7. adanya sebuah kepedulian

208 72 0
                                    

Meskipun tidak sepenuhnya yakin bisa menjadi istri yang baik, dan menyayangi suaminya sepenuh hati. Julin tetap berkeinginan untuk berusaha agar bisa memerankannya dengan sempurna. Bukan untuk sekedar berperan saja, tapi bersungguh-sungguh menjadi seorang istri yang baik untuk suaminya.

Jahat rasanya jika Julin mengabaikan seseorang setulus Encha yang bahkan memberikan segala-galanya yang dia miliki, hanya untuk seseorang yang tidak menghargainya sama sekali.

Julin tidak ingin terus-terusan seperti itu, karena dia tahu bahwa Encha pun selalu mengutamakan kebahagiaan untuknya terlebih dulu. Tidak ada salahnya jika Julin pun berusaha memberikan cinta untuk Encha, karena dia bukan seseorang yang pantas untuk di abaikan. Padahal Encha bisa saja membencinya, tapi dari pada membencinya. Encha justru memilih untuk menjadi orang yang baik.

"Apa kau tidak lelah? Pekerjaanmu banyak sekali. Padahal kau saja belum lama sembuh," kata Julin menatap ke arah Encha yang benar-benar fokus pada pekerjaannya.

"Mana mungkin aku membiarkan Lio mengerjakan semua dokumen-dokumen ini, dia sudah menggantikanku untuk mengerjakannya selama aku sakit. Aku selalu merepotkan Lio," jelasnya tanpa menatap Julin.

Setelah itu Julin langsung mendekati Encha, dia memeluk lengan Encha dan tersenyum manis padanya. Jujur saja, atas kelembutan dan kebaikan hati Encha. Julin justru jatuh hati padanya, terkesan jenaka sekali memang. Tapi mau bagaimana lagi, perasaannya sulit untuk dijelaskan. Karena terlalu tiba-tiba saja, hanya karena dia dapat merasakan ketulusan yang diberikan oleh Encha padanya.

Sementara dengan Encha sendiri, dia benar-benar merasakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Julin yang terlihat jelas menyukainya itu, secara terang-terangan pula menunjukkannya. Bahkan sampai penghuni mansion pun berpikir bahwa mereka merupakan pasangan suami istri yang sempurna sekali.

Padahalkan Encha belum sepenuhnya yakin, dia takut jika Julin hanya mengetesnya saja. Atau justru sekedar bermain-main saja. Dia kan seorang putri yang bisa melakukan apa saja, tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Encha apa kau tidak ingin membiarkan aku melakukan pekerjaan sebagai nyonya rumah? Aku tidak harus seperti ini terus kan? Tolong biar aku saja yang mengatur keuangan di mansion ini. Karena dari awal juga itu sudah menjadi tugasku," ucap Julin menyentuh pergelangan tangan Encha dengan lembut.

Kedua pipi Encha pun memerah, dia nyaris tak bisa bernapas dengan normal. Sungguh Julin membuatnya gila sekarang. Apakah seseorang memang bisa jatuh cinta semudah ini? Awalnya Encha juga tidak berpikir Julin akan menyukainya. Tapi siapa sangka juga, jika keduanya justru saling menyukai. Bahkan sampai membuat Encha juga mencintai Julin.

"Lakukan apapun yang putri mau, di sini juga rumah putri."

"Sudah kubilang, jangan memanggilku putri. Panggil namaku, kita ini suami istri. Aku ingin kau memanggil namaku saja," rengek Julin yang sama sekali tidak menyukai, jika Encha selalu memanggilnya dengan embel-embel putri.

Encha pun tertunduk dalam, yang kemudian memberanikan diri untuk menatap ke arah Julin sambil tersenyum manis. "Iya Julin kau boleh melakukan apapun. Di sini adalah rumah kita berdua."

Bersamaan dengan perkataan itu, Lio langsung masuk begitu saja ke ruangan kerjanya. Tentunya dia mendengar apa yang Encha ucapakan, dan berusaha menahan tawanya karena saat ini bukan waktu yang tepat.

Sementara Encha pun benar-benar merasa malu di buatnya. Dia tidak menyangka jika Lio harus datang di saat dirinya mengatakan hal yang memalukan untuk di ucapkan olehnya. Berbeda dengan Julin sendiri, wanita cantik itu justru semakin mendekatkan dirinya pada Encha dan menjadi begitu terobsesi padanya.

Ketulusan Hati Encha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang