Beberapa pelayan menceritakan banyak hal yang telah dikatakan oleh Julin tentang Encha, lagian sudah Encha duga juga. Jika Julin sangat membencinya, barangkali dia sedang berada dalam salah paham. Yang membuatnya menjadi egois, seolah-olah dia sendiri yang menjadi korbannya di sini.
Encha tidak bisa menolak pernikahan di antara mereka. Kaisar yang sudah mengatur semuanya, tidak seharusnya juga Julin hanya menyalahkan Encha saja di sini. Sementara mereka sama-sama menjadi korbannya.
"Apa kau benar-benar membiarkan putri menghancurkan tamanmu? Padahal kau sendiri yang merawatnya," ucap Lio terlihat jelas sekali tidak senang.
Mau bagaimana lagi, Encha juga tidak bisa membuat keinginan Julin tak di turuti olehnya. Setidaknya juga Julin tak merusak semua taman bunganya itu. Jika hal itu terjadi, Encha tidak tinggal diam juga. Karena bagaimanapun, taman bunganya itu merupakan alasan dia bisa merasa tenang seperti sekarang.
"Lio, sudah seharusnya kau melayani putri dengan baik. Dia memang egois, dan manja. Tapi ingat saja dia tetaplah seorang putri, dan keturunan kaisar yang kita hormati," peringatnya dengan sangat serius itu.
Bukannya mendengarkan ataupun menuruti apa yang dikatakan oleh Encha. Lio justru mencengkeram pergelangan tangannya, mereka juga seorang teman. Sudah menjadi hal yang sangat wajar, jika tidak memperlakukan dengan sopan. Apalagi Lio juga merupakan kepala pelayan, dan penasihatnya yang setia. Pastinya dia akan melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan olehnya juga.
"Saat kau dikhianati oleh kesatrimu, kau juga membiarkannya kan? Kau membiarkan dia hidup dengan baik. Padahal kau hampir mati, tapi kau tetap diam dan membuatnya menjalani kehidupannya dengan baik seolah-olah dia memang orang yang baik," ucap Lio terlihat jelas dia sedang kesal. "Kali ini jangan biarkan dirimu di kuasai oleh kebaikanmu itu. Menjadi baik tidak selamanya menyelamatkanmu."
Setelah mengatakan itu, Lio langsung pergi saja. Encha tertunduk dalam, dia mengerti apa yang sudah dikatakan oleh Lio padanya. Semua itu merupakan bentuk kepedulian. Encha memang membiarkan banyak hal yang terjadi pada dirinya, membuatnya menjadi tak berdaya karena tak memberikan perlawanan.
Hanya saja Encha tidak memiliki banyak waktu, jika dia harus menanggapinya dengan serius juga. Lagian waktunya yang sedikit itu, akan lebih baik jika di pergunakan untuk hal-hal yang bisa membuatnya bahagia saja.
Pernikahannya dengan Julin hanya formalitas biasa, bukan benar-benar bisa saling mencintai. Julin juga terlihat jelas sekali membencinya, jadi apa yang perlu diharapkan olehnya? Terlalu buang-buang waktu untuk memikirkan hal seperti itu.
Beberapa saat setelahnya tiba-tiba saja Julin masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu sama sekali. Bahkan dia tidak membuat janji terlebih dulu, padahalkan Encha paling tidak suka jika seseorang masuk ke ruangannya tanpa membuat janji terlebih dulu dengannya.
"Ada apa tuan putri?" tanya Encha yang berusaha mengukir senyumannya.
"Kenapa di kamarku kau panjang lukisan langit yang begitu besar, apa kau tidak ada tempat lain untuk meletakkannya?" ketus Julin sambil menatap tajam pada Encha.
Walaupun dia seorang putri, bukan berarti dia bisa seenaknya seperti itu. Dia sudah seharusnya mementingkan etiket kerajaan, apalagi Encha pun seorang bangsawan. Seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk melindungi kekaisaran.
"Kaisar bilang putri menyukai langit, maka saya pun sengaja memanjangnya di kamar putri."
"Apapun itu jika pemberian darimu, aku sangat membencinya. Lain kali jangan memberikan apapun, aku akan langsung membuangnya jika kau tetap memberikannya," ucapnya yang langsung meninggalkan ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketulusan Hati Encha
FanfictionJulin yang berusaha untuk mencintai laki-laki setulus Encha. Yang ternyata waktu untuk bersamanya tidak berlangsung lama. Ternyata setiap waktu itu berharga karena akan berakhir. Yang kemudian meninggalkan kenangan yang hanya bisa di kenang, bukan u...