LOVELY

11 1 0
                                    

"Nek, Hanin berangkat dulu ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Hanin berangkat sekolah seperti biasa dengan diantar sang kakek. Lagipula kakinya sudah mendingan. Dan juga, hari ini adalah hari dimana tes OSIS akan dilaksanakan.

Hanin sampai di sekolah lebih awal. Bahkan saat dia memasuki kelasnya, belum ada satu orang ataupun satu tas pun yang tergeletak di kelas itu.

Hanin duduk di bangkunya dan menggeledah tasnya untuk mengambil headset. Mendengarkan musik di suasana yang sepi seperti ini sepertinya suatu hal yang tepat.

Isn't it lovely, all alone
Heart made of glass, my mind of stone
Tear me to pieces, skin to bone
Hello, welcome home

Suara indah milik Hanin mengalun melantunkan lagu yang dimiliki oleh Billie Eillish dan Khalid itu.
Entahlah, rasanya Hanin ingin menumpahkan segala bebannya dalam lagu tersebut. Beban yang tak banyak orang tau, beban yang sengaja Hanin simpan untuk dirinya sendiri tanpa berniat membaginya dengan orang lain.

Untuk apa juga Hanin membaginya dengan orang lain. Belum tentu mereka bisa merasakan apa yang Hanin rasakan. Dia pun tak ingin kisah hidupnya justru membuat orang mengasihaninya.

Terkadang Hanin menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia harus hidup dalam seorang diri 'Hanin Chelya Rinjani', yang mempunyai kisah hidup yang tidak diinginkan siapapun. Siapa yang ingin mempunyai kisah hidup dengan menjadi seorang anak broken home, yang tak dipedulikan orang tua nya, kehilangan nenek yang dicintainya, pergi ke kota bersama nenek dan kakeknya dalam kondisi yang serba pas pas an. Kenapa dia tidak terlahir sebagai orang lain saja, atau lebih baik tidak terlahir sama sekali.

Ah, tapi ya sudahlah. Hanin hanya berfikir mungkin ini yang terbaik untuknya dan hidupnya. Toh Hanin selalu yakin bahwa akan selalu ada kebahagiaan setelah kesedihan. Dan Hanin yakin, suatu saat kebahagiaan itu akan datang kepadanya di waktu yang paling tepat.

Hanin terus melantunkan lagu yang diketahui berjudul "lovely" itu, dalam ruangan yang sepi dan hanya seorang diri. Bahkan saking menghayatinya, dia sampai memejamkan matanya dan tak sadar ada seseorang yang memperhatikannya dari luar kelas.

"Kenapa gue begitu nyaman denger suara dia?"

Flasback on

"Mah, Nathan berangkat" teriak Nathan dari arah tangga menuju garasi dengan terburu buru.

"Sarapan dulu, Nat" teriak seorang wanita cantik secantik namanya, berusia kepala empat dari arah dapur, yang diketahui bernama Millati. Yap, wanita yang mengandung dan melahirkan seorang Mr. Robinson, Nathan.

Sayang, teriakannya tak terdengar sama sekali oleh sang pemuda yang notabene adalah anaknya.

Millati segera menuju ke arah garasi, tempat dimana anaknya sedang berada. Dia pasti sedang memanaskan mobil merah kesayangannya terlebih dahulu.

"Nathan, sarapan dulu"

"Ga sempet mah"

"Lagian masih jam segini. Kenapa buru buru?"

"PR Nathan ketinggalan di ruang OSIS mah"

"Hmm, yaudah kalo gitu. Mamah bikinin bekal, kamu tunggu disini sebentar, jangan berangkat dulu oke"

Ibu yang begitu baik bukan, lembut, penuh kasih sayang, penuh perhatian, hangat, tapi justru memiliki anak sulung yang begitu dingin. Sangat bertolak belakang dengannya. Dia sendiri yang melahirkan, hanya bisa berheran diri. Entah dari siapa sifat dingin itu diturunkan. Bahkan suaminya tidak sedingin anaknya. Atau mungkin dari mendiang kakek Nathan yang memang orangnya dingin dan cuek.

JINGGA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang