rumah

2.2K 249 11
                                    

"Ra, hari ini kamu nggak usah sekolah ya?" Irene berdiri di depan pintu kamar memperhatikan anaknya yang sedang merias mukanya.

Ara berbalik menatap bundanya sebal, "Bunda kenapa nggak bilang dari tadi, nggak susah susah kan Ara dandan."

"Semuanya aja di buat ribet. ohh iya, nanti jam makan siang, teman bunda mau datang, kamu pake baju ini ya, trus dandan yang cantik." Irene memberikan paper bag yang berisi dress lengan panjang dan panjang selutut, tidak terlalu terbuka untuk pakaian anak seusianya.

"Dih ngapain ara yang dandan, kan bunda yang mau ketemu"

"Tinggal pake sama dandan aja susah banget sih." Irene memandang sebal anaknya, irene mendekat lalu menggenggam lengan Ara.

"Dari pada nggak ngapa-ngapain, mending bantu bunda masak ya?"

"Aaaaa bunda ara kan mau nonton" Ara merengek menggoyangkan lengan nya yang dipegang Irene.

"Udah deh, ikutin aja kata bunda" Irene kembali menarik lengan Ara menuju dapur, ara pasrah dengan langkah yang dipaksakan.

"Kamu mulai sekarang harus sering belajar masak ya," irene mulai mengiris bawang, Ara membantu memisahkan kepala cabai dengan badannya.

"Bunda lupa, aku udah bisa masak."Ara memasang smirk tipis di wajahnya.

"Iya, bunda tau, anak bunda satu ini pandeee banget masak. tapi, banyakin lagi belajar resep lain " Ara mengangguk mendengarkan beberapa nasihat yang diberikan Irene, agak aneh jika bundanya memberikan nasihat panjang lebar padanya.

Setelah cabai dan bawang selesai dibersihkan, Ara membantu mengulek cabe, kata bundanya, kalau di blender sama diulek bakal beda rasanya.

"Bunda kenapa banyak banget masak kalau cuman teman bunda yang datang?"

"Temen bunda bawa keluarga nya"

🦊🦊

"Ara udah pake dress nya?"bunda masuk ke kamar melihat ara yang sedang memakai lipblam dibibir tipisnya.

"Aduh, cantiknya anak bunda, padalah baru kemarin bunda liat kamu belajar jalan trus jatuh di selokan"
Ara menoleh dan bermonolog dalam hatinya.
Ini memuji atau menghina ya? .

"Bunda mah bandinginnya nggak bagus banget."

"Udah, nggak usah sok ngambek, turun yuk."gandeng bunda turun kebawah. Terlihat seperti sepasang kakak adik yang terlihat anggun menggunakan dress dengan warna yang sama, rambut panjang tergerai rapi, kulit putih bersih, kaki yang tidak bergitu jenjang, pandangan dingin yang menurun tapi hangat jika tersenyum. Banyak sekali sifat dan fisik yang diturunkan oleh Irene. Hanya sedikit sifat dan fisik yang diturunkan dari ayahnya, suho.

Tamu Irene sudah menunggu dibawah berserta keluarganya, mata Ara melotot melihat seseorang yang sangat ia kesali beberapa hari belakangan ini. Tapi saat melihat ayah dari anak itu, Ara terpesona. Ahh, jika saja ia lahir lebih dulu, pasti ia akan mendapatkan ayah anak tersebut.

"Ya ampun ren, anak kamu cantik banget"ara menyalimi semua kedua pasangan itu menyisakan anak laki laki yang mereka bawa, Ara hanya menunduk dengan senyuman yang dipaksakan.

"Yuk, langsung makan aja, ayah si Ara lagi di kamar sebentar."setelah semuanya duduk, ayah datang lalu bertos dengan suami temen bunda,
Ara rasa, pasangan ini dulunya bersahabat.

Semua makan dengan hikmat dan menikmati makanan yang di hidangkan, tak ada yang berbicara saat makan, semua menghormati dan sopan dengan aturan makan yang biasa keluarga ara tetapkan, hanya dentingan piring dan densok yang mengisi keheningan. setelah selesai mereka berkumpul di ruang tamu.

The Perfect Husband | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang