05- story of Andara

7K 455 37
                                    

Hanya ada ketegangan di ruang tamu, setelah Andara menceritakan semua kronologi kejadian di mana Bagas memperkosanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya ada ketegangan di ruang tamu, setelah Andara menceritakan semua kronologi kejadian di mana Bagas memperkosanya. Semuanya dia ceritakan tanpa ada di tutupinya.

Lita yang sedari tadi berkoar-koar membela anaknya, kini hanya diam membatu saat mendengarkan semuanya. Namun tidak memungkinkan dirinya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan anaknya, dia masih tetap kekeuh untuk tidak menerima Andara yang notabenenya gadis biasa dan bukan berkalangan atas seperti dirinya.

Katakan bahwa dirinya egois, namun itulah kenyataannya, walau ada janin hasil perbuatan anaknya. Lita tidak akan mau menerima Andara menjadi menantunya kelak, yang cocok menjadi menantunya adalah gadis cantik dan berkasta tinggi sepertinya bukan malah gadis kampung dan miskin seperti Andara.

Lita menolak keras!

Beralih pada Ridwan yang mendengar seksama penjelasan Andara yang penuh pilu, keinginan untuk menghajar anaknya hingga babak belur kini semakin menguat dalam dirinya. Sebagai seorang ayah dan memiliki anak perempuan, Ridwan merasa amat marah bilah anak perempuan satu-satunya di lecehkan dengan kejinya.

Dia ingat pada kejadian sebulan yang lalu, Bagas yang baru pulang pagi hari yang entah pergi kemana dengan keadaan kacau berantakan dan aroma alkohol yang menyengat membuat Ridwan semakin yakin bahwa anaknya memang melakukan perbuatan keji ini.

Bagas memang terkenal nakal, tapi Ridwan baru tahu bahwa anaknya itu merangkak dari nakal menjadi seorang laki-laki yang bejat.

Masih dalam keterdiaman, empat orang itu sibuk berperang dengan pikiran mereka masing-masing, hingga suara teriakan seseorang dari luar mengagetkan mereka.

"Bagas pulang..."

Bagas datang masuk menuju ke ruang tamu baru pulang sekolah, penampilannya kini persis seperti kepribadiannya yang nakal urakan dengan seragam sekolah yang tidak di kancinginya hingga menampakkan kaos hitam polosnya, di pundaknya pun tidak ada menenteng tas seperti para pelajar pada umumnya.

"Bagas sini kamu!" suara bariton dingin itu memanggil Bagas menyuruhnya untuk duduk di kursi sofa panjang yang bersebelahan dengan sang mama-Lita.

Walau bingung, Bagas turut mengikuti apa perintah Ridwan, di duduki dirinya di kursi sofa samping Lita yang terdiam kaku seperti patung tanpa berbicara apapun padanya. Bagas menyipitkan matanya tajam saat pandangannya kini terarah di sofa depannya.

Andara, kenapa gadis miskin yang selalu di bully nya itu berada di rumahnya? Dan kenapa suasana rumahnya ini tampak suram, apalagi aura yang di pancarkan papanya membuatnya tanpa sadar bergidik ngeri.

"Ngapain Lo ke rumah gua, mau ngemis minta duit Lo hah?" ucap Bagas sarkas memecahkan keheningan, membuat Andara sebagai objek pembicaraan semakin di buat tunduk takut.

Rasanya dia ingin cepat-cepat pulang sekarang. Sudah tidak kuat dengan atmosfer tegang seperti ini.

Lita mencengkram erat tangan anaknya, Bagas yang kini sudah di ambang permasalahan malah buat ulah lagi yang membuat suaminya itu semakin murka. Lita sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membelah Bagas. Keadaan Ridwan kini sudah di ujung tanduk kemarahan.

"Bagas!" tegur Ridwan dengan nada suara terlihat sangat marah, dia yang dari tadi menahan emosinya untuk tidak menghajar anaknya ini malah di buat semakin marah karena sifat kurang ajar dari Bagas.

Apa selama ini Ridwan kurang mendidik Bagas? Hingga dia tidak pernah sekalipun untuk menghargai seorang perempuan? Apa dia tidak ingat bahwa Bagas juga memiliki adik dan seorang ibu perempuan?

"Bagas kamu tahu kesalahan apa yang sudah kamu lakukan sekarang?" tanya Ridwan dengan intonasi suara yang masih datar dan tajam, tatapannya pun semakin tajam menatap Bagas yang bingung dengan pertanyaan di lontarkannya.

"Kesalahan? Emang Bagas ada buat kesalahan apa sampai papa marah besar gini sama Bagas?" bingungnya, setahunya akhir-akhir ini dia tidak pernah lagi melakukan kenakalan di sekolah, jadi kesalahan apa yang di maksud papanya ini?

"Kamu kenal dengan perempuan di depan kamu itu?" tanya Ridwan sekali lagi yang di balas dengan anggukan kecil dari Bagas. Dirinya semakin dilanda kebingungan sekarang.

"Ini sebenarnya ada apaan sih Pa kumpul-kumpul gini, ini juga kenapa ada Dara di sini?" tanya Bagas berutun, dia benar-benar bingung dengan suasana yang penuh mencengangkan ini.

"Dara hamil." celetuk Martha kemudian, dia sudah benar-benar geram pada pemuda di hadapannya ini yang terlihat santai dan biasa saja seperti tidak melakukan kesalahan apapun pada anaknya.

Bagas yang mendengar celutukan Martha menyerngit dahinya bingung, lalu Jika Andara hamil terus hubungannya mereka datang ke sini itu apa?

"Terus?" tanyanya kelewat santai dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Anak sialan!"

Bugh

Bugh

Sudah kepalang kesal dengan tingkah anaknya, Ridwan yang sedari tadi menahan emosinya kini menerjang Bagas dan memberikan beberapa pukulan di wajah Bagas hingga babak belur. Di samping Bagas, Lita sudah berteriak histeris melihat sang suami memukul Bagas tanpa ampun.

Lita menghampiri sang pelaku yang sudah membuat kekacauan ini dengan emosi yang memuncak, di tariknya tangan kurus milik Andara dan melayangkan tamparan keras membuat kepala Andara memiring ke samping sambil memegang pipinya bekas tamparan Lita.

Plak!

"Mama!" teriak Ridwan, di hempaskan nya tubuh Bagas ke lantai yang sudah tidak berdaya dan menyusul Lita yang tengah menjambak rambut Andara dengan brutal.

"Semua ini gara-gara kamu! Dasar perempuan sialan."

Ridwan berusaha menarik Lita agar tidak kembali menerjang Andara yang keadaannya sudah mengenaskan, rambutnya sudah berantakan seperti singa dan pipi kirinya pun juga memerah membekas karena tamparan yang di berikan Lita. Tangisan Andara pun selalu lolos di bibir tipisnya walau tidak menimbulkan suara apapun.

Tidak dapat memberikan pelajaran lagi pada Andara, Lita berusaha melepaskan kungkungannya dari Ridwan dan menghampiri Bagas yang terkapar di lantai tak berdaya.

"Bagas dan Dara harus di nikahkan sekarang juga!" putus Ridwan tak terbantah, jika sudah seperti ini solusinya ialah harus di nikahkan Bagas dan Dara secepatnya sebelum kandungan Andara semakin membesar.

"Pa! Gak bisa gitu dong!" bantah Lita cepat, tidak sudi jika anaknya akan menikah dengan gadis biasa dan miskin seperti Andara.

"Apanya yang gak bisa Ma, Dara hamil anak Bagas! Jalan satu-satunya itu ya harus nikahkan mereka segera."

"Tapi pa..."

"Tapi apalagi Ma...., Masalah ini papa tidak perlu persetujuan dari Mama. Hari ini juga papa panggilkan penghulu untuk segera menikahkan mereka!" putus Ridwan sudah bulat tak terbantahkan.

Bersambung.....

Sebelum membaca, alangkah baiknya berikan vote serta comment ya bestieee.

See you next part guys 🤟

Story Of Andara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang