"Ibu kita pulang aja ya."
Andara berusaha untuk menghentikan langkah sang ibu untuk memasuki ke dalam rumah mewah di depannya ini, tadi setelah melakukan beberapa cara Martha untuk membujuk Andara agar mau pergi ke rumah sang pelaku yang telah memperkosa anaknya.
Namun Andara kini malah berbalik pikiran untuk pulang dan membatalkan niat untuk meminta pertanggungjawaban pada Bagas-sang pelaku.
Hatinya tiba-tiba merasa ragu untuk tindakan yang akan di lakukannya ini, dan dia juga takut keluarga dari Bagas nanti tidak akan mau bertanggung jawab dan malah akan menuduh dirinya seorang penipu dengan berbohong tengah mengandung anak dari Bagas.
"Kenapa lagi si Dara, ini kita udah sampai sini kamu malah minta pulang? kamu gak sayang sama anak kamu apa?"
"Tega kamu ngebiarin anak kamu di hina sebagai anak haram karena gak punya bapak? Mau kamu?!"
Kata-kata yang di lontarkan Martha, kembali membuat hati Andara kembali bimbang. Dalam hatinya dia juga tidak mau kalau anaknya di hina sebagai anak haram tapi di satu sisi dia juga tidak mau meminta pertanggungjawaban pada Bagas yang notabenenya adalah orang yang selalu membully nya di sekolah.
"Tapi Bu...."
"Gak ada tapi-tapian, kita harus tetap minta pertanggungjawaban sama laki-laki itu, enak aja dia bisa hidup tenang dan bahagia sedangkan kamu harus menderita seperti ini."
Karena suara keributan mereka membuat sang penghuni rumah keluar, menatap heran dua perempuan yang tengah beradu mulut di depan rumah mereka.
"Eh-eh... apa-apaan ini ribut-ribut di depan rumah saya." teriak seorang wanita paruh baya membuat kedua ibu dan anak itu memberhentikan percekcokan mereka.
Andara mendengar suara teriakan itu seketika mematung, badannya meringsut ke belakang punggung Martha dengan tangan yang mencengkram erat baju di kenakan nya karena takut.
Andara rasanya ingin pulang saja sekarang, bagaimana di lihatnya wajah melotot wanita paruh baya itu yang di kiranya pasti ibu dari Bagas. Pikiran-pikiran buruk kini mencambuk di benaknya melihat sifat tak ramah dari orangtua Bagas.
"Ma..." tegur Ridwan pada istrinya yang masih melototi dua perempuan di depan mereka.
"Maaf ya atas sikap istri saya tadi." ucapnya membuat sang istri-Lita mendengus jengkel.
"Cukup sudah basa-basi nya, mau apa kalian ke sini?" tanya Lita dengan nada suara tidak ramah membuat Martha mengelus dadanya sabar.
"Saya dan anak saya kemari, untuk meminta pertanggungjawaban pada anak kalian karena sudah membuat anak saya Dara hamil." ungkapnya berusaha semaksimal mungkin untuk menahan teriakannya yang sedari tadi dia tahan.
"APA?!"
Teriakan heboh dari dua pasangan itu, membuat Andara semakin takut di buatnya. Apalagi melihat wajah pria baya yang tadinya berwajah ramah kini berubah seketika menjadi datar.
Andara memecamkan matanya, memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang sudah di kiranya akan terjadi sebentar lagi.
"Penipu!" Andara meringsut takut saat mendengar teriakkan membahana dari Lita, apalagi matanya semakin melotot ganas dengan wajah yang sudah memerah padam.
"Tidak, ini tidak mungkin. Ini pasti hanya akal-akalan kalian saja kan?! Kalian orang miskin pasti mau ngejebak kita dengan mengakui di hamil anak saya! Orang-orang seperti kalian ini memang suka sekali menipu orang kaya seperti kami." tuduh Lita dengan tangan sambil menunjuk berganti Andara dan Martha.
"Kami memang orang miskin tapi saya tidak pernah melakukan hal serendah itu seperti yang ibu tuduhkan pada kami, anak saya memang benar-benar hamil dan yang telah menghamilinya adalah anak ibu sendiri." teriak Martha marah, wajahnya kini sudah merah padam. Semiskin apapun dirinya, Martha tidak akan pernah melakukan hal rendahan seperti ini. Harga dirinya tidak serendah seperti yang di tudihkan padanya.
"Halah gak usah mengelak lagi kamu, butuh uang berapa kamu hah? Sebutkan saja nominalnya, akan saya kasih tapi saya minta kalian berdua pergi jauh dari sini dan tidak usah datang lagi dan mengaku-ngaku hamil anak saya."
Martha menggeleng kepalanya sambil beristighfar di dalam hatinya, apa semua orang berada sifatnya seperti ini? Selalu merendahkan orang yang miskin sepertinya?
"Mama cukup! Tutup mulut mama!" teriak Ridwan sudah kepalang pusing, mendengar anaknya menghamili orang sudah membuat kepalanya rasanya ingin pecah saja dan kini di tambah lagi ocehan tidak guna dari sang istri membuat Ridwan semakin pusing.
Memijat sebentar pelipisnya yang terasa pening, Ridwan mengedarkan pandangannya pada gadis berambut panjang yang tengah bersembunyi dibalik tubuh Martha, Ridwan tidak dapat melihat wajahnya karena gadis itu yang senantiasa menundukkan kepalanya.
"Hei kamu." panggil Ridwan, membuat Martha menarik pergelangan tangan Andara agar tidak lagi bersembunyi di belakang badannya.
"Dara, sana kamu di panggil tu." Martha masih berusaha menarik tubuh Andara sekuat tenaga.
"Dara takut Bu..." cicitnya pelan, kepalanya sedikit di angkat untuk melihat Ridwan yang tengah menatapnya.
"Tidak apa-apa." yakin Martha, kini Andara sudah tepat di depan Ridwan dan juga Lita yang tengah melipat tangannya dengan menatapnya tajam dan angkuh.
"Nama kamu siapa?" tanyanya, tangannya di angkat untuk mengelus sayang pucuk rambut Andara, dia percaya bahwa gadis polos ini tidak akan menipunya.
"D-dara om."
"Papa ngapain si nanya-nanya namanya, tinggal di kasih uang aja langsung beres kan masalahnya." gerutu Lita jengkel. Suaminya ini terlalu banyak membuang waktu dengan hal yang tidak guna.
"Kamu bisa cerita gimana kronologinya?" tanpa mengindahkan ocehan Lita, Ridwan kembali bertanya kejadian mulanya hingga gadis lugu dan pendiam ini bisa hamil dan pelakunya adalah anaknya sendiri-bagas.
Badan Andara seketika bergetar ketakutan, pikirannya kembali berputar pada malam kelam itu, di mana dia di paksa dan di tampar dengan kejamnya.
"Jangan takut..." Ridwan berusaha menenangkan Andara yang sudah di banjiri air mata, mulutnya pun terus bergumam tak jelas.
Dalam hati, Ridwan memaki anak laki-lakinya itu karena sudah membuat anak perempuan orang ketakutan dan mungkin sampai trauma.
"Kita ke dalam aja ya ceritanya, mari bu masuk, kita selesaikan semuanya di dalam dengan kepala dingin." ajaknya, membawa masuk Andara ke dalam rumahnya dengan di ikuti Martha dari belakang.
Lita membuka mulutnya tidak percaya dengan tindakan sang suami dan malah masuk begitu saja meninggalkannya sendirian di teras rumah. Kakinya di hentakan keras karena kesal dan kemudian ikut masuk menyusul mereka.
"Papa!!"
Bersambung.....
Sebelum membaca, alangkah baiknya berikan vote serta comment ya bestieee.
See you next part guys 🤟
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Andara [End]
Dla nastolatków[ budidayakan Follow dulu sebelum baca ] Andara Mujia Anjani, gadis berumur tujuh belas tahun dengan segala kisah pilu nya. Di mulai dari dirinya yang di perkosa oleh teman sekolahnya yang sering membully nya dan sebulan dari kejadian naas itu Andar...