G1

7K 199 3
                                    

Galillea Pov

Aroma hidangan menyeruak dari arah dapur, sepertilah ini suasana pagi hari di kost ramah perempuan. Saling bergantian untuk membuat sarapan pagi, tak jarang candaan khas para penghuninya yang membuat perutku sakit.

Mereka memasak, aku menunggu pesanan Kofood. Aku tidak pandai memasak bahkan jika dinilai 1 sampai 10, bisa jadi nilai masakanku -10. Bukan tidak mau belajar memasak, tapi terakhir kali aku mencoba menggoreng otak-otak dan ya berakhir dengan ledakan minyak panas yang membuat beberapa bagian tubuhku melepuh. Tragis bukan?

Menjadi mahasiswa memang mengasyikan, bangun tidur, mandi, makan lalu berangkat. Setelah selesai matkul pulang, mengerjakan tugas dan tidur lagi. Siklus hidupku selama 3 tahun selalu begitu, ya meskipun sesekali aku mengikuti kegiatan yang sangat membosankan di kampus.

Tidak aktif organisasi bukan berarti tidak ada dosen yang mengenalku, beberapa kali aku mengikuti pengabdian dan penelitian dosen. Pintar? Tidak, aku hanya mencoba-coba dan ternyata diterima, Tuhan sedang berbaik hati padaku, mungkin. Dan semseter ini aku mencoba peruntungan dengan mendaftar pengajuan asisten dosen, lagi-lagi aku mendapatkan Jackpot.

Pagi ini aku mulai menjalani tugas sebagai asisten dosen. Kelas pertamaku tanpa Pak Fart karena beliau ada kepentingan luar kota, semua berjalan lancar sampai kelas berakhir.

"Kak Lil!" Panggil salah satu adik tingkatku.

"Ya, kenapa?"

"Emm, kak boleh ngga aku minta nomornya Pak Fart?"

What? Ini anak ngapain segala minta nomornya Pak Fart, wah gile ayam kampus baru jangan-jangan nih anak. Gile aja si bapak buntutnya kan udah banyak, mau digodain segala, batinku.

"Buat apa ya? Soalnya setahu saya Pak Fart tidak begitu menyukai interaksi melalui whatsapp, jadi kalau tidak mendesak saya tidak bisa kasih ke kamu." Ucapku tegas

"Itu kak, aku mau ikuti PKM dan niatnya mau minta beliau jadi pendamping kalo Pak Fart berkenan, iya gitu kak"

"Oh kalo soal itu nanti saya tanyakan ke Pak Fart, kalo beliau bersedia besok saya sampaikan di pertemuan depan. Mari." Aku tersenyum dan berlalu menuju ruang dosen untuk meletakkan tugas-tugas mahasiswa. 

Semenjak aku menjadi asdos, interaksiku dengan sahabat-sahabatku cukup berkurang, apalagi sekarang mereka sudah mulai mencari judul skripsi, kami benar-benar kesulitan mencari waktu untuk sekedar menikmati secangkir kopi di cafe langganan kami.

Sekilas jadi kejauhan aku melihat Soraya yang sedang berjalan ke arah parkiran, dia adalah salah satu dari dua sahabatku.

"Sor, sor... tunggu!" Teriakku kencang hingga Soraya membalikkan badan.

"Sar sor sar sor, panggil gue RAYA!"

"Hoshh hosh hosh... sssssttt diem dulu"

"Ngapain sih pake lari-lari segala Lil? Dikejar setan lo?"

"Gue mau nebeng, anterin sampe kostan ya hehee" Ucapku diakhiri dengan senyum pepsudent.

"Yaudah buru, gue mau ada acara sama nyokap"

"Shiap boskuu" Jawabku sembari melangkahkan kaki menaiki mini cooper berwarna kuning milik sahabatku, sang anak tunggal kaya raya, cocok sekali dengan namanya bukan? Sorkaya.

Akhirnya sampai di depan kostku tercinta, aku turun dan berjalan ke arah pintu gerbang.

"Thank you, Sor... dah" lambaian tanganku disambut kiss bye oleh Soraya.

"See you, Galikubur hahaa"

Begitulah kami, saling mengejek tapi tetap mengedepankan simbiosis mutualisme. Tunggu..., sebenarnya disini hanya aku yang mendapatkan keuntungan. Ah sudahlah, aku ingin memanjakan tubuhku yang sudah bekerja keras hari ini.

Aku tidur hingga pukul 7 malam, tepat sebelum kerusuhan antara teman kostku dengan kekasihnya terjadi. Benar-benar membosankan, mereka sering sekali bertengkar bahkan hampir setiap hari. Aku selalu memilih keliling perumahan atau pergi ke taman mencari udara segar ketika mereka berdua beradu mulut.

"Mending beli es kelapa atau air mineral ya?" Pertanyaan untuk diriku sendiri.

"Air mineral Lil biar sehat, oke kita ke Tudemart let's go..." 

Hanya perlu berjalan beberapa langkah untuk sampai di Tudemart, aku mencari air mineral yang sedang hits karena menjadikan Tasyi Brand Ambassador. Kenapa bisa habis stok air mineralnya, apa sedahsyat itu pengaruh Tasyi?. Aku memutuskan untuk bertanya pada salah satu SPG disana.

"Misi kak, air mineral plistake masih ada stoknya ngga ya?

"Sepertinya tadi masih ada satu kak di bagian depan, sekitar 3 meter sebelum tempat pembayaran ada satu rak merah, nah disitu kak."

"Oh oke makasih kak"

"Ya sama-sama" SPG tadi tersenyum dan melanjutkan aktivitasnya.

Ku hampiri jalan yang kita lalui... Eh engga itu lagunya Aneth, sampai di depan rak merah yang disebutkan SPG tadi aku berdiri mencari air mineral plistake tapi mataku yang minus ini tidak menemukannya. Tiba-tiba sebuah tangan kekar mengarah pada satu botol, yang aku sadari itu adalah PLISTAKE. Oh tidakkk, aku segera mengambilnya.

"Maaf saya barusan mau ambil ini, kenapa malah diambil?" Tanyanya datar.

"Kan aku yang ambil duluan, berarti ini hakku bukan punya om" ucapku dengan nada sinis.

"Ya sudah ambil saja. Dasar anak kecil!" Dia pergi begitu saja.

"Enak aja tuh orang, body udah kaya Kendal Jenner gini dikatain anak kecil, sinting kali tuh orang!" Aku berdecak kesal, memilih untuk segera membayar di kasir dan melanjutkan perjalanan ke taman.

Author Pov

Galillea sudah berada di taman dengan smartphone di tangan kiri dan air mineral di tangan kanannya. Duduk di bawah pohon rindang, diiringi hilir mudik angin yang membuat daun-daun saling melambai.

Dilihatnya dari kejauhan nampak sebuah keluarga bahagia tengah bermain kembang api, dengan gadis kecil yang berada di gendongan sang ayah. Ingatan Galillea kembali ke masa lalu, dimana si kecil Lillea bermain dengan ayah dan bundanya. Tanpa disadari butiran kecil mengalir dari sudut netra indahnya. Lillea kecil rindu pada kedua orangtuanya, ia ingin pulang dan memeluk mereka.

Jangan lupa vote.
See you on the next chapter...

GalilleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang