Keinginan

1.1K 119 7
                                    

Pada saat itu juga Jeno beranjak dari rumah sakit. Namun sayangnya diparkiran ia tertangkap oleh Jaemin dengan ekspresi cemas yang tampak jelas diwajah tampan laki-laki itu.

"Mau kemana?, bukannya Renjun nggak bolehin siapapun ketemu dia?"

Jeno tidak menjawab. Ia mengabaikan Jaemin, memilih untuk kabur dari hadapan laki-laki yang tampak bingung itu.

Dirasa ada yang aneh, Jaemin mengikuti kemana Jeno pergi.

Ia dengan cepat menaiki sepeda motornya dan melaju kencang. Ia terus memperhatikan mobil didepannya yang jauh kebih kencang.

Jarang sekali ia melihat Jeno mengendarai mobilnya secepat ini.

Semakin jauh perjalanan semakin besar rasa penasarannya. Mengapa Jeno kesekolah?

Apa ingin menjemput Sena?

Ia tetap mengikuti laki-laki itu, jika ia sendiri datang kerumah sakit sudah pasti diusir oleh Renjun dengan kekesalannya.

Jaemin bersifat seperti ibu yang overprotektif pada anaknya yang sedang sakit.

Sedangkan Jeno seperti sosok ayah yang meng-iyakan apapun yang anaknya inginkan ketika sakit.

Jaemin memarkirkan motornya di depan pagar dan masuk mengikuti Jeno.

Setelah mengetahui apa yang membuat laki-laki itu tergesa, amarah menguasai raga Jaemin.

Ia memberikan pukulan dirahang Jeno yang membuat laki-laki itu terkejut.

"LO APA-APAAN?, LO NGIZININ DIA BERKELIARAN HAH!"

"LO NGGAK NGERTI JAEM, MENDING BANTU ANGKAT.

Amarah masih menguasai Jaemin, ia bahkan tidak membantu Jeno mengangkat Renjun.

Ia terlihat pucat dan sangat kurus rambutnya yang tak begitu tebal kini semakin tipis karena kemoterapi.

Jaemin tetap diam hingga mereka pergi. Ia mengatur emosinya yang memuncak dengan berdiam diri.

Matanya panas, buliran itu tak sengaja jatuh.

"Padahal gue cuman pengen lo selalu sehat. bahkan liat lo diangkat tadi aja hati gua pedih. gue pengen lihat lo kayak kelas 4 lagi. Pas lo belum ngerasain sakit, kalau lo marah karna gue yang terlalu ngekang lo, gue minta maaf. Tapi ini untuk lo, sekuat apapun lo coba untuk baik-baik aja, itu nggak bakalan nampak di gue. yang selalu gue lihat lo yang kesakitan selama ini." Jaemin terduduk menahan sesak didadanya.

Air matanya terus mengalir, ia enggan menghentikannya.

.
.
.
.
.
.

Renjun terbangun di bankar rumah sakit. sekelilingnya dipenuhi peralatan medis yang menyebalkan.

Cuman selama itu?
Cemen banget.
Biasanya tahan seharian.

Ia menekan tombol disampingnya, ia mulai muak dengan semua ini.

Dokter datang memeriksa keadaan Renjun, beberapa alat sudah dilepaskan.

Hanya tinggal tiang infus dan flowcytometer.

Ia lelah, untuk menghilangkan rasa lelahnya ia kembali menulis di buku hariannya.

Buku yang menceritakan semua yang ia rasakan.

Buku yang menceritakan semua yang ia rasakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Perfect Husband | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang