chapter 4

3.1K 251 37
                                    

Setelah gempa berhasil sadar dari semaput dadakannya (dan iya, dia pingsan sungguhan karena terlalu kaget), tahu-tahu Taufan tersenyum ngetroll (lagi) lalu begitu saja membawa ice dan thorn untuk pergi dari ruangan itu. Katanya sih, jam sudah menunjukkan waktu bagi thorn untuk belajar privat bersama mereka-kesampingkan Ice, gempa tidak yakin kalau Taufan akan mengajarkan hal-hal yang baik dan berguna pada bocah kecil itu. Palingan ia mengajarkan cara meprovokasi atau cara ngeprank atau malah 'bagaimana cara menguntit orang dengan baik dan benar.

Singkat kata, kini di ruangan itu hanya tersisa sosok halilintar mahendra dan boboiboy gempa.

Merasa dihadapkan dengan situasi yang sangat canggung-coba katakan bagian mana yang tidak canggung dari bertemu teman lamamu setelah sekian tahun di tempat kerja baru lalu dihadapkan dengan kenyataan ambigu tentang status temannya yang sudah beranak satu lalu kemudian kau pingsan saking kagetnya- karena hal itulah gempa hanya bisa terdiam di ujung sofa sambil menatap es Pico-nya yang masih belum tersentuh sama sekali. Di sebelahnya, ada halilintar yang memakan es stroberinya dengan raut wajah datar sedatar papan. Sial, sepertinya kak hali tenang-tenang saja.

Walau rasanya bukan gempa sekali bila ia grogi dan salah tingkah begini, namun kalau dipikir wajar saja bila dia mendadak parno setelah melihat dan mendengar banyak hal di hari ini. Apalagi begitu terbangun dari pingsannya tadi kepalanya sudah ada di pangkuan kak hali-

uh, lupakan bagian itu.

Ketika indra pengecap gempa terwarnai oleh manisnya anggur seketika pikiran gempa mulai diambil alih oleh  adik kecil kesayangannya- 'Ah, ini rasa favorit solar, dia pasti suka kalau kubelikan es seperti ini, kira kira dia sedang apa ya sekarang?saat ini solsol lagi sendirian di rumah kan?apa dia merasa kesepian?apa dia takut sendirian?apa dia sedang mencariku sekarang'-, benaknya makin tak mampu saja untuk meluruskan benang absurditas yang baru saja menjerat tali takdirnya.

Karena itu, tolong jangan salahkan gempa jika sekarang ini dia hanya terdiam sambil menyumpal mulutnya dengan es berasa anggur ini. Meskipun Sejujurnya memang banyak hal yang ingin gempa tanyakan pada halilintar-namun saking banyaknya, dia sampai tak tahu harus menanyakan yang mana dulu.

"Oi, gemgem."ucap halilintar tiba tiba

Dan jujur saja panggilan dari halilintar ini sama sekali tidak pas waktunya.

Sambil menyembunyikan kegalauannya dalam sebuah senyuman simpul, manik caramel gempa beralih ke arah halilintar. "Ya, kak hali?"balas gempa

"Kau punya pertanyaan yang ingin kau tanyakan padaku, bukan?"ucap halilintar tanpa mengalihkan pandangannya dari es strawberry nya

Gempa mengerjap sesaat.

"Eh? Ah-ya ada. Emm... Sebenarnya banyak." Ucap gempa

Jujur sekali anda nak gemgem

"Kalau begitu, tanyakan satu hal yang paling membuatmu penasaran."ujar halilintar mengalihkan pandangannya pada gempa

Pemuda berpipi cubby itu meneguk ludah tatkala sepasang mata tajam itu mulai mengalihkan tatapnya yang sungguh mengintimidasi pada wajah gempa atau lebih tepatnya matanya. Ugh, sudah lama ia tak bertatapan dengan sepasang mata yang indah tapi menakutkan ini. Mata yang seolah ingin menelan gempa seutuhnya tanpa menyisakan seujung kuku pun-

-bukan dalam artian mesum, tentu saja.

"Baiklah. Err, kak hali-"

Karena Waktu Bisa Melakukan ApapunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang