Suara tembakan yang terdengar dari kejuahan itu membuat semua orang langsung bersiaga. Karena mereka jelas tau, kalau ada suara tembakan, itu bukanlah hal yang bagus. Masing – masingnya langsung bergegas untuk mengambil senjata yang mereka punya, yaitu berupa revolver kaliber 22 dengan isi 7 peluru.
“Siapa itu!” teriak Pak Bam, sambil menoleh ke kanan kirinya dan mengokang senjata sehingga dia akan siap untuk menembak siapapun yang mendekat ke arahnya.
“Yang pasti, dia manusia, Pak!” sahut Pak Hendri sambil setengah bercanda. Dia memang kebetulan ada di sampingnya dan agak kesal karena mendengar teriakan Pak Bam tadi.
“Iya, saya tau! Sejak kapan coba hantu bisa pegang senjata?! Tapi, segeralah muncul kesini kau! Jangan main sembunyi-sembunyian! Kalo berani, sini hadapi kami muka sama muka!”
“Sabar masbro! Duh, ini orang kenapa ya jadi ngedumel kayak emak – emak gagal dapet diskonan?” tanya Pak Said. Sepertinya mereka bertiga memang punya kebiasaan untuk bercanda di saat – saat yang tak tepat.
Yoshi mengamati kelakuan tiga orang itu, dan sejujurnya dia hampir saja tertawa. Kalau saja kondisinya bukan keadaan yang serius, mungkin dia akan langsung menjatuhkan dirinya ke lantai karena tak kuasa menahan tertawa lalu terpingkal – pingkal dengan selera humor mereka yang tidak pada tempatnya. Tapi dia tau kalau ini adalah keadaan yang serius, jadi dia tidak berselera untuk tertawa saat ini.
Hingga akhirnya ekor mata Yoshi menangkap satu kilatan yang seketika membuatnya melonjak kaget dan berseru lantang.
DOR, DOR, DOR!
“Awas!!!” teriak Yoshi.
Ternyata, dengan kecepatan yang tidak terduga, ada tiga buah peluru yang melaju ke arah mereka. Untungnya, ketiga peluru itu berhasil dihindari. Setelahnya, tiba – tiba muncul seorang pria muda yang membawa sebuah senapa. M 16, pikir Yoshi. Dan penampilan pemuda yang ada di depannya sesuai dengan kesaksian yang sudah mereka dengar, yaitu dia memakai masker dan kacamata hitam, serta pakaian yang serba hitam. Tanpa basa – basi, dia langsung menembakkan senjatanya ke arah polisi-polisi yang tengah bernasib sial itu. Lagi, tepatnya.
“Oh tidaaak...” bisik Yoshi.
Langsung saja, baku tembak yang tak terhindarkan terjadi. Peluru – peluru mereka berdesingan heboh seperti petasan saat Lebaran atau tahun baru yang biasanya dengan heboh menghiasi langit kota. Tapi, alih – alih menghiasi pemandangan basement tersebut, yang ada tembakan mereka malah menghancurkan kaca-kaca dan bodi – bodi mobil yang tak bersalah yang dengan “kebetulan” parkir di dekat area baku tembak itu.
Karena sejak awal mereka diundang untuk melakukan perang pelor, dengan senang hati para polisi itu meladeninya. Mereka mulai menembakkan isi senjata mereka ke arah si penyerang. Tapi karena mereka tidak bisa menyerang dan bertahan dari serangan peluru dengan cara yang bersamaan, jadi bisa dipastikan kalau akurasi mereka tidaklah begitu bagus. Tapi mereka bisa melukai si penyerang. Sepertinya.
Yang penting bagi mereka saat ini adalah untuk bisa bertahan dan menunggu lawan kehabisan peluru, karena mereka pastinya tidak membawa banyak cadangan peluru. Hipotesis yang ada di dalam kepala beberapa petugas ini, yang kebetulan masih sempat berpikir, si penembak ini punya alasan tertentu sehingga dia bisa ada di sini. Pasti ada sesuatunya. Jadi, mereka sebaik mungkin berusaha untuk menghindar dari hujan peluru yang menerjang mereka. Terutama dengan senjata milik penyerang yang cukup mematikan, maka agak susah untuk mendeteksi kemanakah tembakan tersebut mengarah, terutama di tengah kekacauan seperti itu.
“Ugh!!!” seru Pak Bambang, dan dia langsung memegangi pinggulnya.
Sepertinya, beliau terkena tembakan di pinggul kanannya. Dan siapapun pasti tau, kalau terkena peluru bukanlah hal yang menyenangkan. Menyakitkan, malah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective Yoshi
Misteri / Thriller•Seri pertama dari serial "Detective Yoshi"• Pernahkah terlintas dalam pikiran kalian bagaimanakah keseharian seorang detektif polisi? Kiyoshirou Ikemasa, atau yang biasa dipanggil Yoshi adalah seorang pemuda yang baru saja menyelesaikan pendidikann...