Satu

64.1K 539 5
                                    

Langkah kaki indah berbalut stiletto bersol merah yang terkenal mahal itu menggema di sebuah lobby sebuah perusahaan multinasional milik seorang Putra Penguasa Negeri ini.

Bukan hanya karena sepatunya yang mahal, wajah cantik dengan balutan pakaian mahal dengan merek ternama yang membungkus tubuh seputih susu dan sehalus mutiara itulah yang membuat setiap mata memandangnya tanpa teralihkan, di tambah dengan senyuman di bibirnya yang tampak penuh seranum cherry segar, Bidadari yang berjalan dan menebarkan wangi menggoda itu adalah pemandangan indah di siang hari yang tampak membosankan di dalam kantor ini.

Ayudia Farasya, si kupu-kupu cantik yang memikat tersebut memang indah untuk di lihat, tapi mustahil untuk di gapai oleh setiap laki-laki yang masih berpikir tentang cicilan mobil Pajero mereka. Mungkin bagi Ayudia, cicilan mobil Pajero yang harus di sisihkan dengan susah payah tersebut hanya mampu membeli sebuah krim mata untuk Ayudia.

Sadar diri, para laki-laki yang menjadi pengagum wajah cantik dan tubuh sempurnanya hanya menatapnya sebagai objek yang tidak bisa di raihnya.

Ayudia mungkin bisa mereka bawa ke dekapan mereka, tapi dengan catatan uang yang harus di gelontorkan tentu bukan dalam jumlah yang sedikit, salah satu yang mampu memiliki, menyentuh, dan merasai Ayudia adalah sang CEO perusahaan tempat Ayudia sekarang berkunjung.

Pelac*r kelas wahid, itulah sematan untuk Ayudia, sebutan rendahan yang berhembus tajam tanpa bukti kebenaran bagi sebagian orang karena melihat Ayudia sering kali berpindah dari satu milyuner ke milyuner lain layaknya sebuah piala.

"Mau bertemu dengan Pak William, Mbak Ayu?"

Ayu yang baru saja memasuki lift langsung mendapatkan sapaan tersebut dari Sisy, salah satu sekretaris dari William yang memang akan di temuinya, bukan hanya salah satu sekretaris, tapi Sisy adalah satu dari sedikit orang yang mampu bersikap ramah terhadap Ayu. Bagaimana tidak, kebanyakan dari para wanita akan memandang Ayu sebagai seorang Iblis Betina yang menggoda pasangan mereka.

Hal yang sebenarnya di luar kuasa Ayu untuk di cegah. Jika bisa, Ayu juga enggan untuk mendapatkan tatapan mendamba dari mereka yang menginginkannya tapi tidak mampu memenuhinya.

"Jika tidak bertemu dengan William, lalu mau apa aku kesini, Sisy?"

Sisy hanya mengangguk acuh, Sisy bukanlah tipe sekretaris cerewet yang mencampuri urusan Bosnya selain masalah pekerjaan. Dan kehadiran Ayudia di perusahaan ini di tengah hari bolong bukan hal mengejutkan untuk Sisy, Sisy paham betul apa yang di inginkan Bosnya dengan kehadiran Ayudia.

"Boss baru saja kedatangan tunangannya, Mbak Ayu. Nggak tahu sudah pergi atau belum."

Kini giliran Ayu yang mengangguk acuh, William laki-laki berdarah Amerika Jawa ini memang memiliki tunangan bernama Dahlia, seorang wanita angkuh di mata Ayu yang merasa dirinya begitu tinggi di bandingkan orang lain hanya karena dia terlahir sebagai seorang Putri dari Konglomerat ternama di negeri ini. Dan Ayu tahu dengan benar jika pertunangan dari William yang memanggilnya sekarang dengan Dahlia hanyalah sebuah kesepakatan bisnis.

"Mau dia ada atau nggak, aku nggak peduli! Toh urusanku dengan William, bukan dengan tunangannya."

Terdengar menyebalkan memang apa ucapan dari Ayudia menanggapi peringatan dari Sisy, tapi Sisy sudah terlanjur mengenal dengan jelas bagaimana sikap Ayudia ini.

Lama mereka berdua terdiam di dalam lift hingga akhirnya pintu lift terbuka dan membawa mereka pada lantai teratas perusahaan ini, tempat di mana ruangan Sisy dan William berada. Ayudia dan Sisy berjalan beriringan, dengan Sisy yang lebih dahulu sampai di mejanya, dan saat Ayu hendak membuka ruangan William, sesosok angkuh yang memandang Ayu penuh penghinaan muncul di dari dalam ruangan.

Wajah cantik namun keruh, penuh kemarahan, dan kekesalan membuat Ayudia bisa menebak jika sesuatu yang buruk sedang terjadi pada pasangan ini.

"Mau apa lo di sini? Jangan ambil kesempatan di tengah kesempitan, Jal*ng." tanpa basa-basi, seorang Dahlia langsung menodong pertanyaan yang terkesan kejam tersebut pada Ayu.

Dengan santai Ayu menepis tangan tersebut, tersenyum tipis pada sang Putri Konglomerat tanpa tersinggung sama sekali. "Hati-hati dengan kalimat Anda, Nona Dahlia. Menuduh seorang Jalang tanpa bukti bisa membuat Anda di bui." Dahlia ingin kembali mendamprat Ayu, sayangnya Ayu bukanlah wanita menye-menye yang akan diam saja saat seseorang mengganggunya, tubuh tinggi, berisi, dan sintal Ayu menunduk, berbisik tepat di telinga Dahlia. "Jangan coba-coba bermain dengan para Jal*ng, mereka bisa dengan mudah mendepak para istri, bukan tidak mungkin mereka bisa mencoret anak-anak mereka dari daftar pewaris."

Ayu tersenyum kecil melihat wajah murka dari Dahlia, sebelum akhirnya dia menepuk wajah cantik itu pelan dan masuk ke dalam ruangan William. Dahlia yang sudah sadar dari keterpakuan ingin kembali masuk ke dalam ruangan William, sayangnya ruangan William adalah ruangan privat yang langsung terkunci saat seseorang baru saja masuk.

Dan saat Dahlia tidak bisa membukanya, maka sudah pasti William memang sengaja tidak mengizinkannya masuk kembali.

Sekarang, yang terjadi di dalam ruangan pun hanya William, Ayu, dan Tuhan saja yang tahu.

????????????????

Melihat pintu yang terbuka membuat William langsung mendongak, kepalanya terasa panas karena pertengkaran dengan Dahlia yang tidak ada habisnya, membahas pernikahan yang tidak di inginkan olehnya, lengkap dengan ancaman dari Dahlia jika dia akan mencabut sahamnya jika pernikahan tidak segera di penuhi William.

Bukan hanya Dahlia yang membuat William pening, tapi juga tekanan dari Ayahnya yang perfeksionis, dan menuntutnya untuk segera menstabilkan perusahaan yang sedang merosot. Naik turun saham adalah hal yang wajar, apalagi perusahaan yang di pegang oleh William sebagai CEO, sekarang turun, dan mungkin saja besok akan bertengger di puncak. Tapi George West, mana mau mendengar sahamnya turun. Hal itulah yang membuat William merasa harinya begitu buruk belakangan ini.

"Do you miss me, William?"

Senyuman terbit di wajah William mendengar suara menggoda Ayu, bukan mendesah manja seperti escort di Bar, tapi suara serak basah alami milik Ayu adalah candu untuknya. Hanya dengan mendengar suara dari Ayu gairah William yang tidak bisa bangkit langsung naik, membuat sesuatu yang di balik celananya langsung mengeras.

Kemarahan, dan rasa pusing William kini memerlukan pelampiasan, dan se*s bersama Ayudia adalah cara terbaik untuk melepaskannya.

Tangan William terulur, menggapai Ayu dan membawa tubuh menggoda layaknya Dewi tersebut ke dalam pangkuannya. Desahan langsung lolos dari bibir William saat batangnya yang mengeras merasakan pinggul hangat Ayu yang ada di atasnya, pinggul hangat yang sebentar lagi akan memanjakan batangnya dan membuatnya melayang melupakan segala kepenatan.

Bibir merah merekah milik Ayu kini tersenyum melihat wajah di landa gairah William, Ayu belum melakukan apapun, dan William sudah tunduk di bawah kakinya, dan saat Ayu mulai membuka kancing kemejanya, deru nafas William yang menerpa dadanya menunjukkan kekalahan laki-laki yang sudah bertunangan ini.

"aku ingin segera memasukimu, Ayu."

Kupu-kupu IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang