Hari ini, tepat Hanin berulang tahun yang ke 16 tahun. Bagi Hanin, hari ulang tahun atau perayaan apapun, tak ada yang istimewa. Dia tak seperti kebanyakan orang lain yang merayakan hari ulang tahun didampingi kedua orang tua dan orang orang yang dicintai. Hanya nenek yang selalu ada di setiap ulang tahun Hanin.
"Selamat ulang tahun ke 16 cucu nenek yang cantik" ucap nenek Hanin kepada cucunya dengan membawa kue ulang tahun kecil sederhana dengan beberapa lilin di atasnya
"Terima kasih nek" ujar Hanin seraya memeluk sang nenek.
"Cucu nenek udah besar. Kamu udah 16 tahun nak, semoga cucu nenek menjadi wanita hebat yang sukses kedepannya ya, dapet jodoh yang baik, menjadi anak yang selalu bahagia di setiap langkahnya"
"Iya nek"
"Yaudah, sekarang tiup dulu lilinnya"
Tepat disaat semua lilin yang ada di atas kue itu padam, sang Nenek tiba tiba jatuh pingsan. Kue yang tadinya berada di tangan nenek jatuh berantakan di lantai.
"Nek, nenek. Nenek kenapa? Nek bangun nek" panik Hanin.
Hanin berlari keluar rumah bermaksud mencari bantuan.
"Tolong, tolong. Nenek pingsan tolong"
Tak sia sia, dua bapak bapak yang kebetulan lewat di jalan depan rumah Hanin dan neneknya mendengar teriakan Hanin."Pak, tolong nenek saya"
"Iya Nin, nenek kamu dibawa ke rumah sakit aja ya" ucap salah satu bapak bapak itu.
Hanin hanya menganggukan kepalanya pertanda bahwa dia setuju.
***
Nenek Hanin kini sudah berada di IGD Rumah Sakit Permata Husada. Dan di luar, Hanin menunggu sang nenek bersama Nenek Diyah dan Kakek Toro, Nenek dan Kakek dari Ibu Hanin yang tadi Hanin hubungi lewat telepon.
Hanin tak tahu lagi harus menghubungi siapa. Dia tak mungkin menghubungi ayah ataupun ibunya, karena sejak ayah dan ibu Hanin berpisah, mereka dan Hanin benar benar lost contact.
Rasa khawatir menyelimuti diri Hanin. Dia tak ingin neneknya kenapa napa.
Tiba tiba Dokter keluar dari bilik dimana nenek Hanin ditangani.
"Dokter" panggil Hanin.
Nenek Diyah dan Kakek Toro ikut menghampiri Dokter dan Hanin.
"Kalian keluarga Nenek Hesti?" tanya Dokter
"Benar Dok, saya cucunya" jawab Hanin.
"Maaf ya dek, saya berat untuk mengatakan ini. Nenek Hesti meninggal karena serangan jantung."
Hanin seperti tersambar petir. Dia begitu shock. Nenek yang merawatnya selama 7 tahun, kini telah tiada untuk selamanya.
Bulir bulir air mata Hanin mulai keluar membasahi kedua pipinya.
Tapi bagaimanapun, Hanin harus berusaha tegar. Hanin yakin, mendiang sang nenek pun tak akan senang melihat Hanin menangis. Beliau yang mendidik dan mengajarkan Hanin untuk menjadi gadis yang kuat, gadis yang tegar dengan semua apa yang terjadi pada dirinya.
"Nenek, secepat ini kau pergi?" gumam Hanin
"Ya, hari ini adalah hari ulang tahun terakhirku bersama dirimu, Nek"
Kembali, setetes demi tetes air mata Hanin keluar. Ah, bahkan sekarang dia tak tahu akan seperti apa nasibnya setelah ini.
"Hanin sayang, mulai besok kamu tinggal sama nenek dan kakek ya. Pindah ke Jakarta" ucap Nenek Diyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA SENJA
RomanceThe romance story ini menceritakan tentang seorang broken home yang bangkit mencari kebahagiaan, cinta, dan hidupnya. Berusaha mencari jati diri dan menemukan cintanya dengan seorang ketua osis. yang kepo langsung baca aja oke... author : fika anggra