Kembalinya Pagi Lama

10 4 0
                                    

sesuatu yang pernah 'sering' kini menjadi sesuatu yang asing. suasana yang hampir terlupakan, menatap jalan di balik punggung Genta. suatu hal yang pernah setiap hari terjadi, canda tawa yang pernah tercipta disepanjang jalan Ahmad Yani, meski kali ini terasa sepi.

kembalinya pagi lama yang pernah ramai, meski sekedar ngetawain spanduk partai. kembalinya pagi lama yang pernah haru, meski sekedar ulangan harian yang berlalu...kembalinya pagi lama yang pernah ada, meski kini hanya sepi yang tercipta.

Jalan Ahmad Yani memang sesederhana itu untuk menciptakan sebuah memori berarti. yang terkadang baru disadari ketika semuanya telah menjadi sepi. 

Genta, ternyata gua salah, hanya dengan pergi, sesuatu tak akan pernah terganti. 

semesta maunya gimana sih, udah tau hanya sekedar teman, tapi kenapa masih dipertemukan? gatau apa ada perasaan yang ga bisa di ungkapkan?

Genta, gua harus apa? 

~~

"pulang mau bareng ra?"

Genta bertanya sembari membantu melepas helm Chytra.

"eh- gausah"

"oh..oke, gua duluan ya ra"

"hm iya"

motor scoopy hitam itu pun membawa pengemudinya menjauh dari titik tersebut, titik ragu untuk mengungkapkan sesuatu.

~~

Gio berjalan ragu menuju ruang kelas, pasalnya dia tau apa yang akan meyambutnya disana. 

"relax gio.. inget rencana lu sama reina..terima aja omelan chytra"

huft, giamana mau terima, tau sendiri chytra kalo ngomel udah kaya emak-emak kehilangan tupperware.

aduh, jadi inget dulu waktu chytra ngomel gara-gara stok potato chips nya gua abisin sama genta, untung Genta buru-buru beli gantinya, kalo engga udah jadi isian risol gua.

baiklah, tinggal 1 meter lagi menuju pintu jahanam...

1/2 meter...dugdugdudgudug

100 cm...dugdugdugdug

30 cm...dugdugdug

0 cm...dugdug

bismillah headshot...

----hening----

lho ko adem anyem gini suasananya? tidak terdengar auman biantang buas yang sedang kelaparan. hmm...

eh? Chytra ngapain? ngerjain tugas? emang ada tugas?

"ehm..ra?anu.."

Gio berjalan perlahan menuju meja Chytra

"ada tugas ra? ko tumben ngerjainnya di-"

abstrak. itu bukan tugas. itu sebuah tulisan- bukan tulisan- itu sebuah lukisan abstrak dari pensil joyko yang udah se-kelingking.

"ra? ada tugas melukis dengan tema abstrak? tapi kan hari ini ngga ada pelajaran seni budaya"

"ngga ada.."

"Gio...lain kali gausah nyuruh genta."

singkat.padat.jelas.menusuk.

jujur aja nih, mending denger chytra ngomel-ngomel panjang kali phi r kuadrat, kalo lemah letih lesu gini kan damage nya sampe ujung jari kaki.

"soal genta...sorry ya, soalnya..itu..anu.."

"gua tau alesannya, gausah di jelasin, toh lu juga ga bisa ngomongnya"

"inget, lain kali jangan" 

Chytra beranjak dari tempat duduknya, menutup lukisan abstraknya, pergi melewati gio begitu saja.

~~

"kangen"

sialan, kenapa harus bilang kangen sih. kangen apa? kangen sebagai keluarga? Genta gajelas anjirr.

ga mood banget, mau ngomelin batu giok juga males banget rasanya. gua tau, pasti gio berharap gua balik lagi sama genta. ketidakmungkinan yang di mungkinkan.

sumpah, ga abis pikir lagi, kata kata genta tadi pagi aneh banget. kalo emang kangen kenapa ga chat duluan? gengsi banget sih. emang sih, percuma nunggu dia chat duluan mah, keburu kiamat.

bel masuk masih 10 menit lagi, ntar dulu ah ke kelasnya, di rooftop lagi adem.

"demen banget di rooftop ya?"

"eh ka jevo"

anjir ini lagi makhluk venus pake dateng segala, gatau apa jiwa ini lagi ambyar

"kenapa? kaget? maaf ya.."

aduh, pake senyum lagi, gimana ga makin ambyar jiwa ini subhanallah.

"iya gapapa..."

ga guna, percuma aja ada makhkluk tuhan se-tampan ini di hadapan gua kalo jiwa gua yang ambyar ini masih setia menatap kendaraan yang berjajar rapih di bawah sana.

ka Jevo, se-nge-fans apapun gua sama lo, ternyata Genta masih no. 1


WANT ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang