G5

3.4K 132 0
                                    

Baru bisa balik ke wattpad karena kuliah lagi padet banget jadwalnya dan part ini juga ngga panjang.
Hope you enjoy guys!

Semua fakta yang aku dapatkan hari ini menyenangkan sekaligus menyedihkan. Aku bahagia melihat mereka berdua orang yang bisa ku katakan keluarga keduaku bersama, tapi aku juga sedih menjadi jomblo seorang diri.

Author pov

"Jomblo sendiran kok rasanya aneh ya? Atau sekarang mending ngikutin kemauan bokap aja? Toh kuliah juga mau selesai dikit lagi. Tapi..." Galillea sedang berdiskusi dengan dirinya sendiri, memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi.

Hujan deras yang mengguyur senantiasa menemani seorang gadis yang tengah berfikir keras untuk memutuskan kemana hidupnya akan mengarah. Diamnya kembali membawa sebuah fakta bahwa orangtuanya kini seolah sama sekali tidak peduli padanya, namun ia tahu seberapa besar kasih sayang kedua orangtuanya yang terkadang justru berlebihan.

"Ah tau lah pusing juga ternyata mikirin hidup, masih mending mikirin matkulnya pak jerko" pikirannya semakin runyam, Galillea kembali merutuki nasibnya yang sengaja ia buat malang.

Dering telepon berbunyi, sebuah pesan singkat masuk.

Billie
"Nona, apakah nona tidak ingin kembali ke rumah? Keadaan emosi tuan semakin hari semakin tidak stabil nona, saya khawatir ini akan menjadi peluang para direksi untuk mengambil alih perusahaan keluarga nona, sementara saya harus tetap melakukan penjagaan pada tuan"

"Huh..." Helaan nafas terdengar begitu lirih, bahkan hampir tidak dapat terdengar.

"Hei Tuhan, apa ini yang disebut takdir? Bisakah kau turunkan warisan tanpa syarat"

Wajah Galillea terlihat semakin murung, matanya semakin sayu menatap pesan dari Billie. Namun rupanya gadis itu enggan membalas pesan tersebut dan lebih memilih membersihkan diri.

***

Keesokan harinya Galillea berangkat menuju rumah orangtuanya, ia tahu mereka di rumah sakit maka dari itu ia memilih untuk datang ke rumah.

Kini ia sudah berada di depan rumah tiga lantai berwarna putih yang terlihat klasik, dengan air mancur kecil di samping kanan dan kiri jalan menuju pintu utama. Telihat beberapa pohon baru yang sebelumnya tidak ada di halaman rumah.

Pintu terbuka, seorang maid senior menyambut Galillea.

"Selamat datang kembali nona, nyonya baru saja berangkat ke rumah sakit untuk menemani tuan"

"Oh iya, apa kamarku masih ada?" Tanya Galillea

"Tentu nona, mari"

Kamar Galillea ada di lantai 3, mereka menaiki lift yang berada di sebelah kanan setelah masuk dari pintu utama. Maid bercerita selama beberapa tahun ini ayah Galille sering berdiam diri bahkan hingga tidur di kamar Galillea. Suasana menjadi kaku, ketika suara lift berbunyi mereka segera keluar dan berjalan menuju sebuah pintu berwarna cokelat muda bertuliskan "Little Lil", hampir seluruh ornamen di lantai tiga bernuansa cokelat.

Galillea memasuki kamarnya dan terkejut, tidak ada satupun posisi benda yang berubah sejak awal ia pergi meninggalkan kamar ini.

"Nona saya permisi untuk ke bawah, ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Jika nona membutuhkan saya silahkan panggil saya seperti dulu, " maid itu tersenyum

"Okay"

Galillea berjalan mendekati meja belajar, tangannya meraih sebuah jam pasir kecil. Ia ingat betul, jam pasir ini pemberian rekan bisnis ayahnya ketika ia masih berusia 6 tahun.

"Om dan tante beli ini untuk kamu, ini melambangkan kehidupan yang berjalan perlahan namun pasti" kalimat itu kembali terbesit dalam, ingatan Galillea.

Jangan lupa vote 💛

GalilleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang