Kalut

6 1 0
                                    

Malam membuka tirai duka yang tak henti memainkan dawai kristal cahaya hati
Pula, ingatan terus saja mengantarkan ke meja pesakitan Entah ulah siapa, hingga diam tak pernah cukup sebagai jawaban
Genggaman terlalu renggang untuk detak yang gebu
Pelukan selalu enggan berpulang
Kepada siapa?
Kekosongan yang tak benar-benar kosong ini kusampaikan
Kepada hati yang terlalu peduli atau kepala yang haus penantian meski tak pasti;
Atau keduanya begitu batu untuk sekadar mengisi?

Diam-diam, semesta berteriak
Gemuruhnya meruntuhkan rela di dada
Membiarkan dua raga di penuhi amarah percuma
Dan satu persatu memilih terkunci dan tak bersuara
Meski gelisah tetap saja meronta

Tatap purnama tak benar-benar menenangkan
Dekap bintang-bintang tetap tak menghangatkan
Apakah harapan memang harus terisi rasa?
Ataukah rasa yang menjadi tuan pengharapan?
Tetap saja percuma;

Aku kehilangan jejak;
Namun katamu, langkah kakimu beriringan
Aku berhenti bernada;
Katamu kemudian hari, semua ucapanku hanyalah bualan
Kau yang tak mengerti atau aku yang tak lagi berarti?
Percuma;

Tetap saja, aku lenyap
Bersamamu yang penuh tak tersentuh
Tetap saja, sendiriku adalah cinta
Dan bersama adalah dusta belaka;

12 Mei 2020

Sekumpulan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang