Aini berjalan mendekati sang pujaan hati. Dia sangat penasaran dengan siapa Aldo berbicara. Aneh, padahal sebelumnya gadis itu tidak pernah seingin tahu ini. Gadis itu hanya peduli dengan keberadaan Aldo tanpa menghiraukan lawan bicara lelaki itu. namun, kali ini berbeda. Entahlah, kadar rasa ingin tahunya sedang meningkat. Aini memosisikan diri di belakang pagar tanaman agar tidak terlihat Aldo dan lawan bicaranya. Betapa terkejutnya si gadis dengan apa yang ada di depan matanya.
I—itu kan, Teteh Berhati Malaikat? Kok, berduaan aja, sih sama Kang Aldo? Mereka serasi banget keliatannya. Eh, eh, bukannya mereka berdua sama-sama anggota LDK, ya? Kok berduaan sih? tanya Aini dalam hatinya. Terlalu banyak pertanyaan yang tebersit di otak hingga membuatnya pusing.
Saat itu juga, Aini merasakan ada sesuatu yang bergetar dalam tas. Gadis itu segera merogoh tas lalu beranjak menuju tempat parkir mobil. Senja telah menghilang dan digantikan oleh langit yang mulai menghitam. Semilir angin yang bertambah dingin mulai menyapa. Kumandang azan magrib mengiringi langkah si gadis.
Aini merasakan sakit yang sangat di hati setelah pertanyaan-pertanyaan itu mulai menjauh dari otak. Perasaannya tidak menentu kini. Rasa sakit itu entah karena melihat Aldo akrab dengan perempuan lain ataukah karena melihat Teh Syafa yang telah melakukan sesuatu di luar nalarnya. Aini melihat langit sekali lagi sebelum masuk ke mobil. Hanya kepada langit dia dapat berbagi kisah kini.
Sesampainya di rumah, Aini segera menaiki tangga. Rasanya dia ingin segera merebahkan badan di kasur yang empuk. Saat tiba di anak tangga terakhir, dia melihat sosok wanita yang telah melahirkannya baru saja keluar dari kamar mandi. Si gadis meneruskan langkah dan berpapasan dengan wanita itu. Namun, anehnya sang ibu tidak menyapa. Ada kecanggungan yang terasa.
Biasanya, Aini tidak peduli jika ibunya menyapa atau tidak. Akan tetapi, kali ini berbeda. Sungguh, berbeda. Gadis itu merasakan gemuruh di hati. Dia bingung harus melakukan apa sekarang. Bagaimana bisa sang ibu kembali tak acuh kepadanya, padahal semenjak dua hari yang lalu wanita itu mencoba berbagai cara untuk mendapatkan perhatian Aini?
Ada keinginan untuk menyapa sang ibu. Akan tetapi, dia merasa ragu. Akankah sang ibu kembali meninggalkan dirinya seperti dahulu?
"I—ibu." Aini memilih untuk melawan segala keraguan dan menyingkirkan ego yang menjadi penghalang dirinya dari sang ibu. Kini, Aini menghadap wanita itu dengan mata berkaca-kaca.
Jumlah kata: 370 kata
Halo, saya kembali dengan ucapan terima kasih yang tidak henti-hentinya saya haturkan. Mohon maaf part ini terlalu singkat, hanya pergulatan batin Aini. Mohon maaf yang sebesar-besarnya karena banyak kekurangan yang saya perbuat. Selamat kembali membaca dan menyelami~~ Salam hangat~~
*Special thank's for Kak Leci Seira
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Puluh Hari Menjadi Lebih Baik
Roman pour AdolescentsPernahkah kalian mengejar cinta seseorang? Bahkan, sampai merasa kelelahan karena itu? Itulah yang dilakukan Aini Nururrahim, seorang mahasiswi tingkat dua di salah satu universitas di Kota Kembang. Dengan cara apa pun, ia rela mendapatkan perhatian...