3. Bertengkar

12 1 0
                                    

"Aww! Sayang, pelan-pelan dong."

Kyara semakin menekan sudut bibir Devan yang terluka. "Suruh siapa berantem, ganteng?" sindir Kyara sinis.

"Iyaa maaf yaa bii, namanya juga cowo. Kalo ga berantem ga edan dong, he- AH!" Devan memekik tertahan saat Kyara dengan sengaja menampar pelan pipinya. "Sayangggg, cakitttt!"

"Kagok edan!" kini Devan yang menepuk pelan pipi Kyara. "Ko ngomongnya gitu sih, bii."

"Sebel banget asli sumpah demi apa aku sama kamu hari ini, Dev!"

"Iyaa, sayanggg. Maaf yaa." Devan menatap Kyara memelas.

Kyara memejamkan matanya berusaha meredam amarahnya agar tak meluap. "Kali ini, alasan kamu apa?"

"Kamu nanya alasan yang manaa?" Kyara menaikkan sebelah alisnya. "Menurut kamu?"

"Karena pagi tadi ga pergi bareng ya?" Devan mengangguk-angguk mengerti.

"Tadi pagi kan kamu nolak buat pergi bareng sama aku. Nah pas aku mau bujuk kamu karna aku tau kamu masih bete sama aku, eh ... tiba-tiba Jeje nelpon aku terus minta pergi bareng. Jadi aku perginya sama dia deh. Tadinya niat mau bolos sih, cuman, aku inget kamu. Jadi ga jadi dehh bolosnyaa," balas Devan tenang.

Bukan hal yang baru baginya jika Devan berbicara santai tentang perempuan lain padanya. Namun tetap saja, hatinya terasa sakit saat mendengar kekasihnya itu membicarakan wanita lain.

Alasan masih bertahan? Tentu saja karena ia terlalu mencintai Devan selain itu juga Devan tak pernah benar-benar menaruh hati pada perempuan-perempuan yang pernah ia ceritakan. Kyara tetap menjadi pelabuhan akhir bagi Devan ... katanya.

"Devan, tolong...." Kyara menghembuskan napasnya pelan. Ia sedang tidak mood untuk mendengarkan Devan bercerita tentang wanita lain.

Ia menatap Kyara dengan pandangan yang sulit diartikan. "Dama emosi liat aku bareng Jeje."

Kyara menatap Devan sejenak dan mengangguk mengerti lalu pergi meninggalkan Devan untuk mencari Dama. Karena ia tahu, Dama juga membutuhkannya.

***

Langkah Kyara terhenti saat melihat Dama menunduk lesu di lantai koridor seberang lapangan yang mereka pakai untuk bertengkar tadi.

Keadaannya tak jauh berbeda dari Devan. Hanya saja, mungkin Devan lebih parah karena menjadi sasaran amarah Dama.

Apakah Dama mengetahuinya?

Ya. Dama tahu.

Ia tahu seburuk apa perilaku Devan pada Kyara. Bukan raganya yang selalu dilukai oleh Devan... namun hati Kyara.

Karena Devan tak pernah bermain kasar, perlakuannya terhadap Kyara memang sangat lembut. Namun Devan tak mengerti, bahwa ucapannya terkadang melukai perasaan Kyara.

Dama ingat persis bagaimana Kyara menangis tersedu-sedu saat pertama kali melihat Devan bersama perempuan lain.

Dama juga ingat persis bagaimana Devan selalu membuat Kyara terluka atas janji-janji yang ia ingkari.

Dama tahu bahwa Kyara selalu memendam emosinya saat mendengarkan Devan yang bercerita tentang wanita lain.

Dama hanya benci melihat Kyara terluka.

Kyara menjulurkan tangannya didepan wajah Dama. "Ayo, lo perlu diobatin." Dama mengangkat wajahnya menatap Kyara.

Sekali lagi, Kyara menggerakkan tangannya mengajak Dama untuk segera berdiri dan mengikutinya. "Ga baik kalo lukanya didiemin, ntar infeksi."

Armada : A Way to Find Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang