O4.

13 0 0
                                    

TIME: PAST

Nathan mengambil ponsel di sakunya dan mengirim pesan ke seseorang.

Nathan gobs:

Tin, pinjem sepatu

Justin bego :

Apaan anjir tiba-tiba minjem sepatu.

Nathan gobs:

Sepatu gue kecipratan kuah bakso. Tadi baksonya tumpah

Ini gue make sandal doang.

Justin bego:

Bisa gak sehari aja kaga nyusahin gue?

Nathan gobs:

Sayang kita putus ya?

Justin bego:

Najis BANGST!!!

Setelah itu Nathan hanya tertawa kecil. Justin memang selalu membawa sepatu cadangan didalam lokernya, tapi lokernya tidak bisa dibuka karena kuncinya dibawa oleh si empu loker. 3 menit kemudian Justin datang dengan raut muka sebal, seperti ingin memakan Nathan hidup-hidup saat ini.

"Nathan semprul! Sehari aja, coba gak nyusahin gue,"

"Makasih sayang, aku sayang kamu juga kok," ucap Nathan sembari memonyong-monyongkan bibirnya. Justin langsung menggeplak mulut menyebalkan itu.

"Sialan! Gue jadiin hewan kurban juga lo,"

Nathan balas tertawa, dan langsung menggunakan sepatu Justn yang pas diukuran kakinya.

Setelah itu, Nathan dan Justin masuk kedalam kelas dan ikut belajar seperti biasa.

***

Tepat ketika bel pulang sekolah berbunyi, Nathan terburu-buru keluar kelas. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti karena Namira menghadangnya.

"Gue mau bicara Nath," ucap Namira menatap lelaki itu dengan tatapan memohon.

"Apa laagi sih Nam? Gue buru-buru! Kapan-kapan aja kita bicara lagi !"

"NGGAK! LO HARUS DENGERIN GUE DULU!" Gadis itu memekik dengan suara lebih tinggi, mengundang beberapa tatapan siswa yang lewat disana.

Nathan menghela nafas, ia mengalah dan beranjak pergi ke taman belakang diikuti oleh Nami dibelakangnya.

"Oke, sekarang bicara. Waktu lo 5 menit," ucap Nathan dengan suara rendah. Lelaki itu tidak biasa berteriak dengan wanita meskipun orang itu sangat menyebalkan seperti Namira.

"Yang lo liat di mall kemarin bukan gue Nath, gue gak pernah selingkuh sama Haikal. Gue bahkan selalu jaga jarak dengan cowok-cowok yang deketin gue, karena gue ngejagain perasaaan lo, gue gak mau kita putus gini aja karena fitnah yang gak berdasar,"

Nathan menghela nafas, ia mengusap wajahnya kesal karena sebenarnya ia sudah tidak mau memperdulikan alasan Namira, sekali selingkuh tetap selingkuh. Tidak ada yang bisa di tolerir.

Nathan mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya, sebuah scrunchies berwarna coklat dengan manik abu-abu melekat disekelilingnya.

"Haikal balikin ini ke gue kemarin, katanya terlepas pas kalian lagi ciuman,"

Mendengar hal itu mata Namira membesar, gadis itu terlihat terkejut dan gugup bersamaan.

"Udah ya Nam, gue gak perlu penjelasan apapun. Kalau lo gasuka sama gue, tinggal putusin, selingkuh gak bikin lo keliatan keren,"

"Haikal BOHONG! Itu bukan punya Gue NATH!"

"Lo lupa ya? Ini hadiah yang gue kasih ke lo pas lo terima gue jadi pacar lo. Lupa? Atau emang se enggak berharga itu gue dimata lo Nam?"

Kembali, Namira membisu.

"waktu habis,"

Nathan segera beranjak pergi meninggalkan Namira, tanpa menyahuti panggilan gadis itu. Ia berlari kearah UKS sembari mengharap gadis itu masih disana.

Kosong.

Ruangan kosong yang didapati Nathan setibanya di UKS. Nathan segera berlari kea rah gerbang sekolah.

Ketemu!

Alindira sedang berdiri dengan sepatu kebesaran (red: sepatu Nathan) menunggu angkutan umum menjemputnya. Baru saja gadis itu hendak melangkah naik ke metromini, Nathan langsung mencekal tangannya.

"pulang sama gue ya? Please?" ucapnya sembari memberikan tatapan meminta.

Dahi Alin berkedut bingung,

Mau apa lagi sihhhh..

"Neng jadi gak naik? Saya kejar setoran ini,"

"Gak pak, si eneng ini pulang sama saya,"

"Enggak pak, saya naik nih, sebentar ya pak. Kaki saya sakit,"

"Lin, pulang sama gue–"

"Kenapa gue harus pulang sama lo? Kita bahkan gak saling kenal!"

"neng, pulang sama AA nya aja ya, kasian itu teh si Aa mau nangis,"

Setelah itu metromini itu langsung pergi meninggalkan Alin yang terpaku. Gadis itu menghempas cekalan Nathan di tangannya.

"APA APAAN SIH! GUE GAK BUTUH BANTUAN LO!"

"Tunggu disini, gue ambil mobil sebentar. Please ya, jangan kemana-mana dulu,"

Tanpa menunggu persetujuan Alin, Nathan langsung melesat ke parkiran dan membawa keluar mobilnya kedepan gerbang. Beruntung Alin tidak pergi kemana-mana karena kaki gadis itu sedang sakit.

Nathan turun dari mobil yaris berwarna Abu-abu miliknya dan membuka pintu penumpang, sembari mempersilahkan Alin masuk.

"Tenang, gak bakal gue culik kok. Gue beneran mau bantu lo, kalau lo macam-macam ini hp gue, lo bisa langsung telpon polisi,"

Pasrah, Alin terpaksa masuk kedalam mobil lelaki itu dengan mengundang beberapa pasang mata yang melihat interaksi mereka. Termasuk Namira yang memicing dengan tatapan tidak suka. Beberapa diantara mereka berbisik melihat kedekatan dua manusia yang sifatnya berlawanan bak kutub utara dan selatan itu. Nathan tidak perduli, toh ini ia lakukan hanya untuk menebus rasa bersalahnya kepada gadis itu.

"Lin, boleh tunjukkin arah rumah lo?" Tanya Nathan hati-hati sambil menunjukkan gps yang terpasang di dashboard mobil.

Alin merotasi matanya dan melakukannya acuh.

Didalam mobil, kedua insan itu hanya terdiam. Alin yang memang tidak ingin berbicara, dan Nathan yang canggung untuk berbicara. Hingga akhirnya Nathan menghidupkan radio demi mengusir kesunyian yang terjadi.

Lagu Tulus-monokrom mengudara memenuhi mobil Yaris itu, sesekali ia mengikuti lirik lagu dengan suaranya yang memang terkenal bagus. Tanpa sengaja, ia melihat jemari Alin mengetuk-ngetuk kecil mengikuti ketukan lagu. Nathan tersenyum kecil, jadilah ia memutarkan full album Tulus dari awal hingga sampai ke rumah Alin. 


-------------

It's been 4 bab, menurut kalian gimana ceritanyaa? Let me know ur thought yaa ^-^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NathanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang