Nyai Part 4

11 1 0
                                    

Pelan-pelan ku buka mataku. Terlihat cahaya matahari yang masuk ke jendela kamarku
"Aaaahhhh sudah pagi".
Aku bangun, dan kembali melihat-lihat seisi kamar, dan saat melirik lemari aku teringat kejadian semalam, segera aku bangkit dari tempat tidurku...
"Apakah semalam hanya mimpi?" Batinku. untuk memastikannya aku segera bangun dan mencari si Mbah.

"Mbah... Mbah... Mbah dimana?"

" Mbah di dapur Ndo..." Sahut si Mbah

Aku mendapati pintu kamarku penuh dengan bekas cakaran kuku.
"Ini bukan mimpi..!!!" Aku buru-buru menghampiri si Mbah di dapur. Kulihat Si Mbah sedang bersama pak kades dan beberapa tetanggaku.
Si Mbah tersenyum melihatku "Baru bangun Ndo?" Aku hanya mengangguk, pak kades menatapku "Kamu baik-baik saja ndo??"
"Iya pak.." jawabku, kini aku semakin yakin kalau kejadian semalam benar-benar terjadi.

"Hari ini absen dulu ya ndo, Mbah takut kamu kenapa-kenapa"

"Iya Mbah, badanku pegel, lututku juga masih lemes Mbah".

" Ya sudah,sebentar Mbah pijat ya biar badannya enakan, Sekarang makan dulu".

***
Saat sedang makan tak sengaja ku dengar percakapan Pak kades dan si Mbah di ruang tamu.

"Sudah banyak warga desa yang di teror Mbah, setiap hari selalu saja ada warga yang datang melapor ke saya, saya bingung harus bagaimana". Jelas pak kades

"Arwah Nyai benar-benar kuat pak kades, Setan mendapatkan energi dari ketakutan manusia, semakin kita takut,maka setan semakin kuat" terang si Mbah.
Dan si Mbah kembali melanjutkan bicaranya "saya punya kenalan orang pintar di kampung sebelah, mungkin saja beliau bisa membantu kita mengatasi teror nyai".

Akhirnya mereka berunding dengan beberapa warga, dan diputuskan Pak kades, Si Mbah dan tiga orang warga lainnya pergi menemui orang pintar kenalan si Mbah.

***
"Si Ndo bener gak mau ikut  ?" Si Mbah kembali bertanya padaku

" Badanku pegel Mbah, dan juga desa sebelah cukup jauh, nanti si Mbah bisa repot karnaku".

"Biar si Ndo tinggal di rumahku dulu Mbah, biar lebih aman" pak kades menenangkan si Mbah.

"Iya Mbah, aku nunggu di rumah pak kades sja Mbah".
Meski tampak ragu akhirnya si Mbah pun mengizinkan aku untuk sementara tinggal dirumah pak kades, hanya sampai si Mbah pulang dari kampung sebelah.

"Sebelum solat ashar, langsung ke rumah pak kades ya ndo.." suara si Mbah masih terdengar sebelum akhirnya motor melaju dan tak terlihat lagi.

"Masih jam 1, tidur dulu ah..."

***
Terdengar bunyi mesjid, aku terbangun dari tidurku. Badanku sudah tak terlalu pegal seperti tadi, aku melihat jendela...

"Astaga... Sudah hampir magrib"  bergegas ku tutup jendela rumah dan pintu belakang, aku mengganti pakaianku dan bersiap-siap untuk segera pergi ke rumah pak kades.
Saat hendak menutup pintu rumah, Terlihat si Mbah dari kejauhan.

"Alhamdulillah si Mbah sudah sampai..." Aku senang karena tak harus ke rumah pak kades lagi. Si Mbah terlihat berjalan sendiri, aku menunggunya di depan pintu.
Setelah sampai, ku lihat wajah si Mbah yang tampak lesu dan pucat.

"Si Mbah pulang kok gak di anterin?" dengan sedikit kesal

"Iya, tadi Mbah bilang gak usah di anter... Kasihan udah magrib"  jawab si Mbah

"Tadi Mbah bilang pulangnya jam 9, kok jam segini udah pulang Mbah?"

Si Mbah tersenyum, "Mbah takut kamu kenapa-kenapa".

Aku melihat si Mbah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sekantung pisang goreng dan dua nasi bungkus. Segera ku ambil piring. Si Mbah hanya tersenyum melihatku makan dengan lahapnya.

"Enak?"

"Iya Mbah, enak ...!!!"

Sejak tadi si Mbah bersikap aneh, ia tak banyak bicara dan hanya tersenyum.
"Ah... Mungkin si Mbah capek" fikirku.

Hujan mulai turun, disertai angin kencang, sehingga membuat lampu di desaku padam.

Aku mencari korek api dan mulai menyalakan lampu minyak, aku merasa makin aneh saja, biasanya si Mbah dengan segera mencari korek saat lampu padam. Tapi kali ini si Mbah bahkan tak bergeming.

"Kenapa Ndo?" si Mbah tiba-tiba berdiri di sampingku. Ku rasakan bulu kudukku berdiri, bau amis mulai terasa di Indra penciumanku.

"Tiiidak Mbah, hanya saja ada bau amis... Mbah cium gak?"

"Enggak..!!! Mari tidur Ndo, Mbah cape"
Sebenarnya aku sama sekali belum ingin tidur, hanya saja lampu padam, hujan.. "aahhh sungguh desa ini terk*t**" batinku.

"Ayuk Ndo, awas ada Arwah nyai.." ucap si Mbah datar kemudian terseyum dan membuatku tak habis fikir dengan perkataan si Mbah. Aku langsung bergegas mengikuti si Mbah masuk ke kamar. Aku langsung naik ke ranjang dan mencoba sekuat tenaga untuk tertidur.

Suara Senandung kecil terdengar dari dalam kamarku, Kulihat si Mbah sedang duduk dimeja riasku menyisir rambut,yang bahkan selama ini hampir tak pernah di sisir, sambil bersenandung.

Malam ini,aku benar-benar di buat kapok oleh arwah nyai.
pasalnya ,setelah melihat cermin riasku, tampak dicermin bukan wajah si Mbah melainkan wajah pucat nyai , nyai tersenyum padaku.

"Kamu sudah tahu yaaa??  Hihiiihihihihihihiiiiiihihi......"

Bersambung

NYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang