Nyai Part 8

13 1 0
                                    

Pak kades dan warga beramai-ramai membawa uwa kembali kerumah kami. Melihat keadaan uwa saat ini seluruh warga merasa cemas.

"Ndo, Segera ambilkan air putih..!!!" Pinta si Mbah.
Aku bergegas kedapur dan mengambil segelas air putih dan kembali dengan membawa gelas yang sudah terisi air putih.
Ku lihat juga uwa yang sudah sadar kembali, sambil meringis kesakitan memegang pipinya.
"Di minum dulu wa.." pinta pak kades. Uwa kemudian mengambil air dari tanganku dan meminumnya.

"Saya mohon maaf, arwah nyai lebih kuat dari dugaan saya. Dendamnya kepada warga desa ini membuatnya menjadi semakin kuat". Jelas uwa dengan raut wajah kesakitan

"Lalu, apa yang harus kami lakukan agar arwah nyai tidak meneror kami lagi?" Kata salah seorang warga

Uwa terdiam sebentar sebelum akhirnya menanggapi "Yang bisa kalian lakukan saat ini hanyalah pergi meninggalkan desa ini, Kalian lihat (sambil menunjuk pipi bekas cakaran nyai), Nyai bisa melukai saya, dan bukan tidak mungkin nyai juga akan melukai kalian".

Uwa kemudian melanjutkan bicaranya "Entah apa yang sudah kalian lakukan pada Nyai, sehingga ia begitu dendam". Terlihat warga desa yang mulai saling melirik satu sama lain, Kemudian mereka pamit untuk pulang. hanya tersisa Aku, Si Mbah, dan uwa.

Si Mbah yang sedari tadi terdiam mulai membuka suara "apa tidak ada cara lain selain meninggalkan desa ini? Karena berat bagi kami meninggalkan desa ini, apa lagi kami dan warga desa hidup dengan mengandalkan tanah persawahan  yang ada disini". Suara si Mbah terdengar sesak menahan kesedihan.

Uwa terlihat berfikir sejenak, dan kembali menatap si Mbah yang berusaha menahan air matanya agar tak jatuh " Sepertinya saya tahu siapa yang dapat mengatasi masalah desa ini, besok saya akan pulang ke desa saya terlebih dahulu untuk mengobati luka saya, kemudian saya akan membawa orang tersebut ke desa ini" ucap uwa serius.

***
Malam ini suasana begitu hening, cahaya bulan memantul dari celah jendela kamar tidurku, aku melirik si Mbah yang tepat berada di sampingku sedang tertidur pulas. Aku mendekatkan jari telunjukku di bawah hidung si Mbah, hanya untuk memastikan apakah si Mbah masih bernafas?
Apakah ini benar-benar si Mbah?
Jujur saja bayangan arwah nyai yang berpura-pura menjadi si Mbah membuatku merinding setiap kali mengingatnya.

Dari balik jendela, sayup-sayup ku dengar suara Seseorang sedang bersenandung, aku menarik selimutku hingga menutupi mataku.
Meskipun senandungnya berbeda dari yang ku dengar malam itu, tapi aku yakin Suara itu adalah suara arwah nyai

Hmmm...hmmm...hmmm...hmmm...hmmmm....
Senandungnya terdengar begitu sedih dan menyayat hati, dari balik selimut aku kembali berfikir, Apa yang sebenarnya terjadi pada nyai ?
mengapa suaranya terdengar begitu menyayat hati? dan mengapa arwah nyai begitu marah terhadap warga desa, terlebih kepadaku dan si Mbah?
aku memikirkannya berulang-ulang, hingga akhirnya tertidur

***
Aku bangun dari tempat tidurku, ku lihat uwa dibantu pak Kades berdiri, kemudian perlahan menuju si Mbah untuk pamit "Mbah, saya pamit dulu... Saya janji akan balik lagi" ucap uwa sambil bersalaman dengan si Mbah. Terlihat uwa menghampiriku "Ndo, uwa pamit dulu" aku mencium tangan uwa "Jaga dirimu juga si Mbah, dan kalau bisa (sambil berbisik) kalian pergi dulu dari desa ini, nanti setelah aman kalian bisa kembali". Uwa berbalik kemudian pergi naik motor bersama pak kades.
Aku memikirkan kembali ucapan uwa yang menurutku ada benarnya, "Mbah, apa kita ke kota saja tinggal sementara bersama ibu?"
Uwa menatapku dan tersenyum "Ndo, Biaya hidup di kota 3 kali lipat dari desa, kita berdua didesa dikirimi sejuta dari ibumu Alhamdulillah udah lebih dari cukup. Sedangkan di kota belum tentu cukup untuk kita bertiga, apa si Ndo tidak kasihan sama ibu?". Aku terdiam mendengar jawaban si Mbah.
"Huuffftttt benar juga kata si Mbah" batinku.

Tolong.....tolong....tolong....!!! Terlihat seorang warga berlari ketakutan, warga desa mulai berkumpul, si Mbah yang juga mendengar ada keributan dari luar segera keluar dari rumah...
"Ada apa ini??" Tanya si Mbah cemas

Kemudian warga desa itu mulai menjelaskan dengan apa yang dilihatnya "Ini Mbah,ini... Tadi saya gak sengaja lewat kuburan pas mau cari rumput, terus saya lihat... Anu... Itu.... Kuburan nyai amblas Mbah".
Semua warga sangat terkejut mendengar kuburan nyai amblas.

"Yang bener kamu?" Tanya salah seorang warga

"Sumpah, kalau gak percaya mari kita ke kuburan nyai sekarang". Dengan muka serius .
Akhirnya semua warga pergi melihat kuburan nyai, terlihat bekas sajen tadi malam yang sudah berhamburan, dan juga mereka semua terkejut, nampak di depan mata mereka kuburan nyai yang sudah amblas, dan juga tercium bau bangkai dari dalam kuburan.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang