setelah selsai mengobati luka-luka eomma, aku membantu eomma untuk berbaring dikasurku.
Saat merasa eomma sudah berbaring dengan nyaman, aku pun berniat untuk mengobati sudut bibirku yang berdarah.
Tak selang lama aku pun selsai dengan lukaku, dan melanjutkan untuk mengemasih barang-barangku dan eomma untuk dibawa pergi besok.
Eomma bilang kami akan pindah dari rumah ini ke tempat yang sederhana namun layak untuk dirempati.
Aku membawa barang-barang penting ku saja, dan tak lupa membawa sapu tangan pemberian seseorang di taman, dan berharap bisa bertemu dengannya agar aku dapat mengembalikan sapu tangan miliknya.
Tiba-tiba aku terfikir untuk pergi ke arah balkon kamarku, yang kulihat hanyalah sejumlah bintang namun sayangnya sang bulan seperti enggan untuk menampakkan dirinya dari balik sekumpulan awan yang berarak kesana kemari mengikuti arah serta gerak mata angin.
Tak terasa, mataku pun mulai berat, dan akhirnya aku pun memutuskan untuk menutup pintu balkon dan ikut tertidur disamping eomma yang telah terlelap dalam tidurnya.
(y/n) pov off
TBC
Jangan lupa vote & komen
Follow me : @litwinagarrland
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home & Heart [On Going]
Fiction générale《Genre : according to flow》 - ON GOING - || Bahkan kebohongan pun dapat berbalik menjadi fakta dalam sebuah rancangan skenario || Usahakan bisa menjadi pembaca yang bijak ⚠Jangan lupa tinggalkan jejak🖒😙 🚫And no dark readers