1. ar-ma-da

13 1 0
                                    

"Dama oh dama mengapa engkau bau? Macam mana aku tak bau, kan aku tak pernah mandi ... kan aku tak pernah mandii."

Terdengar suara tawa yang menggelegar di ruang tamu yang lumayan luas ini. Mereka tertawa karena nyanyian gadis itu.

"Ara kurang ajar yaa! Dama udah mandi tau! Padahal yang jarang mandi itu Ara dihh." Dama mencibir kesal.

"Definisi orang cantik itu bebas berlaku untuk Ara, ya. Sekalipun Ara ga mandi dua tahun juga Ara pasti tetep cantik, kok! Wleee!" ejek Kyara sembari memeletkan lidahnya pada lelaki dihadapannya.

"Pede abis dah lo, jijik gue dengernya."

"Bodoamat!"

"Mandi sono lu bau!"

"Mon maap Ara bukan kaca yaa, huuu!"

"Ngeselin banget lo ya akhir-akhir ini, mau dapet lo?"

"Kalo iya kenapa? Masalah gitu buat lo?"

Tiba-tiba suara wanita paruh baya mengintrupsi. "Udah eh udah, malah berantem gini. Ara mandi gih sayang, bukannya siang nanti kamu harus anter bundamu ke toko?"

Kyara menepuk jidatnya lalu berlari keluar dari rumah minimalis itu sambil berteriak, "Makasi mamih udah diingetin! Ara pulang!"

"Gaada sopan santunnya sama sekali emang tu anak," ucap Dama jengkel.

"Bang Ata juga kadang lebih ga sopan kali, itu emang lagi nyindir Ka Ara apa nyindir diri sendiri?" cibir Cecil, adik perempuan Dama.

"Gue lagi nyindir lo malah. Bocil." Dama melengos pergi setelah mengucapkan kalimat itu tanpa peduli teriakan kesal adiknya di lantai bawah.

***

Kyara berdiam diri di balkon kamarnya untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Handphone nya sedari tadi ia pegang, namun ia tak tahu harus diapakan benda pipih nan canggih itu. Ia hanya terlalu kesal dengan seseorang, Kyara hanya sedang tidak ingin membaca pesannya.

Entahlah, mood-nya sedang naik turun belakangan ini. Mungkin efek akan datang bulan.

"Yas? Bunda udah nunggu lo di bawah."

Kyara tersentak dalam lamunannya, "hah? Iya kaa, tolong bilangin sama bunda bentar lagi Yasmine turun," jawabnya yang hanya dibalas anggukan kecil oleh kakak perempuannya itu.

Sesaat sebelum ia masuk ke kamarnya, Kyara menatap layar handphone nya yang berkelip berwarna ungu. Tanda bahwa seseorang itu mengabarinya. Tapi tetap saja, pada akhirnya Kyara tidak membalas pesannya.

"Salah ga sih gue ngediemin dia kayak gini?" gumam Kyara.

Tak mau berpikir panjang tentang hal itu, Kyara menyimpan telefon genggamnya di atas laci kamarnya dan kemudian berjalan perlahan menuju lantai bawah di mana bunda nya menunggu.

Namun langkahnya terhenti saat ia melihat seseorang yang tak asing baginya. Matanya membulat karena terkejut.

"D-devan?! Kamu ko ...?" Devan tersenyum melambai dan menunjuk layar handphone nya yang mati.

Seakan mengerti, Kyara berlari ke kamarnya dan berteriak, "Tunggu sebentar!!"

Segera, ia membuka aplikasi whatsapp di handphone nya dan menemukan 5 panggilan tak terjawab dan 8 pesan tak terbaca dari 'maboii'. Ia menutup mulutnya seakan tak percaya. Karena pasalnya, lelakinya itu jarang sekali mengirimi ia pesan banyak atau bahkan menelponnya berkali-kali.

maboii :
Bii, aku lagi kosong nih. Keluar ayo? (11.10)
Bii? (11.54)
Kemana sihh? (12.25)

Armada : A Way to Find Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang