03-story of Andara

7.1K 494 18
                                    

Seperti yang di perintahkan ibu Martha, kini di sinilah mereka sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti yang di perintahkan ibu Martha, kini di sinilah mereka sekarang. Andara yang sudah berbaring di atas brankar di salah satu klinik rumah sakit terdekat dengan satu dokter perempuan bernama Shinta yang tengah memeriksanya. Martha berdiri di samping brankar dengan gusar, tangannya saling bertautan menunggu hasil pemeriksaan dokter mengenai penyakit apa yang di derita anaknya.

Sementara perempuan berjas putih itu menyerngit dahinya bingung, merasa seperti ada sesuatu yang berada di dalam perut pasiennya, kembalinya di periksa hingga dia tahu sudah apa yang terjadi. Di hentikan nya pemeriksaannya dan menyuruh ibu dan anak itu untuk duduk di kursi yang tersedia dan menjelaskan masalah yang di keluhkan gadis berambut panjang yang duduk berhadapan dengannya ini.

"Gimana Dok keadaan anak saya, apa ada penyakit yang serius yang di derita anak saya?" cercah Martha beruntun dengan tidak sabaran.

Tangannya di simpan di atas meja saling bertautan menatap wanita paruh baya yang juga menatapnya gusar menunggu hasil dari pemeriksaan darinya, menghela nafas sejenak sebelum menjawab.

"Kalau saya boleh tahu anak ibu ini umurnya berapa sekarang?" tanya dokter Shinta tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan beruntun dari Martha.

Martha mengerut dahinya, merasa aneh dengan pertanyaan yang di lontarkan dokter perempuan di depannya, "T-tujuh belas tahun dok."

Dokter Shinta mengehela nafas panjang, Sudah dia duga.

Menatap dua perempuan berbeda umur ini secara bergantian sebelum angkat bicara.

"Anak ibu sedang hamil dan kandungannya sudah berjalan tiga Minggu."

Rentetan kata yang di lontarkan dari mulut sang dokter membuat kedua ibu dan anak itu seketika mematung, terutama pada Andara yang merasa dunianya seketika terhenti.

Ini mimpi!

Teriak Andara dalam hati, di remasnya perut datarnya dengan gusar. Ini pasti hanya mimpi, batinnya monolog menyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang baru saja di dengarnya hanya sebuah mimpi dari tidur burukya.

"D-dokter....."

"Ini... ini pasti ada kesalahan Dok, a-anak saya tidak mungkin h-hamil." ucap Martha terbata-bata, anaknya mana mungkin hamil.

TIDAK!!

Ini pasti ada kesalahan dalam pemeriksaan.

Iya, pasti ada yang salah!

"Dokter, tolong periksa sekali lagi anak saya. Anak saya mana m-mungkin-n."

"Bu Martha tenang." dokter Shinta berusaha menenangkan Martha yang sudah kalap dengan wajah yang sudah di banjiri air mata.

Begitu pun dengan Andara, kini keadaannya tidak beda jauh dari sang ibu. Badannya bergetar takut dengan terus mengeluarkan isakan tangis pilu melihat bagaimana kacaunya sang ibu mendengar kabar dirinya yang tengah berbadan dua.

"I-ibu..." cicitnya pelan berusaha meraih tangan sang ibu yang masih terlihat gusar.

"Dara..." ucap Martha dengan pilu, di tatapnya sang anak dengan kecewa. Anaknya yang dulu dia banggakan kini telah menghancurkan kepercayaannya begitu saja.

Bibir Andara tertutup rapat, hatinya merasa teriris melihat wajah sang ibu yang memandangnya dengan penuh kekecewaan. Andara tidak suka dengan tatapan sang ibu layangkan padanya, ini salah.

"Ibuu...."

Tanpa mengindahkan panggilan Andara, Martha menarik tangan Andara keluar dari ruangan dokter Shinta begitu saja. Andara di belakang hanya pasrah saja di tarik seperti ini, dia bingung, apa yang harus dia katakan nanti pada Martha mulanya kejadian itu hingga dia bisa hamil seperti ini.

Andara menundukkan kepalanya tidak berani menatap ibunya di depan, kini keduanya berhenti diparkiran rumah sakit yang sepi.

"Siapa ayahnya?"

Kedua tangan Andara saling bertautan meremas kuat saat mendengar suara tegas dan dingin dari Martha yang bertanya. Dia masih tetap dalam kebisuannya enggan menjawab.

"Dara!" sudah kepalang kesal, Martha berteriak kencang mengangetkan Andara hingga seketika kepalanya terangkat menatap Martha yang wajahnya sudah memerah menahan amarah.

"Jawab pertanyaan ibu Dara! Siapa yang sudah menghamili kamu?!" tanya Martha sekali lagi kini dengan nada yang sudah marah besar.

Masih dengan keterbisuannya, Andara hanya menjawab dengan gelengan kepala membuat Martha semakin di buat geram.

"Dara dengar! Orang itu harus tanggung jawab Dara... Kamu hamil, anak kamu butuh sosok ayah. Kita harus minta pertanggungjawaban dari dia." tangannya mencengkram bahu Dara dan di guncangnya dengan keras.

"D-dara gak mau Buu..." tolak Dara, enggan untuk mengikuti usulan Martha.

"DARA!!"

"Dara gak mau bu. Dara di perkosa, Dara di paksa, dia... dia tampar Dara bu. Dara gak mau minta tanggung jawab sama dia, dia jahat, Dara gak mau."

"Dara... Dara bisa ngerawat anak ini sendirian, Dara bisa kerja buat ngehidupin anak Dara. kita gak usah minta tanggung jawab sama dia ya Bu, Dara mohon..." mohon Dara, dia benar-benar sudah putus asa sekarang. Meminta tanggung jawab pada laki-laki itu sama saja mendatangi neraka.

Dan Dara pasti, laki-laki itu pun juga tidak akan mau bertanggung jawab padanya.

"Dara, kamu sadar apa yang sudah kamu bilang tadi? Hah!" Martha menatap tak percaya Andara yang masih sesenggukan.

"Dara dengarin ibu nak." kata Martha sambil menangkup wajah Dara agar menatapnya.

"Hamil di umur yang masih muda itu gak gampang Dara, apalagi tanpa adanya sosok pendamping laki-laki yang sudah menghamili kamu, kamu lihat ibu. Ibu cuman sendiri Dara, ibu hanya sendirian ngurusin kamu dari kamu kecil sampai kamu sebesar ini, ibu kerja capek banting tulang di luar sana kamu pikir gampang? Bapakmu kabur ninggalin kita sama selingkuhannya, dia hidup enak sama istri dan anak barunya di sana, sementara kita?"

"Kamu mau anak kamu senasib Seperti kamu Dara? Kamu tega?" tanya Martha di balas dengan gelengan kuat darinya.

Dara tidak mau anaknya akan senasib Seperti dirinya, dia tidak mau anaknya akan di olok oleh teman sekolahnya karena di Katai anak haram tidak memiliki seorang ayah.

Andara tidak mau!

"Kita minta tanggung jawab ya sayang sama laki-laki itu, jangan takut ada ibu di sini sama Dara, selalu."

Bersambung.....

Sebelum membaca, alangkah baiknya berikan vote serta comment ya bestieee.

See you next part guys 🤟

Story Of Andara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang