part 1

14 8 0
                                    

Para manusia dihebohkan dengan adanya zombie yang kini sudah menyebar luas di dunia. Jutaan manusia hari demi hari terus berlarian ke sana kemari tanpa arah tujuan yang jelas. Mereka sangat bingung dan ketakutan dengan situasi sekarang ini, sudah banyak sekali korban berjatuhan. Keadaan dunia ini lebih mirip seperti kiamat.

Di antara jutaan manusia yang berlarian, ada seorang perempuan yang selama bertahun-tahun hidupnya hanya berdiam di dalam sebuah ruangan putih, namanya Hera Lyona.  Dia berada di sana karena dikurung oleh seseorang yang bahkan belum pernah dia lihat selama ada di tempat ini, yang dia tahu hanyalah para penjaga menyebalkan itu.

Di dalam situ, dia tidak bisa apa-apa. Yang dia lakukan hanyalah belajar, hal itu membuatnya memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang luas. Dia tidak tahu apa pun mengenai dunia di luar sana. Selama bertahun-tahun, tidak ada seorang pun yang berusaha mencari maupun melepaskannya.

Bagaimana mau ada yang mencari dan berusaha melepaskannya? Keluarga, teman, ataupun sahabat saja tidak punya, bahkan tidak ada sosialisasi di hidupnya.  Dia tersenyum miris dengan kehidupannya  yang selama bertahun-tahun ini, menjadikannya seseorang yang tak punya hati dan perasaan.

Namun, di balik itu semua ada sebuah keistimewaan yang dia punya dan itu  menjadi poin utama dia dikurung di tempat itu. Orang-orang itu mengurungnya, menjadikan dirinya sebagai sebuah eksperimen.

Selama bertahun-tahun, dia melakukan apa pun sendiri, membaca banyak tumpukan buku yang di dalamnya membahas mengenai manusia yang berkembang biak, yang berhubungan dengan alam, dan masih banyak lagi. Intinya yang berhubungan dengan sosial, semua buku itu adalah hasil pemberian mereka. Hari-harinya diisi dengan kesendirian.

Mereka membiarkannya untuk tetap hidup dengan memberinya makan dan minum. Namun, kalian tahu, bukan? Bahwa hidup seperti itu selama bertahun-tahun sangat membosankan, itulah yang dia rasakan. 

Hari demi hari telah berganti, dia sangat muak, bosan dengan semua ini dan juga merasa bahwa dia juga berhak atas kebebasan dan selamanya tidak bisa menjadi tahanan orang seperti ini. Di pikirannya hanya ada keharusan untuk bebas. Tiba-tiba sebuah ide terbesit dalam benaknya. Dia mulai menyusun rencana dengan matang agar tidak terjadi sebuah kesalahan. Ia mulai mencoba untuk melakukan rencana itu, tetapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Namun, tidak ada kata menyerah dalam dirinya untuk terus melakukannya.

Suatu hari, Hera sedang membaca buku, dia melihat melalui kaca jendelanya, di sana hanya ada sedikit penjaga. Tiba-tiba pintunya terbuka, terlihatlah seorang penjaga yang masuk membawa nampan berisikan makan dan minum untuk Hera, kemudian penjaga itu menaruh nampan itu di meja dekat pintu.

Hera yang heran dengan adanya sedikit penjaga kemudian bertanya, ”Hei! Ke mana teman-temanmu?”

Penjaga itu menoleh dan memandang Hera tanpa ekspresi, tiba-tiba ponselnya berbunyi, penjaga itu langsung mengambil ponsel yang berada di kantong celananya, kemudian mengangkatnya.

Saat mengangkat telepon, penjaga itu terlihat panik dan ketakutan. Entah apa yang dikatakan seseorang itu kepadanya. Setelah itu, si penjaga keluar dengan sangat tergesa-gesa, kemudian menutup pintu ruangan Hera, tetapi dia lupa untuk menguncinya.

Setelah penjaga itu keluar, Hera menutup bukunya dan terdiam sejenak. Kemudian  dia berjalan ke arah pintu, karena tadi dia merasa tidak mendengar adanya suara pintu dikunci. Dia mencoba membukanya pelan-pelan, dan ternyata benar, penjaga itu tidak mengunci pintunya. 

“Ini waktu yang tepat untuk melarikan diri,” ujar Hera.

Hal Itu membuatnya mudah untuk keluar dari sini. Dia keluar, lalu menutup pintu tersebut dengan sangat pelan, sehingga tidak menimbulkan suara apa pun. Hera melanjutkan langkahnya untuk kabur, tetapi ketika langkahnya sedikit lagi membawanya pada kebebasan terlihatlah dua orang penjaga. Hera mempunyai ide untuk mengalihkan perhatian penjaga itu, dengan cara melemparkan sesuatu ke arah yang berlawanan dengan dirinya.

Penjaga itu menoleh dan berkata, ”Siapa di sana?”

Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Kemudian penjaga itu berlari ke arah suara tersebut. Setelah itu, Hera menyelinap keluar dengan sangat hati-hati, sambil menoleh ke belakang, kanan, dan kiri untuk memastikan keadaan. Setelah melalui semua itu, kini akhirnya Hera dapat menghirup udara alam.

Dia sangat senang, tetapi kesenangannya itu tidak berlaku lama, karena kebebasannya dikejutkan dengan keadaan dunia yang sudah seperti neraka, tidak ada lagi manusia yang dia lihat, hanya ada beberapa  teknologi yang biasanya digunakan untuk menahannya, dan banyak orang mati di depan matanya. Hera tidak tahu apakah masih ada manusia lain selain dirinya, ataukah hanya dirinya sendiri yang tersisa.

Setelah melihat semua ini, membuatnya tersadar bahwa ternyata kerenggangan penjagaannya tadi dikarenakan kondisi yang sedang heboh dengan adanya zombie yang ganas.

Hera sangat marah, kesal, dan benci pada dunia. Bagaimana tidak? Selama bertahun-tahun, dia sama sekali tidak diberi sebuah kebebasan, tetapi ketika dia sudah bebas, keadaan dunia sudah seperti ini.

Dia benci dengan dirinya, kenapa dari dulu dia tidak berpikir untuk bebas dari sana. Namun, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk terus-menerus menyalahkan diri, yang paling penting dia harus menyelamatkan hidupnya, karena dia belum ingin mati. Dia berlari dan terus berlari untuk menghindari zombie, walaupun dia tidak tahu ke mana langkahnya akan membawanya.

Tbc

Flowing in The SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang